38

80 8 0
                                    

"Ugh, dimana aku?" Kupegang kepalaku yang terasa pusing.

Aku merasa janggal, ketika melihat sekitarku. Menyadari sesuatu aku dengan cepat berdiri lalu berjalan untuk mencari jalan keluar dari ruangan gelap dan lembab ini.

Ciit, cit, suara cicitan tikus terdengar.

'Aku berada di mana?' aku menjadi bingung, rasanya aku terus berjalan lurus walau beberapa kali berbelok.

Cit, cit.

Mataku melotot saat merasa jika tikus-tikus itu seperti berjalan di dekat kakiku.

"Pergilah tikus! Hush! Hush!" Ku kibaskan tanganku untuk menyuruhnya pergi tapi mereka malah mendekat. Karena terlalu sibuk menghalau tikus itu untuk mendekatiku, aku malah tidak menyadari jika ada dinding di depanku.

Secara refleks aku menutup mataku.

Swossh.

Eh? Aku merasa aneh. Kenapa tidak terasa sakit? Kubuka mataku secara perlahan, kali ini aku berada di lorong yang sama namun tidak gelap. Seperti lorong istana jika dilihat.

"Loh kenapa aku ada disini?" Kugaruk pipiku pelan.

Aneh.

Tadi aku berada di sana sekarang kenapa di sini? Memikirkannya membuat kepalaku berdenyut. Aku merasa jika ini ulah dari snow red!

Aku harus mencari jalan keluar agar terbebas dari sihirnya, tetapi aku merasa kebingungan melihat lorong-lorong panjang yang berbeda arah.

"Kenapa Snow Red mengirimku ke sini? Tempat ini tidak mendukung ku yang buta arah ini! Semuanya terlihat sama, rasanya aku seperti berputar-putar saja! Menyebalkan!" Kulanjutkan langkahku yang sempat terhenti, di sepanjang jalan aku tidak henti-hentinya menggerutu, perasaanku tidak baik sekarang.

"Kenapa Snow Red mengirimku ke sini? Tempat ini tidak mendukung ku yang buta arah ini! Semuanya terlihat sama, rasanya aku seperti berputar-putar saja! Menyebalkan!" Kulanjutkan langkahku yang sempat terhenti, di sepanjang jalan aku tidak henti-he...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu jam telah berlalu—tetapi Liana masih berkeliling di lorong-lorong itu, jika di perhatikan lebih seksama maka lorong itu terlihat mewah seperti lorong di istana Forsythia walau masih jelas terlihat mewah istana Forsythia. Warna yang terlihat di lorong itu berdominan putih seperti di selimuti oleh salju.

Hal itu membuat Liana semakin bingung, keningnya berkerut menandakan jika ia sedang berpikir keras. 'Perasaanku saja, atau memang aku yang sudah pernah lewat sini tadi?' batinnya, pikirannya sedang berkecamuk.

"Acacia!"

Liana terkejut mendengar suara teriakan seseorang, suara itu berasal dari belakang, mendengar itu membuat Liana refleks berbalik.

Ketika berbalik Liana semakin terkejut karena mendapati dua anak kecil, laki-laki dan perempuan.

Yang terlihat kecil adalah perempuan, dia memiliki rambut putih yang panjangnya hampir lutut, lalu matanya berwarna merah seperti batu Ruby. Lalu yang laki-laki seperti sebaya dengan Liana, rambut serta matanya sama dengan gadis kecil itu, bahkan wajah mereka terlihat mirip.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang