49

82 3 0
                                    


Tanpa menunggu balasan, Vion melesat maju kearah wanita itu.

'Berhati-hatilah Vion, yang kau lawan bukan sekedar musuh biasa melainkan musuh Dewi.'

***

"Mengapa kau bersikeras melindungi gadis asing itu?"

"Apa kau begitu karena dia simbol harapan kerajaanmu?"

Wanita berkabut itu berhasil menumbangkan Vion yang mulai kehabisan tenaga, dia tidak dapat mengontrol kekuatannya.

Dia kesusahan menangkis serangan liar dari ekor wanita itu.

"Tidak ada urusannya denganmu!" Teriak Vion marah, dia tidak dapat bergerak akibat lilitan ekor cacing wanita itu yang berhasil menangkapnya.

'Aku minta maaf Acacia, aku tidak dapat mengontrol kekuatanmu.'

'Itu tidak benar Vion, wanita itulah yang mengacaukan medan mana semua orang.'

'Apa maksudmu?'

'Wanita itu sangat kuat, kekuatannya sepadan dengan Dewi, namun aku rasa kekuatannya belum muncul secara sempurna. Lihat saja tubuhnya yang masih belum terbentuk.'

Dahi Vion mengernyit saat merasa lilitan wanita itu terasa mengencang.

"Jika ada yang berani maju, dapat ku pastikan kepala putra mahkota kalian akan terlepas dari tubuhnya."

Jen maupun Louzi yang ingin maju melawan wanita itu terhenti mendengar ancamannya. Bahkan Egar yang sedang diobati oleh Viana menggemelutukkan giginya kembali. Viana berusaha fokus mengobati suaminya walaupun hatinya was-was terhadap keselamatan anaknya.

Pilix maupun Nicold tidak berani mengambil langkah gegabah mereka terdiam sama seperti Jen ataupun Louzi.

"Liana kemarilah.."

"Jangan! Ahhhkk-!!"

"Jika kau tidak kemari, pangeranmu akan kupatahkan."

Mendengar hal itu membuat Liana terkejut, tanpa ragu dia berdiri lalu keluar dari barier yang di buat oleh Vion. Liana tidak ingin Vion terluka karenanya.

***

Aku takut dengan semua yang terjadi, mengapa wanita itu muncul dan mengacaukan semuanya. Dia melukai orang-orang yang tidak bersalah bahkan melukai yang mulia.

Aku melangkah perlahan ke pada wanita yang menantikan diriku. Disampingnya ada Vion yang terlihat kesakitan akibat lilitan ekor wanita itu.

Aula istana hancur total, semuanya diselimuti oleh keputusasaan, aku merasa tidak berguna padahal aku adalah simbol harapan mereka. Tetapi aku tidak dapat membantu, mataku tidak dapat aktif, aku sudah mencobanya dari tadi.

Uhh..

Bahkan luka yang di buat oleh wanita itu terasa sangat perih.

Tubuhku gemetar saat berada didepan wanita itu, apakah itu naluri dari simbol harapan?

Teriakan semua orang dapat kudengar mereka berusaha melindungiku mati-matian, bahkan Vion sekalipun.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang