Jantungku seiring cepatnya lariku dirumah sakit ini,aku tak peduli,seberapa ribut nya aku mengendong ibu Nina kerumah sakit itu sampai dokter dan perawat mengambil alih. Aku bahkan tak tau ini ruangan apa,saking paniknya aku lupa jalanan keluar.
Aku berusaha menelpon Nina tapi tak diangkat. Aku berpikir ini perbuatan siapa? Apa Harry? Jika itu benar,kenapa? Lalu... apakah aku harus memberitahu Harry?
Tapi aku malah menelpon pak Ilyas.
Pak Ilyas datang bersama Emma seperti biasa. Emma nyaris seperti istri pak Ilyas. Untuk ukuran pak Ilyas yang berkharisma,dia masih mampu mendapatkan gadis seperti Emma bahkan lebih.
"Siapa yang melakukannya?" Pak Ilyas bertanya tanpa menatapku. Aku berpikir,apa ini main teka-teki silang lagi?
"Aku tak punya petunjuk pak,aku terlalu panik membawa ibu Nina. Sampai tak perhatikan sekitar" Jawabku parau sambil membuang nafas dalam-dalam.
"Cari tau. Tidak perlu beritau Nina dulu. Biar Emma yang mengurusnya. Bahaya jika Nina terus kemari,sedangkan kita juga sedang menyelidiki ini." Benar. Tapi aku tak tau bagaimana aku harus membela diriku jika dipersalahkan Nina soal hal ini nanti.
"Selidiki diam-diam. Tidak perlu menanyai Harry secara brutal ini membahayakan nyawa kalian. Aku curiga pada Harry,tapi kita tak perlu buru-buru menunjuknya. Pelan-pelan" Jelas pak Ilyas tenang.
***
Aku kembali ke rumah ibu Nina. Disana sudah banyak orang dan dipasangi garis polisi. Aku masuk dan menujukkan nametag ku,dilersilahkan,lalu aku memasuki tempat dimana aku mendapatkan ibu Nina. Ada dari kepolisian yang memotret TKP. Darahnya sudah dibersihkan. Mungkin jika ada Nina disini,akan lebih membantu.Suara handphone membuatku kaget dan membuat polisi yang lain terganggu karena langsung menatapku sinis. Aku beranjak keluar sambil melihat layar HP. Nomer yang tak tersimpan. Siapa?
"Halo,pak Astro?"
"Yaa?"
"Kami dari rumah sakit,ibu Nilam masih kritis,pendarahan di otaknya cukup hebat,bisakah anda kemari?" Ibu Nilam adalah nama Ibunya Nina. Aku langsung membuang nafas dalam,rasanya aku terlalu tertekan soal ini semua. Rasanya aku ingin bangun saja dari mimpi ini."Saya... saya sedang menyelidiki kasusnya sus. Saya akan kesana secepatnya." Tutupku. Jujur aku sangat setress dengan ini semua. Aku akan masuk kembali ke TKP namun ekor mataku menangkap sesuatu yang menyala dikamar samping. Aku berbalik dan mendatangi kamar itu.
Itu ruang perpustakaan.Proyektir sedang menyala. Gambar Harry dan ibu Nina sedang bersama,layaknya pasangan suami isteri yang benar-benar.
"Apa ini...?" Gumamku tak sadar. Bukan bertanya soal apa ini,tapi apakah itu Harry? Dia begitu bahagia dan keliatan sangat mencintai ibu Nina. Jauh dari kata Mafia. Sangat romantis malahan. Aku bahkan tak berpikir melakukannya bersama pasanganku. Peluk Ibu Nina,main ayunan,piknik bersama. Seperti itu. Seperti remaja.
Dian,polisi muda datang mengagetkanku.
"Yang menyalakan ini siapa?" Tanyaku
"Wah! Kami bahkan tak sadar ini menyala. Kami selalu di TKP,dan belum ada yang beranjak dari situ. Saya baru mencari sesuatu disini" Berarti,ini memang menyala saat kejadian. Aku menatap lekat membaca pialanya walaupun kecil skali nyaris tak kentara. Foto Nina mendapat penghargaan sebagai Siswi Pramuka terbaik,seperti baru SMA. Aku tak melihat piala itu. Bahkan di TKP yang ada piagam dan piala,aku tak melihat piala yang difoto. Kebanyakan buku disini novel tahun 80-90 an. Pasti ini milik ibu Nina.Aku mencari piala Nina di kamar dan ruangan lainnya tapi tak ku dapat. Aneh. Mana mungkin hilang atau dibuang? Fotonya aja dengan bangga dipasang.
Aku mencoba menelpon Nina lagi ternyata diangkat. Cepat saja otak ini berusaha membuat cerita.
"Nin,gue lagi dirumah lo nih. Piala Pramuka lo mana yaa? Gue lagi bersih-bersih bareng nyokap lo."
"Lah? Di perpustakaannya nyokap gue pas samping foto gue" Aku sedang menatap foto Nina itu dan menatap samping foto yang kosong dan melihat memang ada bentuk kotak di bufet itu seperti bekas barang yang tersimpan lama disana,bentuk kotak seperti pantat piala itu,lalu mana?Nina terus bicara dalam telpon namun aku tak begitu memperhatikan,aku berlari ke tempat sampah yang daritadi kulewati,aku memakai sarung tangan terlebih dahulu,lalu membuka tempat sampah dan wallah! Pialanya disitu! Kuambil pialanya dan kutelusuri dengan detail,kulihat lekat-lekat jangan sampai ada yang terlewatkan dari mataku. Ketika kuperiksa pantat piala itu,retak besar dan aku melihat noda darah di bawah pialanya. Aku terbelalak.
Ini... Senjatanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
ActionAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?