28

107 8 0
                                    


Ting, Ting.

Aku berkedip beberapa kali, saat mendengar suara dentingan alat makan yang saling beradu. Ini adalah kali kedua aku makan bersama Raja, dan suasananya tetap sama. Sunyi dan tegang.

Hufp~

Kulirik Vion yang duduk disamping bunda, sama sepertiku dia agak kaku dan canggung. Seperti orang baru saja.

"Ekhem!" Ayahnya Rith berdehem, mengalihkan atensi semua orang yang ada di meja makan.

"Tiga hari lagi kita akan mengadakan pesta penyambutan Liana, atas keinginan rakyat dan telah disetujui oleh yang mulia Raja."

"Hah? Pesta? Untukku?" Beoku.

Yang lain tersenyum kecuali aku dan Vion, terlihat jelas kalau kami sedang kebingungan. Sepertinya kami ketinggalan informasi.

"Itu benar, aku harap kau menikmatinya." Setelah mengatakan itu Raja berdiri, dia pergi bersama para advisornya.

"Woahh~lama sekali kita tidak mengadakan pesta, pasti pesta kali ini akan menyenangkan!" Ucap Rith dengan antusias bahkan senyumannya mengembang dengan lebar.

Kulirik Vion, dia tersenyum padaku yang juga kubalas.

Mulutnya bergerak menggumamkan sesuatu.

'Terima kasih.'

Ini hari ke-2 setelah pemberitahuan pesta yang akan di selenggarakan terkesan mewah dan mahan bagiku.

Aku masih mengingat bagaimana mereka menolakku saat aku mengatakan, "lebih baik pestanya diselenggarakan dengan sederhana saja tidak usah bermewah-mewah."

Perlu diketahui mereka menjawab dengan kompak. "Kau istimewa, dan kau adalah tamu kami. Sudah sewajibnya kami melakukannya!"

Hahh~

"Liana hari ini kau sudah menghela napasnya sepuluh kali, hati-hati perutmu bisa saja kembung karena terlalu banyak makan angin, hihi."

Aku mendelik ke arah Seny dan Rith yang cekikikan, mereka berdua berusaha menggodaku. Namun aku tidak akan terpancing, hohoho.

Hufp!

"Cih, tidak asik." Gumam Seny.

Mataku melirik sinis padanya, "aku mendengarnya." Sindirku.

Mereka kembali terkikik geli.

"Seny, Rith, berhentilah mengusili Liana, sebaiknya kita cepat perlu ke ibu kota, kalau tidak ingin kita pulang sore." Kata Grisa, dia menengahi perdebatan kami. Grisa berjalan lebih dulu meninggalkan kami, menuju kereta kuda yang telah siap di depan kastil.

Kami hari ini berencana pergi ke ibu kota untuk berbelanja 'sesuatu'—itu yang dikatakan oleh Rith. Awalnya rencana itu tidak di setujui oleh para orang tua karena berkeliaran di luar akan berbahaya bagi anggota kerajaan atau bangsawan terlebih lagi aku simbol harapan. Namun karena Rith yang keras kepala, mau tidak mau mereka menyetujuinya tetapi harus di temani oleh Grisa dan Seny, aku mau-mau saja karena aku penasaran dengan ibu kota.

Aku belum pernah melihat ibu kota Forsythia, ketika festival itu hanya berlangsung di aula istana. Itulah kenapa kami bebas berkeliaran saat festival.

"Kalian yakin tidak ingin kami ikut?" Tanya kak Pilix yang datang bersama dengan kak Nicold.

Seny tersenyum, "tidak perlu pangeran, bukankah masih ada para ksatria yang menemani kami. Jadi kalian tidak perlu cemas."

"Iya, lagipula kalian memiliki pekerjaan yang harus di selesaikan secepatnya." Kata Grisa.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang