PART 13 -Kiki-

1K 62 0
                                        

Aku sampai bersama Nina di depan resto yang dikabarkan ada bom nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sampai bersama Nina di depan resto yang dikabarkan ada bom nya. Aku menatapnya dan sekonyong-konyong restoran itu berubah jadi Hot Papper Resto dan aku langsung saja berlari masuk menuju Resto yang bernama Happy Chicken itu.

"Berhenti! Kau mau apa?!" Aku dihadang polisi disekitar kejadian. Aku sedang tak ingin dihalangi siapapun meskipun aku sadar ini bukan bagianku. Aku tau dan yakin,pelakunya sama dengan Hot Papper Resto. Naluriku sebagai polisi mengatakan demikian. Walaupun aku membenci mengakui bahwa aku polisi. Namun memanfaatkan jabatan skarang adalah hal yang tepat. Kutunjukkan lencanaku. Wajah polisi itu pucat. Dia menatapku takut-takut.

"Harusnya anda tidak perlu masuk. Ini bukan bagian anda" Kini cara berbicara polisi ini sopan. Aku yakin skarang Divisi Kriminal begitu ditakuti. Kumanfaatkan itu.

"Berapa sandera didalam?"

"Pelayannya 6,dan ada menteri pendidikan didalam beserta ajudannya ada 11 totalnya pak." Laporannya membuatku makin yakin pelakunya sama. Kuliat,pelaku ini ingin menghabisi pemerintah.

"Aku dulu penjinak bom,tak ada waktu menunggu tim penjinak bom kemari. Biarkan aku yang menjinakkannya. Nanti biar aku yang tanggung resikonya!" Aku sedikit memohon pada polisi ini.

"Kiki!" Nina akhirnya bicara dan berusaha menghalangiku. Aku sedang tak ingin dengar siapapun.

"Tipe bomnya sama dengan yang pernah kutangani sebelumnya. Pasti tersangkanya memakai pengendali jarak jauh!" Aku memaksa dengan suara yang nyaris hilang karena merasa tercekik. Kasus ini membuatku sulit bernapas. Jujur saja,agar aku bisa bernapas lagi,harus kutuntaskan skarang. Meski harus mati di resto itu. Mungkin ada petunjuk disana. Setidaknya sidik jari pelakunya atau aku harus menanyai para pelayan. Aku tak tau memangnya apa yang harus kudapat jika masuk kesana. Tapi aku tak tahan saja. Rasanya seperti ada yang mengaduk isi perutku dan ingin muntah namun tak bisa.

"Hentikan obsesimu Kiki!" Nina berteriak sambil mencengkram lenganku. Aku hanya melihat Nina dari pandangan halus karena tatapanku berfokus pada polisi ini.
"Jika bomnya meledak akan kubuat kau menyesal" Sebenarnya aku tak mengancam polisi ini. Itu hanya keterpaksaan. Karena dia begitu lama berpikir. Aku tak benar-benar mengancamnya,terlontar begitu saja.

Polisi ini takut dan menyingkir dariku. Aku tak mengerti apakah wajahku menyeramkan jika mengancam. Aku tak peduli. Aku berlari masuk kedalam,namun Nina sempat ingin memegangi lenganku untuk melarangku. Namun entah karena aku terlalu cepat berlari atau Nina kurang kuat maka Nina hanya menyentuh lenganku saja. Sayup-sayup kudengar Nina menelpon Astro. Aku tak peduli. Walaupun Hulk yang datang dan menghalangiku,aku akan tetap menembusnya. Aku takkan biarkan pelaku pemboman itu bernapas lega sedangkan aku tak pernah tenang dalam tidurku dan nyaris sulit bernapas. Aku tak ingin pelaku itu menghirup udara,sehingga Nuril tak pernah bisa lagi menghirup. Akan kubuat dia membayar segalanya. Akan kubuat dia menyesal.

Aku melihat tak ada jalan masuk darimanapun. Memang terperangkap resto itu. Seperti dulu. Kupanjat pipanya dan masuk lewat saluran air yang begitu sempit. Lucu saja jika aku terperangkap pada saluran air ini dan bomnya meledak.
Kuseret tubuhku sampai di pentup saluran air ini. Inilah jalannya! Pikirku.

Kutendang-tendang saluran airnya biar terbuka. Sulit juga. Terlalu keras. Mungkin mereka mengebor penutup saluran air ini. Persetan. Ku dorong badanku,dan ku tendang saluran airnya. Dan yak,terbuka. Aku masuk seperti tikus got. Basah dan aneh. Aku keluar dan kulihat sekelilingku. Ini dapur ada banyak ayam dibawah keran. Sepertinya akan dicuci.

Aku mencari pintu keluar. Mencari lagi jalanan lainnya. Aku sendiri bingung mau kemana aku. Bahkan tololnya aku tak bertanya,dimana bomnya berada. Sampailah aku di tempat makannya. Para sandera langsung menatapku bingung. Jelas saja mereka tau aku datang. Karena suasana begitu senyap.

"Aku... polisi" Ucapku memperkenalkan diri. Sedikit malu dan aneh. Karena begitu banyak pelayan wanita disini. Aku menatap menteri pendidikan namun dia menatapku bingung. Butuh waktu semenit lalu dia bangkit dari duduknya dan mendatangiku,namun ada sosok lain disana yang sepertinya kukenali diantara pak Menteri. Alisku berkerut mencoba meyakinkan diriku kalo itu dia.

Itu.. Presiden. Diantara para sandera... ada Presiden?!

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang