Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...---------------------------------
OBAT PENENANGSakti mengernyit bingung ketika tidak menemukan Yuna di dalam ruangannya.
"Ke mana dia?"
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka dan menampilkan suster Rini yang terkejut melihat keberadaan Sakti di dalam ruangan tersebut.
"Dokter Sakti?"
"Dokter lagi nyari dokter Yuna?"
Sakti yang mendengar itu sontak menganggukkan kepalanya. "Saya sedang mencari dokter Yuna. Apa dokter Yuna belum selesai melakukan operasi?"
Bukan tanpa sebab Sakti menanyakan hal itu. Sebab, sebelumnya Yuna lebih dulu mengirimkan pesan kepadanya untuk memberitahukan jika dia akan melakukan operasi kepada salah satu pasiennya. Yuna mengatakan itu karena dia takut Sakti menunggu terlalu lama, apalagi lelaki itu sebelumnya mengatakan akan menjemputnya untuk makan siang. Oleh karena itu Sakti tau mengenai operasi yang di lakukan Yuna.
"Sebenarnya operasi yang di lakukan olen dokter Yuna sudah selesai dari satu jam yang lalu, dok. Tapi, dokter Yuna tadi pergi dengan tergesa-gesa" beritahu suster Rini.
"Pergi? Ke mana? Apa ada pasien darurat?" tanya Sakti.
"Saya juga tidak tau dokter Yuna pergi ke mana, dok. Saya awalnya juga mengira dokter Yuna pergi tergesa-gesa karena ada pasien darurat. Tapi, setelah saya cek ternyata tidak ada satu pun pasien yang dalam keadaan darurat."
Jawaban dari suster tersebut malah membuat Sakti semakin bingung dan juga heran. Ke mana Yuna pergi? Kenapa dia tidak memberitahukan hal ini kepadanya?"
"Em, dokter Sakti. Saya bukannya ingin ikut campur. Tapi sepertinya dokter Yuna ada urusan yang sangat penting. Apalagi tadi saya lihat wajah dokter Yuna terlihat begitu panik" ucap suster Rini takut-takut menatap lelaki di depannya.
Sakti yang ingin pergi dari ruangan itu sontak menghentikan langkahnya ketika pintu ruangan tersebut terbuka.
Sakti sedikit terhuyung ketika orang yang masuk ke dalam ruangan itu tadi langsung memeluk dirinya.
"Na?"
Suster Rini yang melihat dua orang di depannya itu seperti membutuhkan ruang dengan segera meninggalkan ruangan tersebut. Dan akhirnya, di ruangan itu hanya ada Sakti dan juga Yuna yang berada di pelukannya.
Sakti awalnya bingung melihat tindakan Yuna yang memeluknya secara tiba-tiba. Namun, melihat bagaimana cara memeluk gadis itu kepadanya, dia mengerti. Pasti ada hal mengganggu gadisnya. Sakti pun membiarkan Yuna memeluknya sampai gadis itu menjadi sedikit lebih tenang.
Setelah beberapa saat, pelukan Yuna pun terlepas. Sakti langsung membawa gadis itu untuk duduk di kursi yang berada di belakang mereka.
"Sakti, aku harus apa?"
"Aku--- aku cape banget rasanya, Sak."
"Aku cape banget harus nguatin orang lain, sedangkan aku sendiri gak sekuat itu."
"Hidup yang aku jalani kenapa berat banget ya? Kayanya aku gak di kasih untuk istirahat sedikit pun."
"Na, kalau kamu belum siap untuk nyeritain ini sama aku, lebih baik gak usah. Aku siap nunggu sampai kamu siap nyeritain ini semua sama aku. Aku gak ke mana-mana, Na. Aku selalu ada di samping kamu. Ada aku, Na. Kamu bisa bagi apapun itu sama aku. Aku senang kalau kamu bisa ngandelin aku. Aku jadi merasa di butuhkan sama kamu."
"Sekarang, kita makan dulu ya. Aku gak mau kamu sampe sakit. Masa aku perhatian sama pasien, tapi gak perhatian sama pacar sendiri. Aneh kan? Yuk, kita makan. Kamu mau makan apapun bebas, aku ngikutin kamu."
Lagi dan lagi, hanya mendengar suara lembut Sakti saja sudah membuat perasaan Yuna menjadi lebih tenang.
Wajah sedih yang di tampakkan Yuna tadi pun berubah menjadi cerah. Sakti memang obat penenang paling mujarab untuk dirinya. "Makasih ya, Sak."
"Apapun untuk, my queen" sahut Sakti tersenyum manis.
"Jadi, aku boleh makan apapun kan?" tanya Yuna senang.
"Iya, apapun. Aku bakal turutin semuanya" jawab Sakti mantap.
"Kalau gitu, aku mau all you can eat" seru Yuna.
"anything for you, my queen" ucap Sakti lembut.
"Let's go ...."
Melihat wajah bahagia dari Yuna membuat Sakti tersenyum. Sakti tidak tau apa yang terjadi kepada gadisnya tadi. Tapi, apapun itu dia akan membuat gadisnya selalu bahagia seperti ini.
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
ChickLitBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...