15 (REVISI)

127 9 0
                                    

appy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

appy Reading

.

.

(Selesai di Revisi)

***

"Eh? Kenapa bulu yang berwarna putih ini ada di sini?" Aku merasa heran melihat begitu banyak bulu-bulu berwarna putih berjejer rapi di depan kakiku. Kumpulan bulu itu seperti menuntunku ke suatu tempat, yang mengarah ke lorong yang gelap.

'Apa bulu-bulu itu ingin aku ke sana?' Perasaanku menjadi tidak nyaman ketika menatap lorong gelap itu. Bagiku lorong itu terlihat menakutkan, lebih menakutkan dibanding lorong yang kujelajahi di istana. Ingin aku berbalik untuk menjauhi lorong gelap itu, tetapi para bulu bergerak kecil seperti memaksaku untuk ke sana.

Sejenak aku mencoba mengontrol rasa takutku, sembari menarik napas sejenak. Secara perlahan aku berjalan mengikuti setiap helai bulu, pada setiap langkahku bulu-bulu itu akan menghilang lalu muncul di depan. Hingga langkahku terhenti tepat di depan dinding berbata merah yang penuh lumut.

Aku keheranan menatap dinding buntu itu, padahal para bululah yang menuntunku hingga di sini. Jadi itu bukan kesalahanku jika aku tersesat. Aku mencoba meraba-raba dinding yang ada di depanku ini, kupandangi dengan teliti setiap celah yang ada pada dinding berharap menemukan satu tombol misteri yang sama seperti di film-film, mungkin saja ada satu tombol.

Semakin kuperhatikan, ada sesuatu yang aneh dari dinding itu. Aku merasa ada yang janggal sebab aku melihat ada sesuatu berwarna merah samar, tidak jelas, dan terlihat kabur; Sepertinya benar ada ruangan rahasia di balik dinding itu.

Aku tersenyum lebar kala bayangan hal luar biasa yang akan terjadi jika aku masuk ke dalam ruangan rahasia itu. 'Rasanya seperti bermain detektif saja.' pikirku. Aku mundur beberapa langkah untuk lebih melihat dengan jelas, tapi secara tidak sengaja aku menginjak keramik yang agak goyah.

Krieet.

"Eh?" Keramik yang kupijak tenggelam sedikit menghasilkan bunyi berderit pada dinding yang kuperhatikan tadi, dinding itu bergoyang meluruhkan beberapa tanah dan lumut yang menempel padanya. Secara perlahan dinding itu terbuka menampilkan anak tangga yang sangat banyak, ujung anak tangga itu tidak terlihat dikarenakan gelap, tidak ada satu pun lampu di sini.

Glek---kutelan salivaku dengan berat; Ini sangat menyeramkan tapi tidak bisa kupungkiri jika aku sangat penasaran.

'Apakah aku harus masuk? Atau kembali?' Sejenak kebimbangan menghampiriku. Kepalaku berperang memikirkan langkah apa yang harus kutentukan. Membuatku melamun sembari memikirkan hal itu sampai aku tidak sadar kalau aku telah memasuki lorong itu.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang