PART 37

18.4K 993 5
                                    

Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...

------------------------------------
KHAWATIRNYA YUNA

Hari yang panjang serta melelahkan bagi Yuna kemaren akhirnya terlewati. Kini gadis itu kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa, apalagi jika tidak pergi bekerja ke rumah sakit.

Yuna yang hendak melakukan visit kepada para pasiennya di temani oleh suster Rini dan juga suster Vera sontak menghentikan langkahnya ketika mendengar bisik-bisik dari perawat lain yang tak jauh dari tempatnya berada.

"Ku dengar tadi dokter Sakti di serang oleh suami pasien yang berobat dengannya. Tangan dokter Sakti terluka karena goresan pisau dari orang itu tersebut."

"Benar, aku juga mendengar berita itu dari salah satu temanku yang saat itu sedang berjaga di sana."

"Istri dari orang yang menyerang dokter Sakti itu adalah pasiennya. Dokter Sakti sempat curiga karena menemukan banyak lebam biru di tubuh ibu tersebut, apalagi di bagian perutnya. Bahkan, ibu itu terlihat takut ketika melihat wajah suaminya yang menemaninya ke dalam menemui dokter Sakti. Dokter Sakti yang curiga langsung memanggil pihak keamanan rumah sakit. Dan benar saja, setelah pihak keamanan datang, suami ibu itu langsung menyerang dokter Sakti. Untung saja pihak keamanan di rumah sakit kita bergerak cepat, jika saja mereka terlambat sedikit, mungkin sekarang dokter Sakti harus mendapatkan jahitan di area perutnya."

Tanpa pikir panjang, Yuna langsung berlari untuk menghampiri Sakti.

"Dokter Yuna!"

"Dokter!"

Yuna mengabaikan teriakan dari suster Rini dan suster Vera. Yang ada di pikirannya saat ini hanya ada Sakti.

*****

Ketika sampai di depan ruangan milik Sakti, Yuna langsung membuka pintu itu cepat.

Dua orang yang berada di ruangan tersebut langsung menatap ke arah pintu.

"Saya pergi dulu, dokter Sakti. Saya tidak ingin mengganggu kalian" ucap salah satu dokter yang membantu mengobati Sakti.

"Terima kasih, dokter Farhan" sahut Sakti.

"Sama-sama, dokter Sakti."

Setelah mengucapkan itu, dokter yang bernama Farhan tersebut langsung melangkahkan kakinya keluar dari ruangan milik Sakti seraya melemparkan senyumnya kepada Yuna.

Yuna yang melihat sudah tidak ada keberadaan dokter Farhan di sana pun langsung melangkahkan kakinya menghampiri Sakti dan kemudian memeluk lelaki tersebut.

"Aku khawatir banget sama kamu. Kenapa kamu gak bilang sama aku?"

Sakti tersenyum dan mengelus kepala gadis yang memeluknya itu dengan lembut. "Ini salah satu alasan aku gak mau ngasih tau kamu. Lihat kan? Kamu jadi khawatir gini."

Yuna pun melepaskan pelukannya dan menatap Sakti dengan kesal. "Tetap aja kamu harus ngasih tau aku, Sakti. Kalau kamu gak ngasih tau aku, justru aku semakin tambah khawatir sama kamu. Untung aja aku dengar suster-suster lain ngomongin masalah kamu."

"Maaf ya, aku cuman gak mau bikin kamu khawatir sama aku. Lagian ini cuman luka kecil dan udah di obatin juga" ucap Sakti lembut.

"Walau lukanya kecil, tetap aku khawatir sama kamu" sahut Yuna yang kembali memeluk tubuh Sakti.

Sakti pun membiarkan Yuna memeluk tubuhnya dan membiarkan gadisnya itu agar lebih tenang.

Setelah beberapa saat, Yuna pun melepaskan pelukannya dan menatap Sakti dengan tatapan yang teduh. "Lukanya sakit banget?"

"Gak kok. Sisa nyeri-nyerinya aja" jawab Sakti dengan tersenyum.

"Lain kali kamu harus bilang sama aku kalau terjadi sesuatu sama kamu" ucap Yuna tegas.

"Iya Yuna sayang ..." sahut Sakti.

Sakti yang ingat akan sesuatu pun langsung menggenggam tangan milik Yuna dengan lembut. "Na ..."

"Kenapa, Sak?" sahut Yuna.

"Aku tau ini bukan waktu yang tepat buat aku ngomongin ini sama kamu. Apalagi setelah kejadian yang kamu lalui kemaren" Sakti pun menjeda ucapannya. Sedangkan Yuna menunggu kelanjutan dari ucapan Sakti tersebut.

"Aku dan papa udah ngobrolin masalah ini. Aku dan papa besok akan datang ke rumah ayah kamu buat ngelamar kamu secara resmi. Aku ngelakuin ini karena aku pengen ngejaga dan juga ngelindungin kamu. Dengan status kita yang berubah menjadi suami istri, aku jadi punya hak dan kuasa yang jauh lebih besar untuk bisa ngejaga kamu. Aku hanya ingin kamu bisa hidup dengan tenang dan juga nyaman, Na. Oleh sebab itu, aku ingin memberikan ketenangan dan kenyamanan itu untuk kamu."

"Kamu gak keberatan kan kalau aku dan papa besok ke rumah ayah kamu ?"

"Na, kalau kamu masih merasa berat, kamu bis----"

"Aku gak keberatan sama sekali. Justru aku senang karena kamu mempercepat niat baik itu" potong Yuna cepat.

"Kamu serius?" tanya Sakti memastikan.

"Aku serius, Sakti" jawab Yuna mantap.

"Kalau gitu aku akan memberitahukan hal ini kepada papa dan juga ayah kamu" seru Sakti.

Yuna yang mendengar nada suara Sakti yang berubah menjadi riang itu pun sontak terkekeh. Dia bersyukur memiliki Sakti di sisinya.

-bersambung-

MEET AGAIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang