Rapat kali ini kami berenam. Ada pak Ilyas,cowok tegap itu ternyata namanya Astro. Haha seperti film kartun,tapi wajahnya terlalu sangar untuk kartun-kartunan. Lalu ada cowok cakep yang rapih kayak anak kantoran namanya Kiki. Dia cocoknya jadi model daripada polisi. Terlalu bersih. Lalu ada cowok yang tampilannya kayak anak kuliahan namanya Hendrik. Huh,kayak anak kecil. Lalu asisten pak Ilyas,Emma. Perempuan tinggi dengan badan super seksi dengan jas dan rok panjang berdiri disamping pak Ilyas. Baru kuketahui,Emma anak pak Ilyas.
"Yang terpenting adalah kita bekerja bersih. Jangan percaya siapapun disini maupun diluar" Kata pak Ilyas dengan gaya santainya.
"Kenapa,kami tak boleh percaya siapapun?" Tanya Hendrik polos. Entahlah kenapa bocah ini jadi polisi. Sungguh tak cocok dari segi manapun. Dia seperti MaBa di Universitas elit dengan tampilan boyband begitu.
Pak ilyas tertawa. Tawanya sungguh menyeramkan. Dia seperti mengejek secara tak langsung "Otakmu dimana?" Seakan-akan dia ngomong gitu.
"Polisi bukan hanya main pistol-pistolan nak.. kita harus pake otak dalam menjalankan segala sesuatu. Kau pikir mereka yang diluar itu walaupun 1 kantor bisa dipercaya? Cukup saja kita berenam. Kalo ada yang berkhianat,aku bisa langsung tau tanpa buang-buang waktu" Jelasnya sedikit menyindir.
Kini aku makin heran bocah itu kenapa direkrut disini."Kita berurusan dengan kriminalitas tertinggi dan kita harus slalu bermain bersih. Kita berurusan slalu dengan bahaya. Skali lagi JANGAN PERCAYA PADA SIAPAPUN" Ujar pak Ilyas serius dan menekankan kata-katanya di blakang.
"...kecuali pada timmu. Merekalah yang harus kau percaya. Dont being a stupid person dalam kata dan tindakan. Kita divisi berbeda. Divisi kecil yang
hanya berenam. Kita sedikit karena misi kita yang paling bahaya. Aku percaya,semakin banyak orang,semakin bahayalah kita. Karena semakin mungkin ada pengkhianat. Semakin sedikit,semakin bersilah pekerjaan kita" Ungkap pak Ilyas panjang-lebar. Aku paham. Mereka hanya ingin bekerja dengan benar bukan hanya bekerja dengan baik. Untuk pekerjaan kami bekerja dengan benar, adalah harus selalu waspada."Kalian dipilih disini karena kalian gagal dalam divisi kalian sebelumnya. Kalian.. orang-orang gagal" Pak Ilyas ketawa cekikikan dengan wajah dinginnya dia menatap kami satu-satu.
"Tapi yang aku herankan,kenapa nilai akademis kalian sangat tinggi? Dari SD,sampai SMA,hingga sekolah polisi. Mengapa kalian sangat jenius? Tapi kenapa ketika kalian ditempatkan di gedung luas namun seram ini,kalian malah jadi terblakang?" Tanya pak Ilyas sambil melempar foto copy ijazah kami semua dari SD sampai sekolah polisi.
Kami berempat sontak terbelalak kaget. Mengapa copian ijazah kami dari SD bisa "jalan" ke pak Ilyas.
"Aku tak peduli pikiran kalian bertanya-tanya bagaimana copian ini ada disini. Yang jelasnya,kalian lakukan yang terbaik." Terang pak Ilyas dan dijawab serempak dengan kami:
"SIAP PAK!!"
Tugas pertama kami adalah kasus pembunuhan sepasang suami istri yang ditemukan didalam rumahnya dengan leher yang masing-masing digorok.
Istrinya berbaring dilantai dengan luka yang cukup menganga. Sedangkan suaminya terduduk disamping toilet dengan luka yang menggorok namun tak menganga tapi dia juga meninggal. Dipangkuan suaminya ada pisau cutter yang berlumuran darah.
Ketika kami datang ruangan ini tertutup dan terkunci. Sedangkan kuncinya tepat ada di bupet kamar mereka.
Aku masuk ditoilet.. tak ada sama skali percikan darah sedikitpun sedangkan sang suami baru dari toilet. Tak ada darah dimanapun selain tempat mereka berbaring.
Aku mencari-cari,adakah tempat yang bisa melarikan diri? Sayangnya tak ada. Rumah ini didesain khusus dengan jendela yang hanya memasukkan udara. Dengan penutup yang rapat itu bagaimana caranya?
Aku memakai sarung tangan dan mencoba membukanya,tapi tak bisa. Kulihat,bautnya di bor. Tidak mungkin jika pembunuhnya orang luar dia sempat-sempat nya mengebor jendela ini untuk membuat alibi. Sedangkan kami secepat angin datang kemari.
Tapi,kenapa rumah ini rapih skali untuk sepasang suami-istri yang bertengkar? Jika sang suami yabg membunuh sang istri,maka ceceran darah istrinya bekas dia menggorok istrinya ada dimana-mana sampai didepan toilet tempat dia menggorok lehernya. Untuk apa dia membersihkan darah istrinya dulu sebelum bunuh diri jika dia pun berniat bunuh diri?
Aneh...

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
ActionAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?