PART 10

1K 75 1
                                    

Mobil Kiki melaju sekencang mungkin setelah kami mencari info lewat CCTV jalanan. Mobil Rina memang ada lewat didaerah menuju dugaan kami.

Didalam mobil,masih kami berempat. Tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Suasananya terlalu tegang. Kami fokus pada jalanan. Walaupun yang membawa mobil ini adalah Kiki.

Mobil kiki bak membelah aspal jalanan. Kiki bahkan tak peduli rambu-rambu. Tidak ada yang melarang Kiki membawa mobil begitu tak ada aturan. Lagipula jalanan sedang sepi-sepinya karena sudah tengah malam.

Begitu sampai didepan rumah kecil yang begitu mudah kami temukan,kami langsung keluar dengan senjata ditangan. Tidak tergesa-gesa dan tidak juga lambat. Kami takut setiap tindakan kami membahayakan nyawa Rina.

"Kami dari kepolisian! Dadang saya perintahkan anda keluar dan menyerah! Kami mengepung anda!" Teriak Kiki. Walaupun kami tak mengepungnya besar-besaran dan hanya kami berempat,namun tentulah tak bisa melawan kami,dengan dia yang sendirian.

Tak ada jawaban. Namun sesaat kami mendengar suara rintihan namun begitu halus,sulit mengetahui dimana asal suaranya. Didalam rumah,atau di gudang sebelah sana. Kami berpencar. Hendrik dan Astro masuk ke gudang,sedangkan aku dan Kiki mencoba membuka rumah itu dengan apapun yang bisa kami gunakan. Kiki dulu adalah tim penjinak bom dia belajar sedikit bagaimana membuka pintu.

Hebatnya,hanya dengan besi-besi pendek di skitaran situ bisa benar-benar membuka pintu. Takjub namun tak ada waktu.

Ketika kami masuk... Wallah kami mendapati Dadang sedang menyetubuhi Rina. Wajah Rina sudah penuh darah,lebam dan sulit dikenali. Rambut Rija bahkab sudah diguntingi tak karuan. Kami langsung menyergap Dadang namun ada perlawanan,ketika Kiki berlari dan memegang tangan kedua tangan Dadang dengan keras,Dadang mendorong dirinya dan memukulkan kepalanya ke kepala Kiki.

Aku mengenakan jasku pada Rina yang sekarat. Begitu kugeser pelan Rina,darah ditempat tidur itu begitu banyak. Aku memeluk Rina dan menangis pedih dan berbisik

"Maafkan kami" Isakan tangisku membuat Dadang mendatangi kami dan berusaha merebut Rina kembali. Aku memeluk Rina dan melindunginya dengan ketat. Tubuhku menutupi Rina sebaik mungkin,supaya Dadang tak bisa menggapai Rina. Kiki datang membantu,pelipis Kiki berdarah aku tak terlalu memperhatikan karena apa.

Kiki menarik rambut Dadang dan memukulkan kepalanya pada tembok disamping kami.

"Bawa pergi,dan suruh Astro kemari!" Perintah Kiki. Kurasa Kiki kewalahan. Dadang sedikit tau bela diri. Aku memegangi Rina dengan intens dan menggendong Rina. Entah dari mana kekuatan untuk bisa menggendong gadis ini.

Astro ternyata curiga Dadang disini kebetulan dia langsung berlari kemari dari gudang bersama Hendrik. Sedangkan aku memasukkan Rina kedalam mobil dan menelpon ambulans agar membawa Rina secepatnya.

Aku hanya bisa memeluk Rina dan menguatkannya. Rina berbisik:

"Ibu.." Dia mengira aku ibunya karena dia sangat sekarat. Aku semakin menangis sambil membenamkan wajahnya di pelukanku.

***
Rumah sakit ini begitu sepi dan tenang,kami menunggu depan ICU. Kami sangat kacau. Aku yang diam dan menatap lantai sambil berdoa. Kemejaku dihiasi darah Rina disana karena aku terus-terusan memeluknya. Dokter keluar dengan wajah yang sulit ditebak,lagipula kami tak mau menebak. Kami mendekati dokter meminta jawaban.

"Untung cepat ditangani. Namun banyak hal fatal terjadi. Selaput darah gadis itu robek dan pendarahan. Kepalanya gegar otak. Banyak luka juga pada tubuh gadis itu. Namun kondisinya sudah stabil. Harus ada keluarganya." Dokter sedikit menyuruh pada kami. Kami hanya mengangguk cepat. Kalau lega,kami lega. Namun kalau khawatir kami khawatir pada kondisinya. Gegar otak? Dan keperawanannya telah hilang berkat kesoktauan kami. Aku yang hanya sendirian wanita disana-dokternya pun pria- menangis seperti kesakitan yang dipendam. Rasanya begitu sakit dan tertahan dikerongkongan. Aku ingin berteriak rasanya.

Pak Ilyas menelpon Astro untuk menginterogasi Dadang. Kami memang berhasil menangkap Dadang. Astro menyeretnya kedalam mobil. Luka pada wajah Dadang tak beda jauh dengan Rina.

*Masih lanjut kok ke Part 11 Dengan Divisi Kriminal Gang. Eh ada nama yang lebih bagus gak buat gang mereka? Atau ada saran? Komen bisa? Jangan jadi silent reader dong!*

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang