6

247 17 0
                                    

Happy Reading

.

.

(Selesai di Revisi)

***

"Hah~segarnya." Rasanya sangat nyaman ketika selesai mandi.

Setelahnya dua orang pelayan  membantuku memakaikan sebuah dress dengan warna biru.

"Liana!"

Ketika bersiap-siap, suara Seny terdengar memanggilku. Dia masuk sembari menatapku dari atas hingga bawah, membuatku agak risih. Aku malu jika dilihat seperti itu.

"Oh, wow! Liana kau sangat cantik." Puji Seny membuatku tersipu.

"Terima kasih."

Seny tersenyum, lalu ia mendekat padaku, "ada hal yang ingin disampaikan oleh yang mulia Raja, beliau memintamu untuk menemuinya."

Aku tersentak ketika mendengarnya, 'tunggu apa aku salah dengar?'

Seketika mataku melotot membayangkan kalau-kalau aku melakukan kesalahan yang tidak kusadari.

Oh astaga, sekarang pikiranku dipenuhi oleh hal-hal yang buruk.

Glek.

"K-enapa? Apa a-ku membuat kesalahan?"

Dahi Seny mengernyit, "tidak Liana, kau tidak membuat kesalahan."

Heh?

"Lalu? Kenapa aku dipanggil?"

"Maaf, aku juga tidak tahu alasannya. Walau begitu kita harus segera menemui yang mulia."

Dengan ragu aku sedikit mengangguk, setelah selesai bersiap-siap. Dengan segera aku dan Seny pergi menuju ruang takhta, tempat dimana Raja menungguku.

***

Setelah beberapa menit kami berjalan di lorong-lorong yang panjang, akhirnya kami sampai di depan pintu berwarna emas, yang sangat-sangat besar, sama halnya dengan ruangan pengobatan, pintu itu seperti cukup dilalui oleh sebuah pesawat, saking lebarnya.

Entah kenapa aku merasa familiar dengan ukiran-ukiran yang tertera di pintu itu. Itu seperti mirip dengan sesuatu—tapi apa? Aku melupakannya.

Namun biarlah, aku tidak ingin repot-repot mengingatnya, aku yakin itu bukan sesuatu yang penting.

"Pengawal buka pintunya!"

Ah, saking asiknya memandang pintu besar itu aku tidak menyadari kalau ada pengawal yang berdiri di sisi pintu.

Mereka mengangguk, mengikuti perintah Seny. Mereka berdua  membuka pintu besar itu.

"SENY ALEARS DAN GADIS ASING TELAH TIBA!!"

Secara mengejutkan, kedua pengawal itu berteriak menyebutkan nama Seny, mereka tidak menyebut namaku melainkan 'gadis asing' entah kenapa itu terasa aneh.

Setelah itu, pintu pun dibuka menampilkan ruangan dengan berbagai macam interior mewah dan berkilau, di ruangan itu terdapat banyak deretan kursi, yang sudah terisi oleh beberapa orang.

Mereka tampak asing bagiku, hanya beberapa yang kukenal

Berapa orang ya? Yang duduk di kursi itu.

"Hormat saya yang mulia."

Seny memberi salam dengan lembut begitu pun aku pun.

***

"Angkat kepala kalian!" Titah Raja kepada Seny dan Liana.

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang