23

94 9 0
                                    


"Aku ambil keduanya!"

"Baik nona."

Saat pesanan Liana di bungkus, datanglah Vion yang sedari tadi pergi entah kemana.

"Berapa harganya?"

"Sepuluh keping koin emas, tuan."

Mendengar itu membuat Liana melongo, sesaat dia merasa tidak enak.

Vion yang menyadari raut wajah Liana tersenyum seakan-akan mengatakan tidak apa-apa. Dia mengeluarkan setengah kantong koin emas, lalu memberikannya pada penjual itu. Menerima harga yang banyak membuat penjual itu menganga.

"Semoga tuan dan nona di berkahi Dewi Harapan!" Kata pelayan itu.

Mereka mengangguk, lalu membungkuk sedikit. Setelah itu pergi dari sana.

"Terima kasih."

"Hah?"

"Terima kasih untuk semuanya Liana."

Mengerti maksud Vion, Liana tersenyum, "seharusnya aku yang berterima kasih, nah! Bagaimana menurutmu Vion, apa menyenangkan?" Liana menoleh ke arah Vion, wajahnya dihiasi senyum yang sangat lebar membuat Vion terpana akan kecantikan Liana.

Vion berdehem guna mengurangi kegugupannya, lalu membalas senyum Liana.

"Iya, terasa menyenangkan sekali."-'jika bersama denganmu.' sambungnya dalam hati.

Setelah itu mereka kembali melanjutkan langkah mereka, tidak lupa tangan yang teratur dengan erat.

'Semoga hari ini terulang kembali, wahai Dewi harapan.'

Puas menikmati festival, Vion maupun Liana memutuskan duduk di sebuah bangku taman untuk melepas lelah sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puas menikmati festival, Vion maupun Liana memutuskan duduk di sebuah bangku taman untuk melepas lelah sejenak.

Tiga puluh menit lagi acara puncak festival hujan akan dirayakan, itulah kenapa mereka memilih untuk istirahat sambil menunggu waktunya tiba.

"Aku yakin rakyat sangat menantikan hujan itu."

"Iya tentu saja, bukannya mereka telah lama menantikannya."

"Kamu benar."

Liana menunduk menatap jari-jari kecilnya, "aku harap tidak ada petir."

"Kenapa?"

"Aku takut dengan suara petir."

"Kenapa takut?"

"Aku tidak tahu, tapi setiap kali aku mendengar suara petir membuat tubuhku gemetar ketakutan."

"Suara petir memang keras, tapi petir itu jauh."

Liana tersenyum, "iya."

Seakan tersadar sesuatu Liana segera merogoh saku dress miliknya, mengeluarkan bungkusan kecil berwarna kecoklatan.

"Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu."

Dahi Vion mengernyit bingung.

Liana membuka perlahan bungkusan itu, mengeluarkan kotak kecil lalu menyerahkannya pada Vion, "bukalah."

The Forsythia and Gladiol (first) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang