Diperjalanan menuju rumah sakit, Kiara yang tak henti-henti menangis dan memegang tangan Nathan berharap tidak terjadi apa-apa. Kiara yang sudah menghubungi kedua orang tuanya, dengan cepat mereka pun menuju rumah sakit yang diinfokan oleh Kiara.Tiga puluh menit kedua orang tuanya datang dan menghampiri Kiara yang sendirian diruang tunggu dengan perasaan takut dan air mata yang tak henti-hentinya keluar. Mama Kiara yang menyadari hal itu, ia pun memeluk Kiara untuk menenangkannya.
"Udah jangan Nangis, Nathan pasti baik-baik aja." Ucap mamanya dengan memeluk Kiara.
"Ini salah Kiara mah." Jawab Kiara yang masih menangis dan badannya bergetar ketakutan.
"Ini bukan salah kamu sayang, Dia begitu karna mau nolongin kamu."
"Tapi—" ucap Kiara terhenti.
"Udah tenangin dirimu, bunda sama papa Nathan sepuluh menit akan dateng."
"Dengan keluarga korban?" Tanya Dokter yang keluar dari ruang IGD.
"Iya dok saya istrinya." Jawab Kiara menghampiri Dokter.
"Pendarahan dikepala korban untungnya tidak terlalu serius dan bisa ditangani dengan cepat, dan untuk dibagian kakinya sebelah kiri ada sedikit retak yang mengharuskan saya untuk memasang gips di kaki sebelah kiri." Ucap dokter menjelaskan kepada Kiara dan kedua orang tuanya.
"Syukurlah, terima kasih dok." Jawab Kiara lega dengan penjelasan dokter.
"Yasudah saya permisi dulu." Pamit dokter meninggalkan Kiara dan keluarganya.
Dalam beberapa menit kemudian, bundan dan papa Nathan pun datang dengan memeluk Kiara untuk menanyakan keadaan Nathan yang masih belum sadar.
"Gimana keadaan Nathan sayang?" Tanya bunda Nathan kepada Kiara.
"Kata dokter pendarahan di kepalanya tidak terlalu serius dan kakinya retak, Kiara minta maaf ya bunda." Ucap Kiara yang masih menyesali dengan kejadian yang menimpah Nathan.
"Udah, jangan nangis Nathan kuat dan dia udah janji bakal jagain kamu, karna dia gak mau kamu kenapa-kenapa lagi setelah kejadian dulu pas kamu ditemuin Nathan." Jelas bunda Nathan.
"Maksud bunda apa?" Tanya Kiara heran dengan penjelasan Bundanya.
"Nathan masih belum bilang ke kamu?"
"Belum bunda." Jawab Kiara masih tanda tanya dengan ucapan bundanya.
"Nathan kan teman kecil yang dulu menemukan kamu di rumah kosong dan membawa kerumah buat obati luka yang ada di bawah telinga kamu itu sayang." Ucap bundanya menjelaskan.
Kiara yang kaget dengan semua penjelasan Bundanya, ia pun menatap Nathan dengan tatapan yang sulit diartikan. Kiara tak henti-hentinya menyesali sikapnya yang selalu dingin terhadap Nathan, membuat air matanya kembali terjatuh menatap wajah Nathan.
"Maaf." Ucap Kiara dalam hati.
***
Satu jam Nathan yang masih belum sadar, selama itu juga Kiara yang masih duduk disamping Nathan dengan tatapan berharap Nathan agar segera sadar. Selang beberapa menit kemudian, Nathan yang terbangun dan membuka matanya pelan menatap Kiara, membuat Kiara seketika itu juga berdiri dan memeluk Nathan tiba-tiba.
Nathan yang kaget dengan sikap Kiara tiba-tiba memeluknya membuat semua yang ada di ruangan tersebut melotot kaget dengan reaksi Kiara. Ada perasaan senang dan lega yang ada di diri Nathan saat ini, senang karna respon Kiara yang membuatnya kaget dan lega masih bisa melihat Kiara yang baik-baik saja.
