Dalam sebuah komunitas harusnya saling menjaga dan mengayomi. Tapi ini memang bukan komunitas kupikir,ini liang serigala.
Kami semua berada di pemakaman L. Lengkap dengan pakaian serba hitam.
Aku menatap sekeliling mencari sosok yang sedih. Aku merasa bersalah atas kematian L walaupun aku tak ikut membunuhnya. Walaupun aku hanya berdiri dan menonton. Tapi sebenarnya disisi lain,nyawa kami juga taruhan.
Saat itu memang antara L yang mati atau kami berdua yang mati.
Astro disampingku juga sedang mencari-cari sesuatu.
"Lu nyari apa?" Bisikku pelan
"Polisi. Kenapa gak ada polisi? Ini kan pembunuhan. Kenapa dari awal gak ditanganin polisi?" Bisik Astro sambil begitu panik melihat sekitar. Ya benar. Kenapa tak ada polisi? Kenapa tak tersentuh polisi sama skali? Apa yang mereka lakukan?
"Harusnya sekarang polisi datang dan nanyain gue... Kecuali kalau..." Omongan Astro terpotong ketika ada yang menepuk pundaknya. Astro menoleh dan itu anak dari perusahaan Harry. Dika.
"Lu hebat" puji Dika pada Astro.
"Makasih. Tapi... apa polisi gak bakal nangkap gue?" Astro berusaha tampak takut didepan Dika. Dika tertawa konyol saat melihat tingkah Astro. Seakan mendengar bualan anak kecil sedang melihat Ultraman.
"Lu nyari polisi di kasus L? Kagak ada lah. Apapun yang terjadi,polisi gak bakal ikut campur. Pak Harry punya kekuatan sendiri" Jelas Dika masih dengan wajah yang tertawa. Aku terkaget mendengarnya. Astro juga tampak kaget. Apa mungkin ada dari kepala kepolisian yang bekerjasama dengan Harry? Oh iya,kami juga tak melihat sartawan satupun dari awal dibawanya L kerumah sakit. Dari awal ketahuannya.
"Wartawan juga?" Tanyaku pelan
"Ya. Mana berani mereka nyiptain skandal untuk Harry? Lagipula,gak ada yang berani juga laporin ke wartawan soal ini" Jelas Dika tenang. Aku langsung tertunduk. Harry bukanlah orang sembarangan. Dia bak dewa di "negara" nya.
"Harry bokap lo 'kan?" Tanya Dika. Namun aku tak bisa menoleh,mataku membulat seketika.
"Iya. Harry bokapnya Nina. Belakangan ini,Nina agak kaget disebut begitu" Astro membelaku dengan tenang.
Berarti gosip sudah tersebar di kelompok ini? Tunggu saja sampai ke telinga kepolisian. Rasanya,ini bukan rahasia lagi.
***
Malam itu,aku dipanggil ke kantor Harry,dia bilang dia mau mengadakan pesta penyambutan untukku. Aku tentu kaget dan takut. Bagaimana kalau sampai ke media,lalu sampai ke Divisi Kriminal? Tapi aku terlalu kaget untuk menolak. Harry sudah menyiapkan orang-orang dari salon terbaik di kota ini,untuk mempermakku."Ngg...aku ijin sebentar keluar" Pintaku pada Harry. Setidaknya,aku harus bicara pada Astro.
Aku keluar dan Astro pas saja didepan sedang menungguku.
"Gue musti gimana?" Bisikku halus. Halus sekali,sampai seperti bahasa isyarat.
"Lo.. ikut aja. Gak mungkin lo nolak. Ini kesempatan bagus untuk dapetin hati Harry dan jadi kepercayaannya. Dapetin bukti,trus kita out dari sini" Solusi Astro memang tak salah. Tapi lebih beresiko jika semua orang tau aku anak Harry. Tapi semakin aku tertutup,semakin beresiko lama kami disini. Ada benarnya memang aku memanfaatkan jati diriku sebagai anak.
"Kalo sampe ke Divisi Kriminal,gimana?"
"Nanti gue jelasin ke Pak Ilyas. Sekarang,lo masuk dan jangan buat tingkah mencurigakan" Aku mengangguk mendengar perkataan Astro. Aku masuk dan melihat Harry sedang dipijat oleh orang-orang dari salon itu. Harry menoleh dan menatapku. Aku tersenyum,menatapnya. Harry menyambut senyumanku dengan senyuman juga.
Aku rasa ini awal dari penyamaranku sebagai anak dan polisi.
*huah maaf keterlambatan ini,aku sibukkk banget.. mudah-mudahan kalian maafin keterlambatanku :( hiks*

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
ActionAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?