Mereka bergegas naik ke dalam kereta kuda, kecuali Pilix dan Nicold yang lebih memilih menunggangi kuda mereka. Untuk Rachel pengecualian khusus sebab dia belum bisa menunggang kuda.Saat kereta mulai bergerak, Liana baru menyadari jika Vion tidak ikut dengan mereka. "Vion dimana?"
Grisa menoleh, "pangeran tidak bisa ikut karena sibuk."
Kekecewaan terlihat di wajah Liana, ia memilih keluar menatap ke arah jendela yang menampilkan istana Forsythia.
Liana memegang dadanya, dia merasakan degup jantungnya yang meningkat. Rasanya seperti ada sesuatu yang menanti mereka di sana.
'Vion...entah kenapa perasaanku menjadi gelisah.'
Kereta yang mereka tumpangi mulai melewati gerbang lalu pergi jauh hingga tidak terlihat lagi, tapi ada sesuatu yang samar terlihat di balik pepohonan yang rimbun, seperti siluet seseorang.
Matanya berwarna merah berkilat di balik bayangan, tatapannya yang tajam menatap lurus. Saat dia melangkah lebih maju, dia tersorot cahaya, menampilkan surainya yang berwarna dark blue.
Seringai terbit dari mulutnya, setengah wajahnya tertutup oleh rambutnya yang sedikit panjang.
"Ini waktunya untuk berburu mencari mangsa." Gumamnya. Setelah itu dia melesat dengan cepat meninggalkan goresan bertuliskan 'tolong' entah dia sadar atau tidak saat dia menulis itu, tetapi yang pasti hanya seseorang yang terjebak ditubuhnya lah yang tahu itu.
Kereta yang ditumpangi oleh mereka berhenti di depan pintu masuk ibu kota, mereka turun dari kereta dan setelahnya kereta itu pergi.
Liana merasa bingung karena mereka turun di pintu masuk ibu kota sedangkan pestanya berada cukup jauh dari tempat mereka.
"Kenapa kita berhenti di sini?" Tanya Liana.
"Lebih baik kita turun di sini, karenakan kita akan berbaur dengan rakyat." Jawab Seny.
Tanpa banyak berpikir Liana mengangguk, dan mereka pun berjalan ke tempat pesta itu di mulai.
"Dengarkan aku Rith, aku harap kau tidak menggangguku dengan seseorang saat berada di sana!" Bisik Rachel, dia mendekat pada Rith yang berjalan lebih dulu di depannya.
Dahi Rith mengerut, dia menatap sinis kembarannya itu, "O.K.E." jawabnya dengan senyum yang di paksakan.
Seny yang melihat kejadian itu mengulum senyumnya.
"Lucu." Celetuk Nicold yang entah sejak kapan berdiri di samping Seny.
"Iya, mereka sangat lucu."
"Bukan mereka yang lucu, tapi dirimu." Kata Nicold, tanpa memperdulikan seperti apa reaksi Seny, dia berjalan lebih dulu meninggalkan Seny yang masih mencerna setiap kalimat yang di lontarkan oleh Nicold.
Liana, Grisa, dan Pilix, mereka geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka. Hingga tidak terasa tibalah mereka di tempat pesta itu.
Terdengar suara bising yang bersahutan. Tempat itu sangatlah ramai, lalu dengan gemerlap cahaya dari lilin yang di bungkus di dalam kotak dengan bentuk yang bermacam-macam ikut serta mempercantik dekorasi pesta itu.
Mereka berdecak kagum melihat pesta yang disiapkan rakyat untuk mereka.
"CANTIK!" Pekik mereka bersamaan.
'Mirip dengan pasar malam.' batin Liana. Dia terpesona akan keindahan pesta itu. Walaupun lebih sederhana dari pesta kemarin tapi pesta ini rasanya lebih meriah. Melihat keindahan itu telah menghilangkan rasa lelah Liana, dia kembali bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forsythia and Gladiol (first) END
FantasyIni adalah cerita tentang seorang gadis kecil yang berpetualang dalam dimensi yang berbeda melalui sebuah pintu usang dengan simbol-simbol berbentuk abstrak yang sulit dipahami apalagi oleh gadis kecil itu. Tetapi herannya, mengapa gadis itu dapat m...