"Ekhem!" Deheman dari mulut Nathan membuat Kiara kaget dan melepaskan pelukannya.
"Maaf."
"Tumben? Kangen gue ya lo?" Goda Nathan menatap Kiara yang menundukkan kepalanya.
"Kita tinggal dulu ya cari makan diluar sekalian bawain kalian makanan nanti." Pamit kedua orang tua Kiara dan Nathan.
"Iya." Ucap keduanya.
Sepeninggal kedua orang tuanya, kini Kiara dan Nathan saling menatap tanpa adanya membuka obrolan satu sama lain. Nathan yang masih kepo dengan sikap Kiara yang tiba-tiba memeluknya, ia pun menanyakan hal itu saat Kiara sibuk dengan ponselnya.
"Kenapa tadi tiba-tiba peluk gue? Kangen ya?" Tanya Nathan kepada Kiara.
"Gak!"
"Trus tadi kenapa?"
"Kenapa lo gak langsung bilang aja klo lo itu Nathan yg dulu nolongin gue di rumah kosong?" Tanya Kiara menatap Nathan.
"Kiarin lo bakal inget tapi ternyata lo masih belum sadar juga." Jawab Nathan tersenyum kearah Kiara.
"Sorry." Ucap Kiara menundukkan kepalanya.
"It's okey, yang penting sekarang lo udah inget kan." Jawab Nathan kepada Kiara.
"Hmm."
Meskipun keduanya saling kenal dari kecil, tetapi rasa cangung itu masih ada di diri Kiara. Pasarnya Kiara yang selama ini sikapnya keras kepada Nathan, dan sekarang menjadi sedikit lembut kepada Nathan.
"Mau kemana?" Tanya Kiara melihat Nathan yang ingin bangun dari tidurnya.
"Ke kamar mandi."
"Sini pegang tangan gue, gue bantu." Ucap Kiara membopong Nathan kearah kamar mandi.
"Eh ya, besok gue udh boleh pulang?" Tanya Nathan kearah Kiara.
Dengan menjewer perut Nathan dan menatapnya melotot. "Gila ya lo! Disni belum sehari udah tanya pulang aja! Gausah aneh-aneh, diem!"
"Iya-iya, galak banget buk."
Tanpa menjawab, Kiara pun memilih menutup pintu kamar mandi sedikit keras karna kesal dengan ucapan Nathan. Dibalik pintu, Nathan yang tertawa
"Assalamualaikum, NATHAN SEAN GEOVANO!! Yuhuu!!! Mas Dion datang nih bawa durian." Ucap Dion memasuki ruangan Nathan.
"Loh!! Kamu kan Kara? Eh Kiara ya? Ngapain disini?" Tanya Erlang Kaget.
"Jenguk gue! Gausah bacot!" Ucap Nathan yang membuka pintu kamar mandi.
"Kok bisa?!"
"E-eh a-anu, gue tetanggaan jadi keluarga gue jenguk dia." Jelas Kiara bohong karna takut ketahuan.
"Oh gitu."
"Yaudah gue pergi dulu nyusul mama papa." Pamit Kiara kepada Nathan dan kedua temannya.
"Kok buru-buru banget neng." Goda Erlang menatap kearah Kiara menggoda.
"Okey." Singkat Nathan sambil melempar bantal kearah Erlang.
Kiara pun pergi menemui kedua orang tuanya untuk memberitahu agar tidak ke kamar Nathan, karna saat ini sedang ada kedua teman Nathan yang sedang menjenguknya.
***
Jangan lupa vote dan coment ya!
Jaga kesehatan kalian❤️
Btw up satu part dulu ya hehe😂 besok janji up lagi✌🏻 skrang masih ngerjain part selanjutnya 🔥
![](https://img.wattpad.com/cover/284374249-288-k272530.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHAN
Teen Fiction"Ngapain harus pindah sekolah sih mah..pah?!" Ucap kiara sambil memohon agar tetap tinggal dirumah lamanya. "Karna papa dipindah tugaskan di jakarta ara sayang" jawab papa kiara sambil kasih pengertian. "Udh beres semua kan? Ayo kita berangkat ke b...