Mungkin sekitar 40 menit pak Ilyas datang dan tentunya aku langsung masuk kekantor pak Ilyas dan melaporkan yang aku catat. Pak Ilyas berpikir sambil mengisap cerutunya. Dia duduk di kursinya seperti biasa.
Dia lalu menatapku
"Ada yang kau pikirkan?" Tanya Pak Ilyas."Tidak...tidak ada pak!" Aku tak punya keberanian diri untuk menceritakan kecurigaanku. Rasanya mungkin ini terlalu dini untuk menyangkutpautkan kematian ibunya Sukma dan kasus pemukulan ibunya Nina.
Pak Ilyas hanya menatapku. Aku berusaha menghindarinya dan segera pamit.
"Pak... saya masih mau buat laporan lagi. Saya mohon diri dulu" pamitku tanpa menatap matanya dan beranjak dari situ. Aku keluar sambil menghela nafas panjang dan menuju kursiku lagi.
Aku berpikir sambil duduk. Mungkin aku harus mencari bukti dulu,baru bisa memecahkannya. Satu-satunya cara adalah mengetahui siapa yang menyuruh Joe itu. Tapi tidak mungkin aku masuk ke sana dan menjadi mata-mata tanpa perintah. Aku sudah dapat SP. Sekali saja berbuat yang tidak-tidak,pasti aku dipecat.
Mungkin aku harus berkerjasama diantara Nina atau Astro. Jika Astro,harus kuakui dia pintar. Pasti dia akan curiga maksudku bertanya-tanya padanya. Mungkin Nina. Sebenarnya Nina tak kalah pintar dari Astro. Tapi setidaknya dia tak akan mencurigaiku karena hatinya tak sepreman Astro. Tepukan dipundakku mengagetkanku.
"Hoi. Udah jam 6:15. Lo mau nginap disini?" Tegur Kiki dengan tampang lelahnya. Kiki kalau sudah jam segini wajahnya sudah seperti monster. Karena lelah otak. Padahal tiap pagi,dia yang paling tampan setelah aku.
Aku diam saja dan membereskan laptop dan barang-barangku kedalam tas.
"Lu lagi mikirin apa sih?" Tanya Kiki selidik. Memang mencurigakan sikapku tidak srperti biasanya yang hanya membahas ketampananku dan drama-drama korea. Hari ini,mungkin aku tiba-tiba kena sindrom detektif cerdas. Tiba-tiba. Setelah beberapa bulan ini aku jadi salah satu diantara para detektif ini dan aku selalu merasa tak cocok. Tapi kenapa hari ini aku tiba-tiba saja?
Aku langsung chat bbm Nina dan mengajaknya ketemu. Kebetulan dia belum makan malam. Kuajak saja makan Pizza di dekat rumah ibuku.
Lama aku menunggu. Bahkan Pizza daging asap campur jamur dan dipinggirnya keju leleh itu sudah ada didepanku memanggil-manggil. Nina belum juga datang. Mungkin aku harus jujur. Nina tidak pernah mencuri ide orang lain dan kasus orang lain. Aku harus mengajaknya berkerjasama,jangan sampai dia memberi sedikit saja info pada Astro.
Bau keju didalam Pizza ini lebih kuat dari pada bau daging asap atau jamur. Padahal kejunya tersembunyi dibalik pinggir roti.
Nina baru datang. Dia tertawa-tawa sambil duduk didepanku.
"Maaf. Gue harus ngelabuin anak buah Harry untuk datang kemari. Mau ngomong apa? Eh kita makan dulu yuk? Lapar nihhhh." Kata Nina sambil mengambil piring lalu menyendokkan sepotong Pizza yang yahh masih hangatlah sedikit. Aku ikuti saja. Karena aku tak bisa menjelaskan dengan perut kosong.
***
Usai makan,Nina sedang minum cola dan aku sudah terlalu siap untuk menjelaskannya."Nin.. gue ada kecurigaan siapa yang nyelakain nyokap lo." To the point saja,karena aku sudah mengantuk. Selalu terjadi ketika aku sudah makan.
Mata Nina terbelalak. Dia meletakkan gelas colanya dan menatapku menungguku menjelaskan semuanya.
"Aku curiga orang yang sama dengan yang membunuh ibu Sukma. Tadi siang Astro cerita kalo Joe terlibat,kau pasti kenal.." Ucapanku terpotong karena Nina terlalu kaget.
"Wait,wait,wait. Nyokapnya Sukna dibunuh? Dibunuh? Joe yang ngebunuh gitu?" Aneh saja Nina bisa tak tau tentang apa yang di ketahui Astro.
"Iya.. lu kenal Joe kan? Katanya Joe juga terlibat."
"Dia udah meninggal tadi" jawab Nina cepat.
"Iyaa.. dibunuh juga. Dan gue minta tolong lo bantuin gue nyari tau soal siapa yang nyuruh joe,terus lo ngasih tau ke gue. Sisanya,biar gue yang pecahin." Pintaku mantap.
"Lo? Lo yang mau pecahin? Pak Ilyas mana?" Nina tampak meremehkanku
"Kalo lo gak mau nih kasus pecah buat nyokap lo ya udah!" Celetekku kesal sambil berdiri.
"Oke,oke gue bantu cari tau."
"Lo jangan ngasih tau ke Astro"
"Oh iya gue paham,gue janji bakal tutup mulut. Kecuali sama pak Ilyas. Gue yang bayar aja" Jelas Nina sambil beranjak ke kasir. Jelas Nina takut menyembunyikannya dari pak Ilyas. Jika Pak Ilyas tau,dia tidak akan memecahkannya walaupun mungkin dia keburu tau. Dia hanya akan sedikit membantu memecahkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AcciónAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?