PART 22

895 55 0
                                    

Kami sampai di sebuah hotel di Paris yang mewah. Aku bisa liat yang keluar masuk itu perempuan sosialita,pebisnis,dan mungkin artis?

Terlalu mewah menurutku. Aku malahan ingin penginapan pinggir pantai dengan makanan tradisional Perancis apapun itu.

Kamar kami sudah siap. Kami melewati tangga yang berwarna gold luarbiasa mewahnya. Setolol pikiranku yang kukira itu emas.

Aku ingin memberi ide untuk tinggal di penginapan yang sederhana saja tapi kupikir aku terlalu egois jika mengutarakannya. Mungkin diantara kami ada yang suka kemewahan. Contohnya Emma. Aku tak mengenalnya baik,tapi dari caranya berpakaian,rasanya dia cinta kemewahan.

Aku dan ibu,memilih satu kamar saja,kupikir terlalu berlebihan jika beda kamar.

Seperti dari luar hotel ini,kamarnya pun terlalu mewah. Tempat tidur yang besar lalu ada ukiran-ukiran gold disekitar sandaran tempat tidur ini. Ada kulkas kecil berisi penuh minuman dan makanan ringan. Aku hanya tau coca-cola disana. Merk lain terlalu asing. LCD berukuran 42 inchi diatas bufet gold,walaupun kecil namun keren.

Sepertinya arsitekturnya ingin memberi kesan kerajaan pada kamar ini. Belum kelambu yang diikat setiap sisi tiang yang berwarna gold. Mungkin cocok buat pasangan glamour yang bulan madu.

Namun aku tak nyaman dengan kemewahan ini.

Ibu menonton LCD namun dia mengatakan tak ada yang bagus. Bukan tak ada yang bagus,cuman ibu tak tau acara apa,film apa. Toh kita di Paris,mana tau dan mengerti kita.

Kulihat di kulkas kecil ada juga dark coklat besar,kuraih dan keluar dari kamar. Sementara ibu sedang menikmati makanan malamnya sambil menonton. Sepertinya dia menemukan acara TV kabel yang biasa dia tonton dirumah.

Ibuku juga bisa menyesuaikan lidahnya dengan masakan Perancis. Malam ini kami makan dikamar masing-masing karena terlalu lelah.

Aku keluar dengan dark coklat tadi dan pergi ketaman dekat hotel sendirian. Ketika aku baru mau membuka coklatku,suara familiar datang dari belakangku. Itu suara Astro dan Rea. Aku sembunyi dibalik pohon. Naluri mata-mataku sebagai polisi muncul begitu saja.

Kulihat mereka mengobrol tapi tak tau ngobrol apa karena mereka bicaranya pelan-pelan. Aku berusaha menguping,kemudian aku tersadar dan malu sendiri,kenapa aku seperti tante-tante penggosip?

Tau-tau aku tersentak melihat Rea memeluk leher Astro dan kemudian mencium bibir Astro. Kejadiannya terlalu cepat. Aku kaget dan terduduk dibalik pohon. Tiba-tiba perasaan aneh menyerangku.

Badanku mendingin dan jantungku berdebar kencang. Tapi tunggu.. apa ini? Tunggu.. air mata? Kenapa keluar air dari mataku? Aku menangis? Tapi kenapa?

Aku ingin pergi,namun kakiku lemas. Apa yang terjadi? Bukankah aku selalu menonton orang ciuman dari TV? Walaupun ini secara langsung pertama kalinya,kenapa aku begini?

Apa aku jengkel karena Astro mengkhianati Kiki? Ya,mungkin itu. Sebagai perempuan yang satu-satunya di tim,mungkin aku hanya sensitif dengan kejadian ini.

***
Dikamar coklatku tak habis-habis. Aku terbayang terus ciuman Astro dan gadis itu. Hah? "Gadis itu"? Kenapa tak kubilang Rea? Aku kenapa jadi ikutan kesal dan ikut campur begini?

Aku meraih ponsel dan masuk ke aplikasi Chat. Aku ingin memberitahu Kiki,tapi ragu saja aku,aku takut hubungan kami yang sudah membaik,jadi hancur. Apa yang harus kulakukan? Mungkin juga Astro sudah memberi tau pada Kiki. Karena Astro tipe orang yang memang terlalu jujur.

Aku menatap ponselku bimbang dan tiba-tiba menyala,dan itu telpon dari Kiki!!

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang