HER NAME SUKMAWATI
Aku terkejut ketika salah satu rekan kepolisian mengatakan polisi dari distrik lain keceplosan bicara pada Nina. Bukan keceplosan juga,tapi memang hanya distrikku saja yang saling membantu menjaga rahasia ini pada Nina. Ingin kesal juga,percuma. Toh Nina sudah tau. Sulit memang menyembunyikan bangkai dirumah yang sempit,pasti tercium juga.
***
Dirumah sakit,sudah ada Nina diluar ruangan ibunya. Mungkin sedang ada pemeriksaan sehingga dia dilarang masuk.Nina berbalik dan menatapku sangat tajam,aku tau dia sangat marah. Tatapannya bahkan membuatku takut. Aku takut karena memang aku salah.
"Pulang lu!" Nina mengusirku? Wajar saja.
"Nin,lu dalam tugas mata-mata. Kami nyembunyiin supaya lu gak ketahuan. Kami semua jagain nyokap lu." Aku mengatakannya berbisik sambil menoleh sekitar.
"Gue tau,lu mau cepetan ini semua berakhir dan lu dapat penghargaan" Buhsyet Nina salah paham. Kenapa dia berpikir kearah sana?
"Nin.. lu jangan sembarangan" Aku memperingatinya,volume suaraku sudah normal.
"Gue minta lu pulang. Detektif berprestasi dan profesional kayak lu,pergi aja pecahin kasus,dapat penghargaan sebanyaknya sampai hati lu heartless" Kedengarannya Nina masih dendam soal penghargaan yang kudapat. Dia nyimpan-nyimpan sampai aku melakukan kesalahan dimatanya dan Duar... meledak.
Aku hanya terdiam menatapnya. Tak tau mau jawab apa dan aku juga tak ingin pergi. Lagipula memang ini salahku.
Ada guratan kekecewaan yang luarbiasa di mata Nina. Mungkin dia ingin menangis,tapi ditahannya. Kekecewaan dimatanya itu terselip alasan yang tak kuketahui.
***
Aku berbicara dengan pak Ilyas soal ibunya Nina di rumah sakit. Nina datang dan bergabung."Apa ada seseorang yang kau curigai Nina?" Tanya pak Ilyas
"Tidak ada pak. Saya dan ibu saya sudah lama hidup berdua saja. Jauh dari tetangga dan yang lainnya. Tidak ada kemungkinan itu." Jawab Nina tanpa menatap pak Ilyas.
"Senjata pemukulnya,piala pramukamu" Celetukku mencoba berbicara lagi dengan Nina. Karena setelah Nina mengusirku tadi,kami sama sekali tak berbicara. Berhasil saja membuat Nina menatapku kaget dan mulai berbicara
"Itu penghargaan pertama yang kudapat." Nina mengatakannya sambil tertunduk.
"Ada petunjuk di Cipta Ganda?" Pak Ilyas berusaha mengalihkan rasa sedih Nina.
"Ada. Harry punya anak perempuan. Namanya Sukmawati. Aku sudah dapat Id socmednya. Aku minta tolong Detektif Astro yang mengecek Sukma" Jelas Nina sambil mengambil Hp nya di sakunya.
Dia menyodorkan Hp nya padaku. Disitu,aku melihat profil Line seorang gadis sederhana dengan jilbabnya. Berkulit kuning langsat,wajahnya juga tak terlihat jahat. Namun dia lebih besar dari Nina sepertinya. Tapi aku tak tau siapa yang lebih tua.
Aku mengambil Id Line Sukma dan menginvitenya di Hp ku. Tanpa acara basa-basi,aku langsung mengirimi dia pesan
"Maaf,anda anaknya pak Harry?"
Sekitaran 10 menit langsung ada balasannya."Iya,anda siapa?" Secepat kilat kubuat Sukma bisa bertemu denganku. Aku mengaku sebagai kaki tangan Harry yang masih di training. Aku takut jika anak ini pergi bercerita ke ayahnya soal aku,aku takut mengaku sebagai detektif. Itu bisa ketahuan dalam sekejap. Aku juga sedang mencoba mencari alasan,kalau-kalau aku ketahuan pergi bertemu anak Harry. Apa yang harus kukatakan pada Harry?
Dan Yup. Gadis ini mau bertemu. Alasanku adalah,aku harus melihat kondisi Sukma supaya aku bisa melaporkannya pada ayahnya. Aku mengatakan,aku tak disuruh ayahnya,tapi disuruh pesuruh ayahnya yang lain karena dia berhalangan hari ini.
Baiklah,aku segera mengambil motorku dan melajukan motorku menuju D'Cafe gadis itu ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AksiAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?