PART 18

21K 1.2K 1
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

---------------------------
SAKTI MANDRAGUNA?

Yuna yang baru saja terbangun dari tidurnya mengernyit bingung ketika menyadari dirinya sekarang berada di dalam kamar miliknya. Padahal, seingatnya kemaren dia masih berada di dalam mobil milik Sakti. Yang menjadi pertanyaan di kepalanya adalah, siapa yang membawanya ke kamar? Orang rumah? Tentu saja hal itu tidak mungkin. Sakti? Ada kemungkinan jika Sakti lah yang membawanya ke kamar. Tapi, jika benar Sakti, apa lelaki itu berani melakukan hal tersebut?

Yuna yang semakin bingung memikirkan itu pun memilih untuk pergi ke kamar mandi untuk bersiap-bersiap pergi ke rumah sakit.

*****

Yuna yang sedang menuruni tangga sontak mengernyit ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya.

Semakin dia dengarkan, suara itu semakin terdengar jelas di telinganya.  Yuna tau itu suara siapa. Itu suara Sakti.

Dengan langkah yang cepat, Yuna menuruni anakan tangga untuk menghampiri asal suara tersebut.

"Bagaimana Yuna di rumah sa---"

"Sakti!"

Dua lelaki yang tengah mengobrol itu pun sontak mengalihkan tatapan mereka kepada Yuna yang berdiri di dekat mereka.

"Hai ..."

Sapaan yang di sertai senyuman hangat oleh Sakti membuat Yuna justru memikirkan hal lain. Apalagi saat ini Sakti tengah bersama seseorang yang selalu di hindarinya. Mahendra, ayahnya.

"Kamu udah lama di sini?"

Pertanyaan dari Yuna sontak membuat Sakti menggeleng dan tersenyum. "Aku baru aja sampe."

"Ayo, berangkat."

Melihat Yuna yang ingin cepat-cepat pergi dari sana membuat Sakti mengerti. "Kami permisi, om."

Anggukan singkat dari lelaki paruh baya tersebut membuat Sakti bangkit dari duduknya dan menghampiri Yuna yang terdiam di tempatnya.

"Ayo."

Tarikan Sakti di tangannya, membuat Yuna sontak mengikuti langkah lelaki itu dari belakang.

Mahendra, yang melihat kepergian sang anak tanpa berpamitan kepadanya hanya bisa tersenyum miris. Mahendra sadar, apa yang di lakukannya dulu memang benar-benar kelewat batas. Wajar jika  anaknya itu bersikap demikian kepadanya.

*****

"Sakti ..."

Panggilan dari Yuna memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil milik.

"Kenapa, Na?"

"Apa kemaren kamu yang anter aku ke kamar?"

Anggukan serta senyuman yang di berikan oleh Sakti membuat Yuna merasa lega.

"Iya, aku yang anter kamu ke kamar. Tapi, sebelumnya aku udah minta izin sama mama kamu. Aku gak berani main anter kamu sembarangan ke kamar."

"Makasih ya, Sak" ucap Yuna dengan senyumannya.

"Sama-sama, my queen" sahut Sakti dengan kedipan matanya.

"Hm, Sak. Kamu tadi ngobrol sama di--- a-ayah gak papa?" tanya Yuna kaku.

"Gak papa, Na. Aku udah naklukin ayah kamu" jawab Sakti terkekeh.

"Naklukin? Kok bisa?" kaget Yuna.

"Kamu gak lupa kan nama aku Sakti?" gurau Sakti.

Yuna yang mendengar itu sontak memutar kedua bola matanya malas. "Sakti Mandraguna kan?"

"Kok tau nama asli aku?" kaget Sakti berpura-pura.

"Sakti, serius ih" rengek Yuna.

Sakti yang mendengar itu sontak saja tertawa dan kemudian menceritakan semuanya kepada Yuna.

"Tapi kamu gak di macam-macamin kan?" tanya Yuna khawatir.

"Enggak, Na. Ayah kamu itu udah takluk sama aku. Bahkan, dia udah percayain kamu sama aku" jawab Sakti memberitahu.

Yuna yang mendengarnya justru mengkerut bingung. Yang benar saja ayahnya bersikap seperti itu kepada Sakti? Bukankan ayahnya adalah orang yang sangat keras kepala sekali? Dan kenapa ayahnya itu terlihat seperti orang yang peduli kepadanya?

"Udah, jangan terlalu di pikirin. Yuk, turun. Kita udah sampe di rumah sakit."

Ucapan dari Sakti sontak membuat Yuna terkejut dan menatap kesekelilingnya. Benar saja, mereka sekarang sudah sampai di rumah sakit.

"Kamu kebanyakan ngelamun, makanya gak nyadar kita udah sampe. Yuk, turun. Sepertinya pasien udah gak sabar buat ketemu sama kita" kekeh Sakti.

Yuna pun mengambil tasnya dan keduanya secara bersamaan turun dari dalam mobil.

"Nanti waktu jam makan siang aku ke ruangan kamu."

Yuna yang tadi asyik menyapa rekan-rekan kerjanya di lobi rumah sakit langsung mengalihkan tatapannya kepada Sakti dan tersenyum kecil. "Oke, aku tunggu."

Keduanya pun masuk ke dalam lift dan menekan tombol yang berbeda-beda.

-bersambung-

MEET AGAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang