47

73 5 1
                                    


"Aku salah bercerita padamu." Kata Liana dengan ekspresi yang datar.

"Hahahaha."

***

"Selesai! Hanya tinggal satu sentuhan terakhir." Liana berseru sembari mengangkat surat yang dia tulis sejajar dengan matanya, lalu dia mendekatkan surat itu pada wajahnya.

Muachhhhh!~♡

Yukki yang melihat itu memasang ekspresi geli, entah mengapa dia merasa ada bayangan berbentuk love kecil memantul dari kepalanya dan berbunyi tuing.

'Ternyata benar yang dikatakan oleh Aya, orang yang sedang jatuh cinta itu buta, dan terkadang mereka akan gila.'

BOOMMM!

Tak!

Keduanya terjengit kaget saat mendengar suara ledakan yang besar, Liana bahkan menjatuhkan tinta hitam yang dia pakai untuk menulis ke lantai membuat lantai itu berwarna hitam.

Yukki segera berdiri, dia merasakan seluruh bulu kuduknya meremang.

"Perasaan apa ini? Seperti ada aura gelap yang mengelilingi istana!"

Liana juga merasakan hal yang sama hingga tanpa sengaja dia menginjak genangan tinta itu membuat gaun tidurnya kotor bahkan kakinya berwarna hitam. Menyadari kecerobohannya Liana segera menjauhi genangan itu, saat dia melihat kearah kubangan tinta dia melihat bayang-bayang bermata merah sedang tersenyum lebar ke arahnya. Itu terlihat bukan senyum yang ramah melainkan senyum yang penuh akan hasrat untuk membunuh.

Brukk.

"Akhhh!" Liana terjatuh akibat tersandung pena yang menggelinding ke lantai.

Yukki mendekat padanya lalu membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?"

Liana mengangguk.

"Dia datang!"

"Siapa?"

"Keputusasaan."

Deg!

Mendengarnya membuat Liana bergetar ketakutan, ada rasa sesak yang hinggap di dadanya. Tanpa sadar dia menggenggam erat tangannya.

"Sekarang kau tidak bisa melawannya, jika kau bertemu dengannya maka kau akan habis Liana! Aku tahu makhluk itu belum sempurna namun aku tidak bisa bertindak gegabah dengan menyuruhmu kesana!"

AKHHH!

KYAAA!

PANGERAN!

Liana terkejut mendengar semua teriakan yang berasal dari aula istana, terdengar sangat nyaring hingga suara itu sampai ke dalam kamarnya.

'Pangeran?'

Tersadar sesuatu Liana menepis tangan Yukki yang memegang lengannya.

"Kau harus tetap disini! Aku sudah memasang barier untukmu! Yang lainnya akan aman!" Tegas Yukki, dia kembali memegang tangan Liana untuk mencegahnya keluar dari kamar.

Liana menatap Yukki kesal, "tidak!" Dengan kasar dia menyentak tangan Yukki, "aku tidak akan berdiam diri saja. Mereka dalam bahaya, bayangan itu mengincar pertemuan para bangsawan."

"Kau tidak akan bisa menang Liana!"

"Aku tahu."

Dahi Yukki menukik tajam mendengar jawaban itu.

"Lantas mengapa kau kesana!"

"Aku tidak ingin Vion dan yang lainnya terluka, mereka berharga bagiku."

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang