Sesampainya di dalam kelas, kira yang sudah tau kemana arah pembicaraan kedua temannya saat ini, membuatnya enggan untuk menanggapi. Dengan muka suntuknya kini ia sudah dihadapakan dengan kedua muka kepo dari kedua temannya.
”bener ra? Yang di omongin anak-anak disekolah?” ucap viola.
“cepet jawab ra!?” ucap clay yang masih penasaran.
“jawab apaan dah!” jawab kiara malas dan lebih memilih membuka bukunya.
“lo jadian sama Nathan si ketua osis kulkas tujuh pintu?” tanya clay
”hmmm.”
”wahhhhhh!!! Kesambet apaan lo bisa jadian sama tuh manusia dingin?!” ucapnya viola dan clay barengan.
”udah deh diem gue lagi males bgt bahas begituan.” Ucap kiara malas.
*bel masuk berbunyi…
Kelas yang begitu tenang ssemua siswa yang sedang focus dan memperhatikan materi yang dibagikan oleh guru matematika, saat ini kiara yang selalu focus berbeda dengan kedua temannya selalu bingung dan gak paham apa yang di jelaskan di depan kelas membuat mereka berdua lebih memilih meletakkan kepalanya di atas meja dengan mencari posisi yang pas untuk melanjutkan tidurnya.
“baik anak-anak apa ada yang masih kurang paham dalam materi kali ini?” tanya guru matemtika.
”maaf pak, ada yang masih kurang paham kata viola dan clay” ucap kira dengan mengangkan lengannya.
Viola dan clay yang kaget dengan sigap memposisikan duduknya dan menghadap ke arah depan dengan bibir yang komat-kamit memaki kiara yang sedang nahan tawa saat ini ”anjir lo ra!”
”viola, clay? Di bagian mana yang masih kurang paham ?” tanya guru matematika saat ini.
Dengan memejamkan mata dan menarik nafas panjang, ia pun menunjuk asal agar cepat selesai dan terbebas dari pelajaran matematika saat ini. Berbeda dengan kiara yang masih menahan tawa melihat ekspresi kedua temannya yang kebingungan dengan penjelasan yang ada di papan.
”awas lo ra!” ucap clay dengan tatapan tajam kearah kiara.
“sukurin!” singkat kiara dengan menahan ketawanya.
*bel istirahat...
”udah gila ya lo! Untung aja gue ngasal dan gurunya gak cuuriga!” jawab viola emosi.
“makanya jangan molor mulu jadi cewe wkwkw” ucap kiara ketawa.
“dah lah ayok beli makan” ajak clay menuju kantin.
Sesampainya di kantin mereka pun mencari tempat duduk yang kosong untuk bisa menyantap makanannya. Dan tak lupa dengan tatapan para siswa kepada kiara dengan berita yang sudah menyebar keseluruh kelas 10 sampai 12.
”eh ra lo gak risih dengan tatapan anak-anak ke lo?” tanya viola.
“biarin dah suka-suka mereka dah males gue nanggepinnya.” ucap kiara yang sedang menyantap baksonya.
“eh hai brian!” sapa clay ke arah brian.
”hallo.” jawab brian tersenyum ke arah clay.
Tatapan mereka pun bertemu, brian dan kiara lagi dan lagi tidak bertegur sapa seperti biasanya, brian yang selesai menyapa clay iapun pergi tanpa menoleh ke arah kiara.
“trus brian gimana ra?” tanya viola kepo.
“ya lo dah liat kan itu barusan?” jawab kiara santai dan berpura-pura biasa saja.***
Saat ini brian pun sama, ia lebih memilih menyendiri dengan duduk di area lapangan basket ditemani sebotol coca-cola ditangannya, ia yang masih tak menyangka dengan pengakuan kiara membuatnya shock dan sakit hati. Di lain sisi nathan yang dengan merjalan bersama teman-temannya, membuat brian semakin sakit hati dan emosi saat melihat nathan dengan santainya melewati lorong sekolah.
”gara-gara lo gue gabisa miliki kiara!” ucap brian dalam hati dengan meremas botol yang ada ditangannya saat ini.
Di lain sisi, nathan yang berjalan santai menuju keruang osis untuk mempersiapkan dan penyambutan untuk ketua osis yang baru, sekilas ia menatap mata brian yang menatap kearahnya juga, nathan pun paham dengan yng di isyaratkan oleh brian saat ini kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN
Teen Fiction"Ngapain harus pindah sekolah sih mah..pah?!" Ucap kiara sambil memohon agar tetap tinggal dirumah lamanya. "Karna papa dipindah tugaskan di jakarta ara sayang" jawab papa kiara sambil kasih pengertian. "Udh beres semua kan? Ayo kita berangkat ke b...