PART 21

897 62 0
                                    

"Ibu..." aku menegurnya curiga dan menatap matanya yang basah. Ibu memalingkan wajahnya dan berusaha tak menatapku. Aku semakin curiga dan menghampirinya,namun ibu langsung masuk dan berkata

"Ayo makan"

Aku rasa dia tak ingin aku tau,walaupun aku curiga,aku tak boleh menekannya.

***
Sudah masuk saja musim hujan,cukup sulit buatku khususnya. Karena aku rentan sakit flu. Hari ini kosong,kami hanya dikantor bercanda satu sama lain.

"Lu dapetin nomer handphone nya pegawai resto yang manis itu? Serius Kiki?" Hendrik mendesak Kiki tak percaya.

"Iya. Namanya Rea. Jelas aja dia ngasih,gue yang nyelamatin"

"Bukan lo! Tapi Astro!" Celetukku menyindir. Kiki memelototiku. Kami memang sudah tak ada batas dalam berbicara. Tak ada bahasa informal lagi.

"Kalo dia ngasih nomernya,kok dia minta pin gue yaa?" Sergah Astro tanpa berbalik,sibuk dengan komputernya. Kami terbelalak. Memang Astro tak bilang apa-apa sebelumnya,diluar dugaan Rea minta pin Astro. Apalagi Astro tak pernah bohong apalagi sesumbar. Kapan coba?

Kiki mendekati Astro dan menatap wajah Astro tajam-tajam

"Woi,jelasin"

Astro tak kalah dinginnya,berbalik menatap Kiki dan menjelaskan bagaimana gadis itu meminta pin Astro.

"Waktu gue didekat police line megang tersangka dan lu,presiden ama korban lainnya diungsikan,presiden datengin gue dan janji bakal ngasih penghargaan buat divisi Kriminal,setelah banyak ngobrol,pak Presiden pulang dibawa ajudan-ajudannya dan Rea dateng,bilang makasih dan minta pin gue. Ya gue kasihlah"

"Kenapa lu kasih?" Sudut Kiki

"Dan kenapa gue gak boleh kasih?" jawab Astro santai. Sengit mereka saling tatap hanya berjarak 5senti.

Aku merasa geli sekaligus khawatir juga ngeliat mereka.

"Lu suka Rea?" Pertanyaan Kiki itu secara tak sadar membuatnya malah mengaku kalau dia menyukai Rea.

"Belum kesitu" Jawab Astro acuh tak acuh sambil mengibaskan tangannya.

"Kalo dia suka sama lo?" Kembali. Kiki makin membuka hatinya.

"Bodoamatlah. Hak dia." Jawaban acuh tak acuh Astro itu memang agak nyakitin sih. Tapi Kiki malah lega.

Pak Ilyas datang dan kami semua berdiri dan memberi hormat. Kami tak sabar untuk mendengar tugas kami selanjutnya,khususnya aku.

"Kita bakal liburan ke Eropa selama seminggu,pengangkatan jabatan untuk Astro,dan kendaraan mobil untuk semua anggota Divisi Kriminal. Ini hadiah Presiden." Pak Ilyas mengumumkannya dengan lantang dan jelas. Kami senang skli sebenarnya,tapi siapa yang bakal menggantikan tugas kami selama seminggu?

"Semua tugas kita selama seminggu akan diberikan kepada Divisi Anti Huru-Hara" Yes! Bagus! Mereka adalah polisi-polisi hebat dikantor ini,kami tau bakalan baik jadinya.

"Kalian boleh ngajak satu orang lagi. Masing-masing satu orang" Tentu saja aku akan bawa ibu. Gila,keliling Eropa,pulangnya,kami akan disambut mobil baru. Cuma Kiki yang punya mobil diantara kami berempat,diluar pak Ilyas. Tapi apa ini tak masalah? Takutnya orang-orang wakil rakyat akan menganggap ini gratifikasi. Tapi istilah gratifikasi bukankah itu hanya untuk pejabat? Namun bukankah sering ada masalah yang dibesar-besarkan?

***
Aku dan ibu Packing dan kebandara,aku melihat rona bahagia di wajah ibu. Aku membawa satu ransel,satu koper sedang,satu tas kecil. Cukuplah untuk baju seminggu.

Sampailah kami di bandara,ada pak Ilyas,Emma,Hendrik,adik laki-laki Hendrik yang bernama Hendro,lalu ada Astro,Kiki dan... apa? Ada Rea. Siapa yang mengajak Rea kemari? Mereka berdua benar-benar serius soal Rea?

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang