44

131 11 0
                                    


"Jika bukan kerajaan salju putih yang membunuh ayahnya Pilix..lantas siapa pelaku sebenarnya?"

"Kau benar, banyak pertanyaan yang belum terjawab, dan masa lalu masih terasa abu-abu."

Kuhembuskan nafasku perlahan, memikirkannya membuat kepalaku sakit dan berdenyut. "Apapun itu, aku tidak peduli tapi yang pasti kita harus menghadapi masalah yang ada di depan mata dulu."

"Wah~kau berubah yaa...Liana."

Aku terkekeh mendengarnya, "tentu saja."

***

Waktu yang telah ditentukan telah tiba, semua orang berkumpul di ruangan tahta atas perintah kaisar, semua yang hadir adalah anggota kerajaan dan beberapa petinggi bangsawan.

"Terima kasih atas kedatangan kalian." Ucap Jen.

Louzi yang berada di samping Jen mengangguk memberi intruksi pada Liana.

Intrusi itu dapat dipahami oleh Liana, dia melangkah maju berdiri di depan kaisar yang memandangnya dari kursi kebesaran itu. Tidak lupa para anggota kerajaan lainnya yang berdiri di sekitar kaisar. Lalu beberapa bangsawan yang mengelilingi Liana.

"Maaf atas kelancangan saya Baginda kaisar, dan terima kasih karena sudah memenuhi permintaan saya. Tujuan saya memanggil anda beserta para petinggi lainnya sangatlah penting, karena menyangkut kutukan pangeran!"

Perkataan Liana menyentak semua orang, para bangsawan saling berbisik untuk mengutarakan rasa penasaran mereka.

Liana merasa gugup namun dia harus menyampaikan itu, dengan sedikit gemetar dia mencengkram erat sedikit gaunnya. Tangannya mendingin dan berkeringat, "saya...dapat membaca kutukan pangeran! Tanda kutukan itu adalah tulisan kuno milik Dewi kehidupan!"

Para bangsawan semakin dibuat heboh oleh Liana, mereka semakin berbisik.

"Tidak mungkin! Itu mustahil! Tidak ada tulisan kuno yang se-abstrak itu! Kami sudah memastikan hingga ke seluruh negeri! Tapi tidak di temukan satupun catatan tentang tulisan yang seperti itu! Gadis itu pasti berb-"

Perkataan silius terhenti saat Smith mengangkat tangannya, "saya percaya pada Liana, tidak ada gunanya jika dia berbohong tuan Alears, hal itu hanya akan merugikannya."

"Yang di katakan oleh Smith itu benar Silius, lancang sekali kau berbicara sebelum aku mengijinkan untuk berbicara." Egar menatap tajam Silius.

Silius menunduk dengan urat leher yang terlihat menonjol, "maafkan saya Baginda." Dia sedikit menggeram sambil memandang tajam Smith. 'Peri sialan!'

"Lanjutkan Liana." Perintah Egar.

Smith tersenyum rendah kepada Silius, 'teruslah menggeram tuan Alears, agar kau semakin terlihat mirip seperti seekor anjing!'

Liana mengangguk, "terima kasih baginda, tapi bisakah pengeran Vion mendekat pada saya?"

Egar menatap Vion, memintanya mendekat pada Liana. Tanpa keraguan Vion mendekat.

"Bisakah anda melepaskan topeng anda?" Tanya Liana. Menatap penuh harap pada Vion.

Vion tersenyum, dia mengangguk, dia mau karena dia percaya pada Liana.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang