3

306 18 0
                                    

Happy Reading

.

.

(Telah di Revisi)

***

ShhhAku sedikit meringis ketika tanganku menyentuh air, rasa perih terasa dari beberapa luka goresan yang kudapatkan tadi.

Setelah selesai membersihkan tanganku, aku berjalan mendekat pada anak bermata Aqua itu. "Hei? Apa kau terluka?" Tanyaku.

Ia menggeleng dengan wajah yang tertunduk.

Dahiku mengernyit melihat reaksinya, Apa dia tidak bisa bicara? Dari tadi dia hanya diam membisu.

"Terima kasih." Ucapnya dengan lirih, yang membuatku terkejut. Aku garuk kepalaku walau tidak terasa gatal, aku merasa salah tingkah karena sempat mengiranya bisu.

"Tidak masalah, malah. Aku ingin minta maaf karena aku kau terkena pukulan, aku takut pukulan itu melukaimu, bisa saja tubuhmu terluka dari dalam." Aku merasa khawatir dengannya, takutnya dia terluka dari dalam tubuh. Misalnya jantungnya lebam? Memikirkan hal itu membuat badanku bergidik.

"Tidak apa-apa, pukulan itu tidak terasa sakit, jangan menyalahkan dirimu." Anak laki-laki itu tersenyum kecil, mata aquanya menyorot teduh padaku. Warna birunya sangat lah cantik. "Seharusnya kau khawatirkan dirimu, kau terluka karena menolongku."

Aku terharu mendengarnya yang terlihat mengkhawatirkanku, aku tertawa sambil mengangkat kedua lenganku sembari menunjukkan otot-otot tanganku padahal aku tidak memiliki otot selain tangan kurus, "hahahah, aku tidak selemah itu sampai harus merasakan sakit karena luka goresan kecil. Ini bukan salahmu atau salahku tapi ini adalah kesalahan anak gemuk seperti babi itu! iuww~jijik sekali aku menyebutnya!!!" Mataku menyipit disertai tubuhku yang bergidik ngeri, menyebut babi itu membuat bulu tubuhku berdiri. Sensor kejijikanku kambuh karena anak itu! Menyebalkan!!!

"Pftt, kamu lucu." Tiba-tiba anak itu tertawa kecil.

Mendengarnya menyebutku lucu membuatku mengerjapkan mataku lalu kemudian aku tertawa kembali, "hahahaha, aku menyukaimu! Beritahu aku siapa namamu?!" Tanyaku dengan antusias, anak itu terlihat menyenangkan.

Dia tidak menjawabku, dan hanya diam saja.

Ohh! Aku melupakan tatak krama.  Ku tepuk dahiku pelan saat teringat perkataan mama mengenai—jika menanyakan nama orang lain lebih dulu sebelum mengenalkan nama kita, itu dianggap sedikit tidak sopan.

"Maafkan aku karena bertindak kurang sopan," aku tersenyum kecil, lalu tanganku memegang ujung dress yang kukenakan, kutarik sedikit lalu aku menunduk kecil dengan kaki yang menyilang, ini adalah salam yang sering mama ajarkan padaku. Walaupun aku tidak bisa memberikan salam seanggun mama. "Namaku Liana Theresia, kalau kamu?"

Ia terdiam sambil memandangku, lalu kemudian dia menunduk. "Vion."

"Nama yang indah!" Pujiku, ternyata namanya adalah Vion. Aku menyukai namanya.

Terlihat Vion sedikit tersipu, melihatnya yang malu-malu membuatku terkekeh. Dia benar-benar terlihat lucu seperti rubah saja.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang