PART 12

1K 54 1
                                        

Bagi Kiki dan Nuril 10 menit bom itu sangat cukup. Ketika Nuril ingin mengerjakan bomnya,Kiki menerima telpon dari polisi diluar.

"Apa?" Sambutan Kiki lewat telpon terlalu tak ramah. Dia kesal saja ditelpon pada saat kerja. Setelah beberapa menit Kiki mendengarkan polisi bicara,Kiki pun mematikannya.

"Kemauan tersangka sudah dipenuhi"

"Memangnya tersangka mau apa?" Nuril bertanya sambil mengerjakan bomnya.

"Uang senilai 700 juta dan pemerintah sudah memberikannya stengah. Bomnya akan dihentikan. Gue disuruh ke luar karena tersangkanya ngira penjinak bomnya cuman 1. Tersangkanya bakal hentiin bomnya asalkan tim penjinak bomnya keluar"

"Kenapa tidak langsung saja lo bawa keluar sanderanya semua?"

"Kagak bisa... Tersangka ngamatin kita dari jauh. Kalo langsung maen keluar gitu aja,sebelum kita nginjek aspal diluar,kita jadi serpihan daging"

Nuril manggut-manggut.

"Gue out dulu." Kiki berjalan santai keluar dari ruang penyimpanan. Melewati dapur dan sampai keluar dari restoran,menutup pintunya.

Dari jauh diatas gedung ada yang mengamati Kiki yang baru keluar dari resto lelaki itu mengamati Kiki dengan teropong. Laki-laki itu menggertakan giginya dan pergi dari sana.

Kiki mendatangi tim polisi dengan malas-malasan.

"Hei! Kenapa kau yang keluar?!" Teriak ketua tim polisi yang menangani kasus ini. Kiki mengerutkan alisnya dan bingung.

"Bukannya dia?" Tanya polisi yang berbicara dengan Kiki ditelpon.

"Kau! Kubilang Nuril!! Bukankah Nuril yang biasa memegang ponsel?!" Ketua tim marah-marah pada polisi itu dan Kiki.

"Apa bedanya?" Tanya Kiki heran. Ketua tim mencengkram baju Kiki,dengan emosi yang meledak-ledak dia berkata:

"Karena tersangka hanya melihat Nuril saja waktu kalian masuk lewat atap. Yang dikiranya satu-satunya penjinak bom itu Nuril! Ketika kau keluar dari sana,tersangkanya akan tau bahwa penjinak bomnya ada dua orang!!" Ketua tim berteriak dan disambung dengan ledakan keras yang menyakiti telinga. Arahnya di blakang mereka.

Kepala mereka mencoba menoleh kebelakang dengan pelan. Benar,Resto itu telah diledakkan.

Aku kembali dari bayangan Kiki,kembali kepada ragaku. Kutatap Kiki lekat-lekat dan berharap dia tak apa sudah menceritakannya. Wajahnya tak bisa ditebak. Kosong. Seperti topless yang tak ada isinya.

"Kau langsung dipindahkan?" Sebenarnya aku sudah tak ingin melanjutkan cerita ini,tapi rasa kepo ku lebih besar.

"Tidak juga. Aku yang mengundurkan diri. Tapi tim penjinak bom menganggapku istirahat sebentar saja"

"Lalu?"

"Yaa pak Ilyas datang kerumahku dan mengajakku bergabung. Aku menolak,tapi dia kelewat pintar." Kiki nyengir akhirnya setelah ingatan bom itu.

"Kalau dibandingkan kasus ini tak ada apa-apanya. Setidaknya,Rina masih hidup. Sedangkan Nuril dan para sandera dalam sekejap mereka jadi abu"

"Tersangkanya?"

"Belum. Itulah sebabnya aku disini. Pak Ilyas mengomporiku,kalau pelaku pemboman belum tertangkap. Aku kalap saja dan langsung masuk ke Divisi Kriminal. Padahal aku benci Polisi"

"Kenapa?" Tanyaku diiringi tawa.

"Karena mereka mau saja dibayar dan disogok. Murahan skali" Kiki mengeluarkan rokoknya dan ingin menyalakan rokoknya. Tapi aku menahan tangannya untuk menyalakan rokoknya dengan tanganku

"Itu hanya sebagian. Jangan kau anggap semua polisi begitu. Camkan." Kukatakan dengan pelan dan jelas.

"Dan tak boleh merokok dirumahku." Sambungku. Kiki mencabut rokoknya dengan kesal.

"Aku bosan,kita keluar saja" ajakku sambil masuk kekamar menutupnya dan ganti baju. Aku tak butuh persetujuan dari Kiki. Lagipula ini sebenarnya bukan ajakan,tapi suruhan. Kiki juga tak akan menolak.

"Lagipula cewek sama cowok berduaan dirumah itu sangat bahaya. Apalagi,cowoknya aku" Ucap Kiki kedengarannya santai tapi menyebalkan.

***
Kami terjebak macet dan menyebalkan saja karena tempat ini tak pernah macet. Iseng saja kutanyakan pada pejalan kaki yang arahnya berlawanan dari kami.

"Pak ada apa yaa? Kok macet?"

"Ada bom katanya dipasang direstoran sana." Jawaban bapak itu membuatku kaget. Tapi lebih kaget lagi ngeliat Kiki keluar dari mobil dan berlari meninggalkan mobil. Aku ikut saja. Aku tau,dia mau kemana.
Yaa ke Resto itu.

I'm a daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang