Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------------
TINGGAL BERSAMAMata Yuna yang semula terpejam, sedikit demi sedikit mulai terbuka. Matanya kemudian menelisik ruangan yang di lihatnya begitu asing. Satu hal yang muncul di otaknya, di mana dia sekarang?
Ceklek!
Suara decitan pintu yang terbuka membuat Yuna sontak mengalihkan tatapannya dan di lihatnya Sakti sedang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa.
"Na, apa ada yang sakit? Bilang sama aku" desak Sakti.
Yuna menggelengkan kepalanya pelan. "Aku cuman ngerasa pusing aja."
"Minum dulu ya" ucap Sakti dan membantu Yuna untuk bangun dari posisinya.
"Makasih, Sakti."
Sakti memperhatikan Yuna yang sedang meneguk air yang di bawanya tadi sampai habis tak tersisa. Dengan cepat, Sakti mengambil gelas tersebut dan meletakkannya di samping tempat tidur yang di gunakan Yuna.
"Em, Sakti. Kita ada di mana?" tanya Yuna pelan.
"Kita sekarang ada di rumah aku. Mulai saat ini, kamu bakalan tinggal sama aku. Selama kamu tinggal di sini, aku bakalan mantau dan juga jaga kamu. Aku sekarang sudah jauh lebih tenang karena kamu bisa aku pantau dua puluh empat jam."
Jawaban dari Sakti itu membuat Yuna terkejut. "Sak, aku tinggal di sini? T-tapi gimana sama---"
"Kamu gak perlu khawatir, mereka sudah memberikan izin. Dan aku juga minta maaf sama kamu, mereka udah tau tentang kondisi kamu saat ini" potong Sakti dengan nada suara yang memelan di akhir.
Yuna yang mendengar itu sontak menghela nafasnya kasar. Dia benar-benar tidak suka jika orang-orang mulai mengetahui tentang kondisinya saat ini. Tapi, apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi. Dan dia bersyukur untuk sementara waktu bisa menjauh dari orang-orang yang tinggal di rumah tersebut.
"Na, kamu marah sama aku?" tanya Sakti.
"Enggak, Sak. Aku gak marah sama kamu. Aku cuman gak mau kalau orang-orang itu menatap ku kasian. Aku gak butuh rasa kasian dari mereka" jawab Yuna.
"Oke, kita sekarang gak perlu bahas mereka lagi. Sekarang, lebih baik kamu istirahat. Aku temenin ya?" ucap Sakti yang di angguki oleh Yuna.
"Sak, aku boleh gak peluk kamu?"
Melihat tatapan Yuna yang teduh, membuat Sakti langsung memposisikan tubuhnya di samping Yuna dan kemudian membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
Yuna yang terlihat nyaman di pelukan Sakti itu pun dengan cepat terlelap. Sakti yang menyadari hal tersebut langsung membenarkan posisi Yuna agar gadis itu lebih nyaman.
"I love you, Na."
Cup!
Setelah memberikan kecupan hangat di kening Yuna, dengan perlahan Sakti turun dari tempat tidur dan berjalan meninggalkan kamar tersebut.
*****
Dengan mata yang masih mengantuk, Sakti melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi bekerja ke rumah sakit.
Hampir dua puluh menit bersiap-siap, Sakti akhirnya sudah rapi dengan kemeja dan juga celana kainnya. Kaki lelaki itu pun mengarah keluar pintu dan menuruni tangga.
Baru sampai di lantai di bawah, Sakti tersenyum ketika melihat Yuna yang telah rapi dengan pakaian kerjanya terlihat sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua di meja makan. Melihat Yuna seperti itu, membuat Sakti membayangkan jika Yuna menjadi istrinya kelak. Pasti setiap harinya dia akan di berikan pemandangan yang indah seperti ini.
Dengan tersenyum jahil, Sakti melangkahkan kakinya dan berjalan mengendap-endap ke arah Yuna yang sedang membelakanginya itu.
Grep ...
Sakti dengan cepat memeluk tubuh Yuna dari belakang, sehingga membuat gadis yang ada di pelukannya itu tersentak karena perbuatan tersebut.
"Good morning, my queen."
"Sakti, kamu bikin aku kaget tau gak."
"Kok gak balik nyapa aku? Sapa dulu dong."
"Morning too, my king ..."
Sakti yang mendengar itu sontak mengembangkan senyumnya. "Kamu bikin apa?"
"Aku bikin sandwich. Khusus buat kamu telurnya aku kasih dua. Suka kan?" sahut Yuna tersenyum.
"Kamu selalu tau apa yang aku suka" ucap Sakti dan kemudian mengecup pipi Yuna cepat.
"Sakti! Lepasin gak pelukannya?" ucap Yuna dengan memukul-mukul tangan milik Sakti di perutnya.
"Gak mau, enakan gini."
Mendengar penolakan dari Sakti, Yuna dengan cepat mencubit tangan lelaki itu kencang sehingga pelukan tersebut terlepas.
"Sayang, sakit" rengek Sakti.
"Bentar, bentar. Kamu manggil aku apa? Sayang? Tumben banget. Biasanya manggil Na, Na" ucap Yuna menatap lelaki di depannya heran.
"Kenapa emang? Kamu kan sayangnya aku" sahut Sakti.
"Kata siapa aku sayangnya kamu?" ucap Yuna jahil.
"Oh, jadi bukan sayangnya aku?" sahut Sakti tenang. Namun, kemudian lelaki itu langsung mendekap Yuna dan menggelitik pinggang gadis itu sehingga terdengar tawa nyaring Yuna di ruang makan tersebut.
"SAKTI, LEPASIN! HAHAHAHA ..."
"SAKTI!"
"IYA-IYA, YUNA SAYANGNYA SAKTI."
Sakti yang mendengar itu langsung menghentikan gelitikannya dan tersenyum penuh kemenangan. "Coba dari tadi kamu bilang gitu, kamu gak bakalan cape kaya gini."
"Sini, aku kasih energi biar kamu gak capek."
Setelah mengatakan itu, Sakti langsung memberikan kecupan hangat di kening milik Yuna.
Cup!
Yuna terdiam di tempatnya dan wajahnya berubah merah karena tindakan Sakti tersebut.
"Malu nih ye" ledek Sakti.
"SAKTI!"
Tawa Sakti langsung pecah ketika mendengar teriakan nyaring dari Yuna.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
ChickLitBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...