Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...-----------------------------------
PENYESALANSuasana di dalam kediaman Mahendra masih terlihat begitu mencekam, apalagi wajah Yuna sedari tadi terus menampilkan senyum kemenangan kepada kedua orang yang telah memberikannya luka yang begitu dalam.
"Bagaimana bapak Mahendra--- em atau ayah? Kejutan yang sangat menarik bukan?" kekeh Yuna.
"Mas, j-jadi sampai saat ini kamu belum mengetahui apapun tentang Laura?" tanya Saras menatap mantan suaminya kaku.
"Saya tidak pernah mengetahui apapun tentang itu" jawab Mahendra pelan.
Saras yang mendengar itu pun memundurkan langkahnya karena terkejut. Dia kira selama ini mantan suaminya itu mengetahui tentang keberadaan anak kedua mereka, Laura.
Saras lantas menatap anak pertamanya dengan wajah kaku. "Yuna, di mana Laura? Bunda pengen ketemu sama dia?"
Yuna yang mendengar penuturan tersebut sontak terkekeh. Sehingga membuat semua orang yang berada di sana kecuali Sakti menatapnya bingung. "Anda yakin ingin bertemu Laura?"
"Bunda yakin, bunda ingin bertemu adik kamu. Di mana Laura sekarang? Pasti dia udah besar dan cantik seperti kamu" ucap Saras dengan tersenyumannya.
"Kalau anda yakin, silahkan mati sekarang juga."
Perkataan Yuna tersebut membuat semua orang yang berada di sana terkejut bukan main.
"Yuna? Maksud kamu apa? Bunda hanya ingin bertemu adik kamu. Dan setelah itu kita akan kembali berkumpul bersama lagi seperti dulu" tegur Saras.
"Bukannya anda ingin bertemu dengan adik saya? Kalau anda ingin bertemu dengan adik saya berarti anda harus mati terlebih dahulu baru anda bisa menemuinya di akhirat" sarkas Yuna.
"A-akhirat? M-maksud kamu, Laura sudah tidak ada?" tanya Saras kaku.
"Ya, ibu Saras yang terhormat. Adik yang saya sayangi itu telah tiada. Dia meninggalkan saya seorang diri di dunia yang sangat menyakitkan ini" jawab Yuna dengan penuh penekanan.
"Apa kamu tidak bisa menjaga adik kamu, Yuna?"
Ucapan dari Saras tersebut membuat Yunas tertawa. "Apa anda baru saja menyalahkan saya atas kepergian Laura?
"Ya, mungkin yang anda katakan memang benar. Saya memang tidak becus menjaga adik saya sendiri sampai-sampai dia harus mengalami kejadian tragis seperti itu."
"Tapi, sebelum menyalahkan saya. Seharusnya anda berkaca terlebih dahulu. Apa anda tidak pernah merasa bersalah? Anda meninggalkan kami berdua hanya karena keluarga dari suami baru anda tidak menerima keberadaan kami. Anda membuang kami yang jelas-jelas berstatus sebagai anak kandung demi laki-laki yang baru anda kenal? Apa hati nurani anda sebagai seorang ibu sudah tertutup, sampai-sampai dengan tega meninggalkan anak-anak anda yang masih kecil demi seorang laki-laki?"
"Seharusnya anda sebagai seorang ibu bisa memberikan kami kasih sayang dan menjadi tempat untuk kami berlindung. Tapi apa? Anda bahkan tidak pernah melakukan peran itu. Di saat orang lain memiliki orang tua yang lengkap dan saling bercanda satu sama lain dengan orang tua mereka, yang kami bisa lakukan hanya memandang iri kepada anak-anak tersebut."
"Ayah yang saya harapkan bisa melindungi saya nyatanya tidak pernah menaruh rasa peduli kepada saya. Bahkan, untuk mencari keberadaan saya pun tidak pernah. Dan bunda yang pergi meninggalkan kami berdua pun tidak pernah satu kali pun menanyakan bagaimana keadaan kami? Apakah kami baik-baik saja? Apakah kami sudah makan? Apakah kami kesepian? Tidak pernah."
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
ChickLitBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...