10

158 9 0
                                    


Happy Reading

.

.

(Proses Revisi)

***

"Lianaaa! Ayo bangunn!!!!"

Ugh..Aku menggeliat di atas tempat tidur ketika merasakan ada sesuatu yang mengguncang ku.

'Sepertinya aku mendengar dengungan sesuatu, tapi sudahlah, lupakan saja mungkin itu hanya serangga.'

Ku Hiraukan saja suara itu dan lebih memilih untuk tidur karena aku masih mengantuk. Tadi malam aku hanya dapat tidur beberapa jam saja.

"Liana bangunnnn!!!"

Lagi, suara itu kembali terdengar tapi kali ini guncangannya semakin kuat di bahuku. Membuatku sedikit terusik dan aku mengerang.

"Eunghh, Ai sebentar lagi, aku mengantukk hoam~"

Bukannya berhenti, guncangan itu semakin cepat membuatku berdecak. Rasanya alisku mengerut, aku merasa terganggu oleh guncangan itu. Karenanya aku menarik selimut hingga ke leher.

"Heii~ini aku Seny bukan Ai, lagipula siapa Ai? Ayo Liana bangun untuk sarapan, yang lain sudah menunggumu!!!"

Dia menarik selimutku, tapi aku tetap kekeuh untuk melanjutkan tidurku.

Samar-samar aku mendengar suara dengusan, "ish, Liana kamu sulit sekali dibangunkan, aku tidak punya pilihan lain selain ini."

"LIANA AYO BANGUN!! YANG MULIA RAJA BERKUNJUNG KE KAMARMU!!!!"

Tiba-tiba terdengar teriakan yang memekakkan telinga, mendengungkan gendang telingaku. Saking kencang membuatku langsung membuka mata, belum sempat aku mengumpulkan nyawaku yang berceceran lekas saja aku berdiri sambil memberi hormat.

"M-MAAF ATAS KETIDAKNYAMANAN NYA YANG MULIAAA!!!" Secara spontan aku juga ikut berteriak.

Pandanganku buram setelah bangun tidur, tapi samar-samar aku melihat keberadaan Seny. Ku usap mataku agar kabur itu hilang, bersamaan dengan itu aku mendengar suara gelak tawa Seny.

Lagi aku mengusap sebelah mataku dengan dahi yang mengernyit bingung. Aku tidak mengerti mengapa Seny tertawa terbahak-bahak begitu.

"Cukup, hahh! Ekhm! Liana segeralah bersiap-siap untuk sarapan, yang mulia Ratu mengajakmu sarapan bersama."

"Sarapan?"

Aku menoleh ke arahnya dengan wajah bantal, sungguh saat ini mataku berat sekali. Lalu kerutan di dahiku mendalam berusaha melihat dengan jelas wajah Seny, ia berdiri di belakang cahaya yang masuk lewat kaca balkon, membuat pandanganku padanya terhalang cahaya yang menyilaukan.

"Seny apa yang kau lakukan di kamarku?"

Ya, mengapa Seny berada di kamarku sepagi ini? Apa ada sesuatu yang ia inginkan dariku?

"Ma-af adakah dinding yang cukup keras? Sepertinya aku ingin membenturkan kepalaku ke dinding itu." Celutuk Seny.

Mendengar itu menambah kebingunganku, untuk apa ia membenturkan kepalanya?

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang