Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua puluh menit biasa saja untukku. Itu terlalu banyak waktu menurutku malah. Bukan menyombongkan diri tapi jika kupotong kabelnya berurutan,maka bomnya berhasil dijinakkan.
Rasanya seperti nostalgia berurusan dengan kabel-kabel bom. Aku melihat ada yang aneh pada bom ini. Panel LCD nya tersambung dengan sesuatu. Kutelusuri kabelnya dan ternyata,bersambung dengan tuas air raksa di tempat tersembunyi dari penglihatan. Dibawah wastafel paling ujung.
Pujian besar untuk pelakunya. Cerdas juga orang ini. Dia menyimpannya disana supaya jika jatuh atau tersentuh sedikit maka akan meledak. Sehebat itulah tuas air raksa. Sepertinya pelakunya lebih serius mau membunuh kami semua dibanding kejadian Nuril.
Aku sempat ragu dia pelaku yang sama.
"Jangan banyak gerak yaa,nih kalo disentuh dikit,kita jadi bubur" Pintaku pada Rea yang membuatnya tertawa kecil. Manis juga anak ini.
Pantas saja,dia berikan waktu banyak karena tau tuas air raksa bisa meledak sendiri dengan kecerobohan sedikit atau sesepele apa saja misalnya jatuh karena aku sibuk dengan kabel-kabel di LCD.
"Tolong matikan lampunya" Rea beranjak dan mematikan lampu didapur ini. Ini kulakukan untuk pemicu ledakan sensitif pada cahaya.
Kuambil ponsel dan menelpon Nina "Mana si Galih?" Sejurus kemudian langsung suara kekanakan Galih menyentuh kupingku.
"Ya kak?"
"Suruh penjinak bom ngirim alat-alatnya kemari. Ngg gini,lu aja bawa peralatan lu kemari. Bilang ama ketua tim lu,ini tuas air raksa."
"Hah? Tuas air raksa kak? Bukannya bom biasa aja?"
"Terkecoh. Doi simpen tuas air raksanya tersembunyi dan lu aja yang kemari. Jangan oranglain. Gua malas liatnya."
"Oke"
"Cepet!"
"Saya lewat mana kak?"
"Pintu nyet." Kumatikan.
Tidak begitu lama Galih muncul dengan satu tas peralatan penjinak bom,karena gelap,aku begitu kaget ketika Galih menepuk pundakku. Dia memberiku salah satu kacamata infra merah disamping dia menggunakannya juga.
Aku membuka penutup sebelah kanan pada tuas air raksanya dengan hati-hati. Seperti menyentuh seorang gadis perawan saja. Penuh perasaan.
Bergelutlah aku dengan kabel-kabel. Seperti seorang dokter yang membedah pasiennya dan ada Galih juga yang memberikan alat-alatnya seperti dia asisten dokter dan aku dokternya. Plus ada Rea yang bak perawat. Geli juga aku melihat kondisi ini.
Kami hampir selesai tersisa 10 menit dan aku berhasil menghentikan ledakannya.
Rea menyalakan lampu dan tercetak sumringah di wajah cantiknya.
Lega juga Galih walaupun pasti kami bisa menjinakkannya. Ponsel Galih berbunyi.
"Ya pak?" Aku tak tau Galih bicara pada siapa dan membicarakan apa. Dari raut mukanya itu atasan dan raut mukanya juga menunjukkan pertanda buruk. Tak ada suara yang keluar dari mulut Galih. Dia hanya menatapku sambil bertelpon dengan wajah pucat
"Apaa...?" Tanyaku tak sabaran.
"Masih ada bom. Pelaku geram dengan adanya penjinak bom dua orang disini. Lalu dia mengaktifkannya. Bomnya tak tau dimana. Dia mengirim sms pada polisi dengan nomer yang diambil dari blog internet dia sms melalui sana." Pucat pasi wajah Galih
"Memangnya siapa penjinak bom?" Celetukku sambil beranjak mencari bomnya.
"Kak Kiki kan?"
"Gue udah keluar sejak kakak lu..." aku tersentak.
"Pelakunya sama. Dengan yang ngebunuh kakak lu! Dia kira gue masih penjinak bom waktu masuk kemari!! Dia kenalin gue!!" Tersadar sudah aku. Keparat ini benar-benar membuatku meledak.
"Cari!!" Perintahku pada Rea dan Galih. Aku tak tau mengapa sekasar itu pada Rea. Tapi dia juga menurut saja. Kuraih ponsel Galih dari tangannya dan menelpon Nina.
"Cepat cari pelakunya!! Dia diantara gedung-gedung! Seperti kasus dulu! Dia pelaku yang sama! Cari gedung yang bisa melihat dari setiap sudut Restoran!!" Aku melihat sesuatu yang aneh pada jam kayu besar yang ada di ruangan ini. Kudekati,tapi ada yang aneh. Bunyi detak pada jam itu,namun jarumnya tak bergerak.
"Jam itu tidak berfungsi" Aku hanya mendengar suara Rea diblakang tanpa menoleh.
"Bomnya disini!!" Aku membuka jam kayu ini dengan susah karena ternyata jamnya dipaku. Galih datang dan membuka pakunya dengan palu yang entah dia dapat darimana. Cepat skali Galih melepas pakunya. Ada empat paku yang berhasil dibuka.
Buru-buru aku membuka jam kayunya dan wallah... benar saja ada bom disana tersembunyi dari jam. Tersisa lima menit lagi. Sialan.