48

62 5 0
                                    


Liana yang melihat itu tentu menatap takjub kemampuan hebat milik putra sulung keluarga Glova.

'Seperti bibi Rilien!'

***

Tang!

Srett!

Blam!

Lebih dari sejam pertarungan itu masihlah berlangsung, belum ada pihak yang menunjukkan tanda-tanda kekalahan. Namun sepertinya pihak musuh lebih unggul dari pihak kerajaan Forsythia yang terlihat mulai kelelahan bahkan para prajurit yang mengepung tempat itu berkurang jumlahnya. Berbanding terbalik dengan para mahkluk mitologi yang tiba-tiba muncul mengacaukan aula istana.

Mahluk itu bernama Erubus, yang datang dari portal hitam bersama dengan pria yang terselimuti kabut ungu. Erubus itu berdatangan tanpa mengenal jumlah. Ibaratnya mati satu tumbuh seribu, sedangkan para prajurit mulai kehilangan stamina serta mana mereka. Begitu juga dengan para bangsawan.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?!" Tanya Egar sang kaisar pada pria yang muncul tiba-tiba membawa pasukan Erubus.

Pria itu menyeringai, mengusap pipinya yang tergores oleh sihir cahaya milik Egar. Goresan itu tidak menimbulkan luka.

Egar mulai menyadari jika kekuatan regenerasi pria itu lebih kuat darinya. Bahkan pria itu sepertinya belum menunjukkan kekuatan aslinya.

"Serahkan Forsythia itu." Terangnya.

Egar menggertakkan rahangnya, gigi-giginya bergemeletuk, dia bukanlah orang yang sabar. "Kau meminta sesuatu padaku? Sedangkan kau bukanlah tamu resmi, bahkan kau tidak diundang sama sekali. Jangan mengharapkannya!" Tolak Egar mentah-mentah, dia tidak akan Sudi menyerahkan Liana pada pria jahat itu.

"Percuma saja kau bertanya jika kau tidak bisa memberikannya, aku akan merebutnya secara paksa darimu." Desis pria itu. Secara cepat dia melesat ke arah Egar.

"Dewi keputusasaan berikan aku titahmu."

Siing.

Sebuah sabit muncul di tangannya, mengayunkannya sebentar lalu mengarahkannya ke arah Egar. Ujung sabit itu berkilat memantulkan bayangan Liana dan Vion yang menatapnya waspada.

Bayangan mereka terpantul karena mereka berada di belakang Egar. Tidak hanya ada Liana ataupun Vion, tetapi Pilix dan Nicold juga berada di sana. Mereka berdua memasang tameng untuk melindungi Liana.

Egar mengambil tempat Vion yang awalnya melawan pria asing itu, kekuatan Vion tidak sebanding dengan pria itu membuatnya kewalahan dan hampir kehabisan mana, karena itulah Egar yang menggantikan Vion untuk menghadapi pria itu.

"Berkat Dewi selalu menyelimuti umatnya, cahaya yang terang terletak pada ujung jarinya. Penciptaan mana, pedang cahaya!"

Siing..sebuah pedang muncul dari cahaya yang terang. Terbang didepan Egar.

Tang!

Lalu kemudian pedang itu jatuh tepat di depan kakinya. Egar mengangkat pedang yang dia ciptakan dengan mananya, lalu dia arahkan pada pria itu.

"Majulah."

Kedua pria itu melesat dengan cepat.

Tang! Siing!

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang