PART 23

868 56 0
                                        

Bunyi ponsel ku membuatku kalut. Antara mengangkatnya atau tidak. Kiki mau bicara apa? Apakah Astro menceritakan soal ciumannya dengan Rea? Mungkin karena itu Kiki jadi ingin keluar dari tim dan membicarakannya denganku?

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal karena kalut. Kuangkat ponsel takut-takut dan menekan layarnya,namun tiba-tiba telpon Kiki lenyap.
Aku lega sesaat namun tiba-tiba ponselku bunyi lagi dan membuat perasaan kalutku kumat. Kali ini aku menjawab telpon Kiki.

"Ho...hoi" Sapaku kaku.

"Ngapa lu? Keluar dong lu,temenin gue makan ratatouile" Dueng! Ternyata itu. Khayalan gue terlalu berlebihan.

***
Resto ini cukup sederhana,namun hangat. Cocok untuk orang pacaran,sangat romantis. Dengan lampu yang kekuningan,dengan tembok yang berwarna coklat kayu dan dengan perapian diujung sana,rasanya aku dan Kiki sepeeti orang berkencan.

Kuselidiki wajah Kiki lekat-lekat. Ingin tau,dia sudah tau ciuman itu apa belum.

"Kenapa ngeliatin begitu?" Wajah Kiki lucu ketika kesal. Aku agak tertawa baru menjawab.

"Heran,lu ngajak gue bukannya Rea" Jawaban ku membuat mata Kiki menyipit.

"What the.. lu jelous?"
Lontaran kata Kiki yang tak terduga membuatku tersentak.

"Lu gila" Aku tak tau harus menjawab apa dengan dugaan Kiki makanya hanya menjawab seadanya

"Artinya lu waras" Celetuk Kiki sambil mengetuk garpu pada meja.

"Gue just kepo aja nyet."

"Okelah Skefo. Gue mungkin mau mundur aja buat dapetin Rea"

"Why?"

"Karena doi murah meriah" Ucapan Kiki santai namun menjengkelkan. Andai aku tak melihat Rea mencium Astro,aku pasti sudah menampar wajah Kiki.

"Alasan lu ngomong gitu?" Yah mungkin dia liat apa yang aku liat tadi.

"Dia gak waras. Gini aja,misalkan gue deketin lu,mungkin gak lu minta pin temen gue?" Kiki memang butuh pembelaan,namun gue musti senetral mungkin.

"Respon orang beda-beda"

"Kan gue bilang kalo lu"

"Seberapa penting sih pendapat gue? Lu mau deketin gue juga?"

"Ah korslet lu"

"Lah ngapain minta pendapat gue?"

"Gue mau liaaattt...gue yang lebay ato dia yang emang keterlaluan" Nada suara Kiki jadi emosi.

"Yah kalo gue gak sih."

"Gak apanya?" Kiki mulai tak sabar

"Gak bakalan deketin temen lu lah,walaupun kemungkinan gue gak suka lu" Wajah Kiki berubah drastis ketika aku berkata begini. Tiba-tiba sakit. Seperti ada yang menikam bahunya dari belakang.

"Hmm... dia gak suka gue yaa?" Ucap Kiki lesu. Aku terdiam sejenak karena omonganku sendiri.

"Kan gue bilang 'kemungkinan'"

"Kalo emang dia suka gue,ngapain dia minta pinnya Astro?"

"Lu suka beneran ama Rea?" Gue alihkan dengan pertanyaan yang akan membuatku jadi jahat. Jika dijawab Kiki 'ya' maka aku akan bilang soal ciumannya. Aku sudah muak.

"Banget. Suka banget." Jawab Kiki sambil tunduk. Seperti polisi yang pasrah karena ditodong senjata dan siap mati. Jawabannya membuatku tak tega dan tak jadi menceritakan soal itu.

***
Perjalanan selanjutnya. Kami akan menuju ke Madrid. Aku melihat Astro dan Rea beda kursi. Huh,dasar gadis munafik.

Ketika di bandara,Astro mengangkatkan koper Rea. Aku baru melihat mereka sejak dari pesawat dan hebat skali Astro membawakan koper Rea? Dia tak tau kalo aku sakit? Hah? Sakit? Ya,kenapa aku sakit? Kenapa aku begini? Sebelumnya,aku tak pernah mau tau urusan orang. Aku.... kenapa? Apa aku... CEMBURU?

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang