18 (REVISI)

90 7 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

.

.

(Selesai di Revisi)

***

'Berhati-hatilah, wahai diriku...'

Langkahku amat sangat pelan ketika menapak lantai yang kupijak agar tidak menimbulkan suara yang berisik, dengan mengendap-endap aku bertingkah seperti maling. Kepalaku menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada siapapun yang melihatku.

Saat di rasa jika suasananya aman, sejenak aku menghela napas, jantungku berdegup lebih kencang, menandakan kewaspadaan ku yang meningkat; Untung saja penjagaannya tidak terlalu ketat. Bagus sekali!

Setelah mengendap-endap, langkahku menjadi berjinjit-jinjit, ketika melewati lorong. Aku sangat berhati-hati di sini sebab aku melihat beberapa ksatria berlalu-lalang.

Hatiku menjadi was-was, saat membayangkan diriku akan di penggal jika ketahuan oleh ksatria itu. Seketika tubuhku bergidik.

Mereka tidak akan menemukanku jika aku berjalan pelan dan hati-hati, lagi pula tubuhku kecil, kata kak Jun aku seperti tuyul ketika malam.

Setelah melewati beberapa pengawal itu, aku menormalkan jalanku. Hingga langkahku terhenti di depan lorong yang terbagi menjadi dua arah, membuatku bingung; Ke arah mana aku harus melangkah?

Aku memang agak tidak bisa membaca peta atau mengingat arah, itulah kenapa aku sering tersesat, terkadang aku pergi hanya dengan mengikuti instruksi dari hatiku sendiri.

Dengan hati, aku memilih untuk ke arah kanan, jadi dengan langkah ringan aku melangkah, dan terus melangkah. Melewati lorong dengan cahaya remang-remang. Penjagaan di sini tidak terlalu ketat, walau beberapa ksatria masih ada terlihat.

Namun, semakin lama aku melangkah, aku merasa semakin jauh pada tujuanku. Rasanya lorong yang kupilih ini membawaku semakin jauh. Hingga sampailah aku di ujung lorong, yang hanya terdapat jendela besar, menunjukkan halaman belakang istana.

"Liana akuilah kalau kau itu memang buta arah." Tiba-tiba suara Yukki muncul di dalam kepalaku.

Aku mendengus mendengar perkataannya, "tidak! Aku tidak buta arah! Aku hanya tidak tahu arah jalannya!" Koreksiku.

"Itu sama saja, memangnya apa yang kau lakukan malam-malam begini, kau terlihat seperti ingin mencuri sesuatu saja."

Lekas saja aku menggeleng, perkataan Yukki tidak benar sama sekali. Aku tidak punya niatan untuk mencuri di rumah Vion.

"Bukan begitu, aku hanya bermain, bukankah kau tadi menyuruhku untuk mencari permainan agar aku tidak bosan lagi?"

"Main apa kau?"

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang