Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------
SATU SAMASenyum tidak dapat terelakkan di wajah Yuna ketika mengingat bagaimana Sakti melamarnya di pantai kemaren. Entah mengapa semenjak kejadian semalam Yuna menjadi merasa malu untuk menemui lelaki tersebut.
"Ck, kenapa jadi malu gini sih. Rilex Yuna, jangan terlalu nampak kalau lo malu ketemu sama Sakti."
"Ah, tapi gak bisa. Bayangan Sakti ngelamar kemaren selalu terngiang-ngiang. Gimana dong ini?"
"Tarik nafas, Yuna. Lalu buang."
Yuna pun beberapa kali melakukan hal tersebut namun tetap saja rasa malu di hatinya tidak bisa menghilang.
"Gue harus gimana?"
Tok! Tok! Tok!
"Na, kamu udah bangun?"
Ketukan dan sahutan dari luar kamar membuat Yuna sontak mengalihkan tatapannya ke arah pintu tersebut.
"Gimana ini?" cicit Yuna pelan.
"Na?"
"Eung! Iya, Sak. Sebentar."
Sahutan Yuna itu dia buat semirip mungkin seperti orang yang baru saja bangun tidur.
Yuna pun bangkit dari atas tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya ke arah pintu.
Ceklek!
Saat pintu terbuka, Yuna bisa melihat dengan jelas pemandangan indah di depannya.
Baju kaos putih polos yang di masukan ke dalam celana panjang berwarna cream membuat penampilan Sakti begitu mempesona. Apalagi senyuman yang di berikan oleh lelaki itu semakin menambah aura ketampanannya. Penampilan Sakti ini benar-benar mirip seperti penampilan-penampilan aktor pria yang berada di dalam drama Korea yang sering dia tonton.
"Selamat pagi, Na."
"Na?"
"Ah, selamat pagi juga, Sak."
"Gimana? Tidurnya nyenyak?"
"Nyenyak kok."
"Syukurlah kalau nyenyak. Aku jadi tenang. Oh iya, aku udah bikinin sarapan buat kita berdua. Tapi, sebelum itu kamu mandi dulu sana. Bau."
Rasa malu yang tadi Yuna rasakan seketika lenyap begitu saja di gantikan dengan rasa kesal karena mendengar perkataan terakhir dari lelaki itu. "Hah! Hah! Hah! Rasain, biar tambah bau."
Sakti pun tertawa karena melihat wajah kesal dan juga kelakuan gadis di depannya. "Bercanda, sayang. Gak bau kok. Cuman ada bekas iler di samping mulut kamu."
Yuna yang mendengar itu langsung berlari ke arah kaca yang berada di kamarnya dan kemudian meneliti seluruh permukaan wajahnya. "Mana? Kok gak ada? Jangan-jangan--- SAKTI, KAMU BOHONGIN AKU? MANA ADA BEKAS ILER!"
Sakti yang berada di luar pun langsung meledakan tawanya.
Yuna yang mendengar tawa tersebut pun di buat semakin kesal dan kemudian melangkahkan kakinya ke arah pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
Genç Kız EdebiyatıBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...