Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...-----------------------------------
MEREKA TAUSemua orang, yakni Mahendra, mama Susan dan Kevin terpaku ketika mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi Yuna.
Depresi. Mereka tidak pernah menyangka jika gadis yang selalu terlihat kuat itu nyatanya mengalami hal seperti itu.
"Dokter Sakti, saya sudah memberitahu anda sebelumnya jika Yuna tidak boleh merasa begitu tertekan. Ini akan semakin memicu depresi yang dia rasakan. Yuna harus tetap merasa tenang, itu yang dia butuhkan sekarang. Dan saya harap semua orang yang ada di sini bisa berkontribusi atas itu."
Ucapan Andre membuat Sakti terdiam. Dia menatap wajah Yuna yang masih belum sadarkan diri.
Mengingat keadaan Yuna tadi, membuat Sakti benar-benar merasa sakit. Dia merasa gagal untuk melindungi dan menjaga gadisnya. Padahal sebelumnya dia telah berjanji untuk menjaga gadis itu, tapi nyatanya dia malah lalai.
"Bisakah sekali ini saja kalian menaruh rasa peduli kepada Yuna? Khususnya om, sebagai ayah kandungnya."
Bukan Sakti yang mengucapkan, itu Anya. Anya memaksa ikut kepada suaminya ketika tau suaminya itu akan pergi ke rumah sang sahabat.
"Dari dulu, bahkan sampai sekarang apa om pernah peduli sama Yuna? Apa om pernah perhatian sama Yuna? Apa om tau apa yang Yuna suka dan apa yang dia gak suka? Apa om pernah bicara lembut sama Yuna? Apa om pernah lakuin semua itu? Gak pernah kan? Apa segitu gak berartinya Yuna di dalam hidup om, sampai om bersikap seperti itu kepada Yuna?" hardik Anya marah menatap ayah sahabatnya.
"Om gak pernah tau kan gimana perasaan Yuna saat tau kedua orang tuanya memilih untuk meninggalkannya? Hancur, om. Hati Yuna hancur asal om tau."
"Yuna memang terlihat kuat, tapi di dalamnya dia gak sekuat itu, om. Banyak luka, kesakitan yang dia pendam. Bahkan, saya sebagai sahabatnya sendiri merasa gak berguna ketika Yuna gak berbagi bebannya kepada saya. Tapi saya tau, Yuna melakukan itu semua karena dia gak pengen orang-orang di sekitarnya merasa terbebani karena masalahnya. Sebaik itu Yuna, om. Tapi om sebagai ayahnya malah seakan-akan membuang Yuna."
Semua orang yang berada di ruangan itu terdiam. Bahkan, Mahendra menatap sendu kepada anaknya yang tengah menutup mata itu.
"Tolong, tolong kali ini aja om jangan membuat Yuna begitu merasa tertekan. Saya gak mau kehilangan Yuna, om. Saya gak mau Yuna melakukan hal nekat seperti dulu. Cukup itu, tidak lagi" lirih Anya yang kini di dekap suaminya.
"Maksud kamu apa? Hal nekat? Apa yang di lakukan Yuna?" tanya Mahendra.
"Yuna dulu mencoba mengakhiri hidupnya karena depresi berat yang dia rasakan."
"MAS!"
"AYAH!"
Tubuh Mahendra hampir saja limbung ketika mendengar ucapan Sakti.
"Depresi Mayor, depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Penderita depresi mayor memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidupnya atau dengan kata lain dia bisa nekat untuk melakukan bunuh diri" lanjut Sakti yang mengetahui hal itu dari Andre.
Mahendra yang mendengar itu tidak menyangka jika anaknya pernah melakukan hal nekat tersebut. Mama Susan bahkan merasa syok ketika mengetahui hal itu.
Kevin? Dia terpaku di tempatnya. Dia benar-benar merasa bersalah kepada Yuna. Dia menyesal telah berbicara seperti itu kepada Yuna sebelumnya. Pantas saja, Yuna selalu menatap marah ketika dia menyuruh gadis itu untuk memaafkan kesalahan ayahnya. Ternyata, di balik itu semua ada hal besar yang benar-benar dia tidak ketahui. Yuna benar, dia memang tidak tau apa-apa mengenai kehidupan dan juga kesakitan gadis itu.
"Saya telah membuat keputusan. Dan saya harap keputusan saya ini bisa om dan juga tante terima."
Ucapan Sakti itu membuat Mahendra dan mama Susan langsung mengalihkan tatapan mereka kepada lelaki yang sejak tadi selalu berada di samping Yuna.
"Biarkan Yuna tinggal bersama saya untuk sementara. Hanya sampai semuanya kembali normal. Yuna saat ini membutuhkan rasa tenang dan juga nyaman. Di rumah ini, dia tidak mendapatkan semua itu. Jadi, saya harap om dan juga tante mengerti dan menerima keputusan saya ini" lanjut Sakti dengan wajah yang serius.
Mahendra yang mendengar itu sempat terdiam beberapa saat dan menatap wajah damai Yuna yang masih menutup mata tersebut.
"Bawa Yuna bersamamu. Kamu benar, di rumah ini dia tidak mendapatkan rasa tenang dan juga rasa nyaman. Saya percaya kepada kamu."
"Terima kasih, om" ucap Sakti.
"Ma, siapkan semua barang keperluan Yuna" perintah Mahendra pada sang istri.
Mama Susan pun langsung mempersiapkan semua barang perlengkapan Yuna.
"Jaga Yuna" ucap Mahendra.
"Tentu saja. Tanpa om suruh pun saya akan selalu menjaga Yuna" sahut Sakti.
-bersambung-
![](https://img.wattpad.com/cover/338854318-288-k681696.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEET AGAIN (END)
ChickLitBertemu dengan mantan pacar sewaktu SMA? Itulah yang di alami oleh Yuna, seorang gadis yang berusia dua puluh sembilan tahun dan berprofesi sebagai dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Yuna tidak pernah menyangka jika dia kembali...