Happy reading(Telah di revisi)
..
***
"Tapi siapa yang jadi lebih dulu?" tanya kak Jun.
Kami saling menatap satu sama lain,
Seakan ada sengatan listrik di kepalaku, aku menyeringai begitu juga dengan yang lainnya-sepertinya sengatan itu terhubung dengan kepala mereka. Namun seringai yang paling lebar ada pada wajah kak Amara, manik mata abu-abu itu menatap kak Jun secara tajam, kak Amara mendekat ke arah kakak."Mengapa perasaanku tidak enak." Gumam kakak yang terdengar olehku, dia melangkah mundur seiring kak Amara melangkah maju.
"Jin~kau tahukan aturannya? Siapa yang bertanya lebih dulu maka dialah pelakunya."
Uhhh. Wajah kak Amara terlihat menyeramkan seperti ada tanduk yang muncul di atas kepalanya.
"Hik!" Lalu wajah kakak seperti tercekat ketika mendengarnya.
Sedangkan kami terkikik geli melihat penderitaan kakak apalagi saat melihat wajah bengong kakak.
"Ini tidak adil! Tidak ada aturannya begitu! Seenaknya saja kau Sahara!! Aku tidak ingin jadi lebih dulu!" Protes kakak. "Liana~tolong kakak." Bujuk kakak padaku.
Aku memang agak kasihan melihat kakak, tetapi apa boleh buat jika kakak yang tidak jadi lebih dulu nanti malah aku yang kena. "Kakak kan lebih tua, jadi Kakak saja yang jadi lebih dulu," terang ku dengan senyuman berharap dapat meringankan beban kakak.
"Ugh!"
Bukannya senang wajah kakak terlihat lebih tertekan, dia memegang dadanya dengan wajah yang kesakitan.
"Liana jahat sekali dengan kakak!" Kata kakak, kepalanya menoleh pada Disa. "Disa aku tahu kau baik jadi kau mau jadi duluan?"
Aku juga ikut menoleh pada Disa yang berdiri di sampingku, wajahnya terlihat sombong sekali, dengan tangan yang dilipat ke dada, serta dagu yang terangkat, Disa memandang kak Jun. "Kak! Kau kan laki-laki jadi harus mengalah kepada perempuan."
"Uhhg!"Lagi-lagi kakak memasang ekspresi yang kesakitan. Seolah pasrah kakak pun menoleh kepada mama.
"Mah-?"
"Jun mengalah saja," potong mama cepat.
"Ha?"
Mendengar jawaban mama, mulut kakak menganga, wajahnya seperti mengatakan tidak percaya pada perkataan mama.
"Kalian-?!! Bisa-bisanya seperti itu padaku!!" Kata kakak, sama seperti sebelumnya kakak memegang dadanya. Dengan wajah yang memelas dan minta di kasihani. Kakak menatap penuh amarah.
"Akhh! baik-baik aku yang jadi duluan, tapi awas saja kalian!!!" Kata kakak pada akhirnya, walau matanya seperti menaruh dendam pada kami.
Aku dengan yang lainnya tersenyum mendengar hal itu.
"Baguslah, peraturannya sederhana saja, tutup matamu lalu hitung sampai sepuluh, kau tidak boleh mengintip sama sekali, jika kau melakukannya maka hukumanlah yang menantimu, awas saja! Lalu kau tidak boleh cepat-cepat menghitungnya dan lagi batasan tempat persembunyiannya ada didalam rumah ini tetapi jika ada yang keluar dari rumah maka akan didiskualifikasi, yang artinya jadi pencarinya, kalian mengerti?" terang kak Amara panjang, lebar dan untuk kesekian kalinya kakak menganga takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forsythia and Gladiol (first) END
FantasyIni adalah cerita tentang seorang gadis kecil yang berpetualang dalam dimensi yang berbeda melalui sebuah pintu usang dengan simbol-simbol berbentuk abstrak yang sulit dipahami apalagi oleh gadis kecil itu. Tetapi herannya, mengapa gadis itu dapat m...