41

89 7 0
                                    


Mata Acacia melebar, kemudian dia menggeleng dengan cepat. "Tidak...k-ami tidak pernah melakukannya! Tidak!"

Acacia memegang kepalanya, kilasan-kilasan memori pembunuhan itu melintas di kepalanya, serta teriakan-teriakan mengerikan memenuhi gendang telinganya. Terdengar mengerikan bagaikan mimpi buruk yang terus-menerus menerornya.

"A—cacia! La...rilah ugh!! Lari dengan sekuat tenagamu, teruslah hidup anakku!!"

"Kalian pergilah! Biarkan ayah yang akan menghadang mereka, PERGI!!!"

"Acacia! Tetaplah berada di belakang kakak! Biarkan kakak yang melindungimu!"

Acacia semakin histeris, dia mencengkram rambutnya dengan sangat kuat.

"Kau pembunuh!"

"Pergi Acacia!"

"Tidak! Hentikan!"

"Jangan lindungi aku! Jangan pergi!"

Suasana di sekitar mereka mendingin.

Menyadari suatu keanehan Egar mendesis, "sampah!" Dia berbalik ingin meninggalkan Acacia yang meraung-raung. "Bereskan dia!" Titahnya pada prajurit yang ada di sekitarnya.

"Berhenti!" Tekan Acacia.

Butir-butir salju turun dari langit, saat butiran itu menyentuh tanah, seketika itu juga tanah membeku menjadi kepingan es.

Para prajurit yang ingin mendekati Acacia terhenti akibat tanah yang mereka pijak menjadi licin, hingga menyulitkan langkah mereka.

"HAHAHAHA!" Tawa yang menggelegar keluar dari mulut Acacia mengalihkan atensi mereka.

Seiring tawa itu mengalun, tiba-tiba secara perlahan es putih yang bersih itu berubah menjadi merah pekat bagaikan darah yang di siram di atasnya.

"Egarion!" Desis Acacia. Mata merahnya berkilat menatap punggung Egar dengan tajam.

Egar yang di panggil menoleh, hingga mata mereka bertemu.

"Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan terhadap keluargaku beserta rakyatku!"

Di belakang Acacia muncul beberapa balok es yang runcing, mengarah pada Egar.

"AKU MENGUTUK KERAJAANMU! AGAR DISELIMUTI OLEH DINGINNYA SALJUKU YANG BERWARNA MERAH! AKAN AKU PASTIKAN SETIAP KETURUNANMU MENDAPATKAN KUTUKAN! YANG TIDAK AKAN PATAH SEBELUM BULAN KEMBALI MENYATU!! INGAT BAIK-BAIK PERKATAAN DARIKU..." Teriak Acacia hingga urat lehernya terlihat menonjol. Sejenak dia menghentikan ucapannya, lalu dia memejamkan matanya.

Secara perlahan rambut Acacia berubah, yang awalnya putih menjadi merah pekat seperti matanya.

"Snow Red." Dengan senyum yang mengerikan dia menyebutkan nama barunya, suara lirihnya seakan membekukan semua orang yang berada disana. Hingga tubuhnya memudar menjadi gumpalan asap hitam yang perlahan menghilang sampai tidak bersisa.

Melihat hal itu Egar terdiam membisu.

***

"Liana?"

Dengan cepat kesadaranku ditarik kembali oleh suara Luna. Dadaku bergemuruh dan perasaanku menjadi aneh setelah melihat masa lalu itu. Aku merasa banyak kejanggalan yang terjadi di masa lalu, rasanya semua bermula dari kesalah pahaman kedua pihak kerajaan. Apa jangan-jangan pelakunya bukan kerajaan salju putih?

"Jadi itukah awal kutukan Vion, dan awal terbentuknya Snow Red si iblis salju merah? Apa itu kebenaran yang sebenarnya?" Tanyaku pada Luna.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang