Aku sedang mengurus kasus dengan Kiki karena Hendrik entah kemana,Nina tentu tidak bisa. Aku diatas mobil Kiki dan mencoba memulai pembicaraan. Kupikir tidak usah kekanakan lagi,aku lelah. Walaupun tidak ingin,aku harus tetap kerjasama dengan baik
"Hendrik mana?" Tanyaku
"Lo peduli?" Singgung Kiki dan aku hanya tertawa sinis,aku sedang malas berdebat.
Kami sedang menunggui salah satu tersangka pengedar narkoba,dia akan keluar dari apartemen yang kelihatan bobrok ini kira-kira 30menit lagi. Apa yang harus kulakukan 30menit dengan Kiki? Kalian bayangkan saja.
Sangat lama kurasa 30menit ini. Tapi ThankGod,belum 30menit,tersangka yang aku dan Kiky sudah liat fotonya keluar dari apartemennya. Dia kurus,dan agak tak terurus. Sepertinya dia pemakai juga. Kami mengikutinya berjarak beberapa meter darinya. Kami tidak ingin menyergapnya di jalanan,bahaya untuk pejalan kaki.
Sepertinya pengedar ini tahu,dan mulai lari sekencang-kencangnya,aku dan Kiky mengejarnya sambil mengeluarkan pistol.
Aku menyuruh Kiky berpencar kearah lain,tapi seperti biasa,dia tak peduli kata-kataku. Akhirnya aku mengalah dan pergi mengambil jalan lain untuk memotong jalan aku berhasil menghadangnya dan Kiki ada di blakangnya. Dia terperangkap di gang kecil ini.
"Menyerahlah" perintahku sambil menodongkan pistol kearahnya. Dia mengangkat tangannya,tapi ternyata kakinya menendang pasir didepannya dan mataku terkena pasir itu. Aku tak sempat liat karena langsung memegangi mataku. Tapi aku masih merasa ada yang melewatiku dan Kiky teriak supaya tersangkanya berhenti. Beberapa menit,mataku mulai membaik. Aku mengejar pengedar itu,Kiki ada didepanku. Aku melihat,ada spanduk besar diatas yang akan dilalui pengedar itu dan kami. Aku mengeker tali tipis disekitaran spanduk itu dengan pistol baretta kecil ku,satu tembakkan berhasil lalu aku melihat pengedar itu sudah dekat,lalu aku mencocokkan waktunya dan menembak tali spanduk yang satunya lagi dan spanduk itu jatuh tepat menutupi kepala dan tubuh pengedar itu. Untung spanduk kain. Kiky dengan sigap menendang blakang pengedar itu sehingga terjatuh kamipun berhasil meringkusnya. Aku melaporkan lewat walkie talkie kalo aku dan Kiky berhasil meringkus pengedarnya. Sementara ini,pak Ilyas tidak ingin media mem-blowup Divisi Kriminal lagi,takut aku ketahuan oleh anak buah Harry.
Tiba-tiba HP kecilku berbunyi. Dari Rumah Sakit ibunya Nina dirawat. Aku sengaja tidak memberi nomer HP ku yang android karena aku sadar ketahuan bahwa aku mata-mata ketika Rumah Sakit menelpon androidku,sedangkan android ku sudah disadap.
"Hallo?" Aku bicara sambil memegang pengedar itu yang sudah diborgol.
Aku diam saja menanti kabar dan ini lebih dari berita buruk. Aku menatap Kiki nanar dan Kiki bertanya dengan kode. Aku lalu tertunduk dan mematikan HP ku.
"Ki... Nyokap Nina meninggal" Umumku bergetar

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AcciónAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?