13

143 8 0
                                    


Happy reading

.

.

(Selesai di Revisi)

Viana yang tersadar dari lamunannya mengangkat tangannya guna membelai wajah Liana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viana yang tersadar dari lamunannya mengangkat tangannya guna membelai wajah Liana. "Ya, aku akan selalu yakin denganmu." Dengan senyum yang merekah indah di wajah cantiknya, Viana merasa bahagia dan juga tenang. Dia yakin suatu saat nanti harapan di kerajaannya akan kembali dan Liana-lah yang akan membawanya.

Melihat hal itu Liana tersenyum sangat lebar.

***

Baik Viana, Emy, ataupun Liana. Tidak menyadari jika ada sepasang mata yang memperhatikan, sosok yang memiliki sayap seputih salju, dengan wajah yang terlihat sempurna bagaikan pahatan yang di pahat secara khusus dan teliti, begitu indah.

Sosok itu memiliki iris mata yang berwarna hijau terang terlihat memesona, dan begitu bercahaya. Ia tersenyum tipis, senyum yang yang bisa saja membuat orang lain menjadi gila.

"Sepertinya semuanya berjalan lancar, aku hanya tinggal menunggu perintah darinya." Gumamnya dengan suara yang terdengar halus.

Ia memiliki rambut berwarna coklat gelap bergelombang, separuh rambutnya diikat menjadi dua, lalu separuh lagi dibiarkan tergerai. Ia berbalik pergi dan sayapnya pun mengepak pelan, "batu harapanku, telah tumbuh aku hanya perlu waktu hingga aku dapat memetiknya." Ia pun menghilang di balik sayapnya yang besar.

Kembali kepada Liana, dia telah lama menghabiskan waktunya bersama dengan Viana hingga tidak terasa waktu telah berlalu hampir sejam.

"Kurasa pertemuan ini, kita cukupkan hingga di sini. Aku ingin kamu beristirahat. Kembalilah ke kamarmu, dan terima kasih karena mau menemuiku."

Liana mengangguk sembari beranjak dari alas piknik, kemudian ia memberi hormat dengan sopan lalu berbalik pergi meninggalkan Viana yang tersenyum tulus.

"Nona Liana adalah gadis yang hebat ya yang mulia?"

Viana mengangguk, matanya masih tetap memandang ke arah Liana yang telah hilang di balik pintu besar itu, "benar, dia adalah gadis hebat, sesuai dalam ramalan."

***

Setelah dari taman, aku kembali menelusuri lorong-lorong istana yang benar-benar luas lebih luas dari rumahku, kurasa. Entah berapa kali pun aku melihat lorong-lorong itu, aku pasti akan terpukau dibuatnya.

Aku berjalan sendirian walaupun tidak benar-benar sendirian karena di setiap lorong ada ksatria yang menjaganya dan juga beberapa pelayan yang berlalu-lalang mengerjakan pekerjaannya.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang