*Pembacaaa maafkan diriku yang telat update. Karena sibuk kerja dan sejujurnya pekerjaanku cukup berantakan blakangan dan akhirnya saya kena marah boss.. but sekarang bisa curi-curi waktu. Selamat baca dan jangan lupa sarannya yaa.. well,saya cuma amatiran akut.*
Dikumpulkannya ke empat terduga. Mereka duduk menatapku di ruang divisi kriminal. Aku menatap satu persatu terduga dan kemudian tatapanku jatuh kepada bu Meilan.
"Anda pelakunya" Ucapku tenang.
Sontak seisi ruangan jadi gaduh walaupun kami hanya berdelapan tapi cukup membuat kepalaku pusing,dengan rasa heran mereka.
"Maksud looo?" Tanya Hendrik menirukan gaya anak alay.
"Wait Nina.. ceritain dulu dari awal. Takutnya kamu fitnah" Timpal Kiki tak percaya.
"Kita lupa kalo dia juga wanita" Kataku
"Apaan." Celetuk Hendrik kesal. Astro tampak mengerti.
"Kita lupa kalo motifnya juga kuat. Karena dia cemburu..." Ujar Astro pelan sambil memandang bu Meilan.
Bu Meilan keringat dingin. Tangannya gemetaran. Matanya berkaca-kaca. Suaminya menggenggam bu Meilan erat.
"Ngomong apa kalian?! Gak guna! Ayo kita pergi" Bentak pak Wahyu sambil menggenggam tangan istrinya menuju keluar.
"Kalau begitu saya mau bertanya pada istri anda. Kunci apa yang ada di gantungan kunci rumah,kunci kantor istri anda dan kunci brankas?" Tanyaku lantang. Pak Wahyu dan Bu Meilan terhenti. Pak Wahyu berbalik dan menatapku heran menunggu jawaban.
"Biarkan saya periksa." Ucapku sambil mendekati bu Meilan. Bu Meilan melindungi tas nya. Pak Wahyu heran melihat tingkah istrinya.
"Sayang?" Tegur pak Wahyu heran.
Saya menatap ibu Meilan.
"Dia kerumah ibu Wini seminggu sebelum kejadian. Dia mencuri kunci rumah bu Wini dan menduplikasinya. Karena bu Wini memang sering lupa meletakkan barang,makanya dia tak curiga. Kemudian dia kembali dan mengembalikan kunci rumahnya tanpa sepengetahuan bu Wini. Sebelumnya,dia menghapus sidik jarinya. Kemudian dia kembali sebagai tamu dan membunuh bu Wini tanpa sepengetahuan suami bu Wini karena suami bu Wini di kamar mandi. Begitu suami bu Wini keluar,bu Meilan membiusnya dengan sapu tangan dan menggorok lehernya. Bu Meilan menghapus jejaknya dari pisaunya dan meletakkan pisaunya pada tangan pak Adi,seakan-akan dia pembunuh ibu Wini kemudian dia bunuh diri." Jelasku menceritakan kronologi kejadian.
"Bukankah yang terakhir diliat tetangga adalah Galih?" Tanya Hendrik.
"Dia bukan yang terakhir. Sebenarnya bu Meilan sengaja membunuh lampu karena tau Galih phobia gelap. Dia takkan tau orang tuanya sudah meninggal didalam. Apalagi didukung sms Galih yang dimarahi ayahnya karena meminta uang lewat sms. Bu Meilan membaca SMS dari hp pak Adi. Bu Meilan tau,Galih pasti kesini" Terangku.
