Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-I'M A COP -
Aku memandang langit dengan tenang. Tak tau aku lihat apa. Awan atau langit biru cerah itu. Tak secerah hari ini. Aku kesal mengingat "hari ini" dan kemudian duduk dan menyilangkan kakiku berpikir dalam diamku. Tapi dalam hati dan otakku terus bicara.
Ditempat inilah aku membuang rasa kesalku. Walaupun tidak pernah benar-benar merasa terhibur jika disini. Hanya bisa tenang. Itu masih mending daripada turun ke bawah dan mendengarkan ocehan para seniorku yang seenak jidat itu.
Aku turun dari rooftop menyusuri tangga yang panjang dan sekonyong-sekonyong aku sudah berada dikantor ketika aku membuka pintu.
Tak ada yang memperhatikanku keluar dari situ. Semua sibuk dengan pekerjaannya. Mereka semua nyaris sama dengan seragam institut pemerintah itu,tampak begitu bergengsi yaa sebegitu kerenlah polisi. Makanya aku sekolah dan susah payahnya aku kemari. Tapi sifatku terlalu beda buat rata-rata orang disini. Walaupun aku lulus begitu memuaskan dan banyak yang menyukaiku karena aku begitu pintar menebak pembunuhan dalam beberapa test.
Tapi aku tak mengerti,aku yang beda atau ada yang salah pada mereka.
"Nina" panggilan itu sedikit mengagetkanku.
"Siap sersan" jawabku sigap sambil memberi hormat. Sersan Gery menatap bajuku yang kotor dan celana panjang jeans yang sobek-sobek ala anak rocker dan sepatu kets tentunya. Bajuku kotor mungkin karena tiduran guling-guling di rooftop tadi. Sersan Gery tertawa kecut.
"Kau dipanggil divisi kriminal" Umum nya singkat. Dia tak tampak memerintah. Itu seperti kata-kata yang malas saja dia keluarkan. Seperti asal dia sudah memberitahu dan bodo amat setelahnya. Mungkin kalau aku tak dengar,dia tak akan mengulangnya.
"Divisi kriminal?" Gumamku sedikit merasa aneh. Untuk apa divisi yang dibentuk dengan anggota yang sedikit itu memanggilku. Just info,mereka sedikit bukan karena kekurangan orang,tapi karena mereka selektif untuk anggota mereka. Mereka seperti tak mempercayai siapapun selain tim mereka sendiri.
Aku curiga mereka didalamnya ada hubungan keluarga atau semacamnya karena mereka sangat ekslusif. Mereka tampak tertutup dikantor dan tak ada yang paham kinerja mereka,sampai mereka bisa membawa tersangkanya hidup-hidup.
Aku sampai didepan pintu itu. Pintu Divisi Kriminal. Pintu yang jarang dimasuki divisi lain jika tidak dipanggil mereka atau ada urusan soal kasus. Mereka sangat sombong. Sepertinya.
Aku mengetuk. Pintu terbuka dan yang keluar adalah cowok berbadan super tegap,badan seperti binaraga dan berkulit coklat. Dia menyipitkan matanya dan memberi tanda dengan kepalanya supaya aku masuk. Sambil masuk aku berbicara dalam hati,siapa dia? Aku tak pernah lihat dia dikantor. Menyeramkan. Mungkin leherku sekali dipegang sama dia aku langsung remuk tak hanya mati. Mengingat badanku mungil skali. Yaa ukuran "aneh" untuk seorang polwan.
Aku menatap kantor divisi kriminal. Rapih luar biasa. Arsip-arsip di lemari sebelah kanan dan beberapa meja,komputer seperti biasa. Namun rapih dan bersih juga terang,bahkan seperti kantor bank. Cuma ada 5 meja. Dibandingakn divisi lain yang begitu penuh dan berdesakan. Memusingkan pula. Disini rasanya tenang,karena udaranya bisa kurasakan. Mungkin karena mejanya cuma 5 dengan ruangan yang lumayan luas ini.