"Lalu bagaimana caranya dia kembali kerumah pak Adi tanpa sepengetahuan tetangga?" Tanya Kiki
"Dia memanfaatkan dirinya sebagai wanita. Waktu kejadian,itu hari Jumat dan semua tetangga pak Adi yang mayoritas lelaki,pergi shalat. Bukankah pak Fuad bilang,hanya Bu Wini yang wanita disana? Tetangga mereka tak tau pak Adi dan bu Wini sudah meninggal ketika lampu dimatikan. Bu Meilan keluar dan hampir 2 jam disana. Untuk apa,orang yang hanya mencari suaminya 2 jam di sana? Dan supaya tak dicurigai,sambil keluar bu Meilan pura2 berkata 'Maaf mengganggu urusan rumah tangga anda' seakan bu Wini masih hidup,dia mengatakannya dari luar pintu. Kemudian pintunya tertutup sendiri. Orang-orang berpikir,mereka sedang bertengkar. Karena mereka memang mematikan lampu ketika bertengkar,karena tak ingin anaknya masuk dan melihat mereka. Tak ada yang menyangka kalau sepasang suami-istri itu sudah meninggal" Jelasku. Kiki,menatap bu Meilan penuh tanda tanya,Hendrik ternganga dan Astro diam saja menatap lantai dan termenung.
Pak Wahyu menatap istrinya tak percaya.
"Bohong kan?" Tanya pak Wahyu sambil menangis. Tangisan pak Wahyu sungguh menyentuhku. Dia begitu percaya istrinya,tapi nyatanya malah beda."Bu,tolong tas nya. Saya hanya mau minta barang bukti" Pintaku. Bu Meilan hanya menyatukan tangannya meminta diborgol.
"Aku tak percaya suamiku sudah melupakan Winny" Katanya pelan dengan nada menyakitkan.
"Sayangg.." Panggil pak Wahyu dengan tangisan
"Aku tersiksa dengan masa lalu suamiku dengan Winny. Dia berkata kalau mantan yang paling dia sayangi adalah Winny kepada teman-temannya padahal kami sudah pacaran waktu itu. Bertahun-tahun aku tersiksa dengan masa lalu suamiku. Selalu saja teman-teman suamiku mengganggu suamiku dengan menyebut-nyebut Winny. Sampai skarang! Aku juga melihat history FB suamiku yang ketika baru putus dari Winny dia hanya menuliskan tentang Winny. Sedangkan ketika aku berpacaran dengannya dan menikah,aku tak pernah jadi bagian dari ceritanya. Aku hanya tinggal dirumahnya,bukan dihatinya" Jelas bu Meilan sambil menangis.
"Demi Allah Mei,aku udah lupa sama Winny!" Jelas Pak Wahyu.
"Aku tak percaya. Kau tau darimana Aku tau kebiasaan bu Winny kalau teledor? Darimu" Kata bu Meilan sambil tersenyum pada pak Wahyu di barengi dengan air mata.
Sungguh tragis. Karena semua orang tak pernah mengerti perasaan bu Meilan dia pun membunuh karena saking kesalnya. Tapi itu bukan alasan melenyapkan nyawa seseorang. Penyakit hati memang bahaya.
Aku mengambil kunci di tas bu Meilan. Dia ceroboh tak membuang kuncinya,malah menggabungkannya di kunci-kuncinya karena takut polisi menemukannya dan curiga ini perbuatan orang luar.
Aku melihat kunci yang dipegang bu Meilan ketika kami mengintrogasi sama dengan kunci rumah pak Adi. Kami mencobanya,dan benar saja pas. Itu kunci rumah yang diduplikat.
"Wah hebat,kau Nina!" Puji Hendrik. Kiki menepuk pundakku dan Astro memberiku jempol. Pak Ilyas diam saja.
"Ini kasus yang biasa saja. Masih banyak kasus diluar sana,jangan memakan banyak waktu lagi untuk memecahkan 1 kasus! Gunakan otak kalian! Kalian berempat! Jika kalian tak cepat,bukti bisa hilang!! Bersiaplah untuk kasus selanjutnya!" Perintah pak Ilyas
"SIAP PAK!!" Celetuk kami berbarengan

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AcciónAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?