Gila saja melihat kemacetan yang ada disepanjang jalan. Aku sudah membayangkan Kiki sedang bergumul dengan bom dan tiba-tiba dia salah cabut kabel dan bomnya meledak. Aku tersentak dengan lamunan tololku sendiri. Jika ada Edward Cullen si vampir pembaca pikiran di sekitar sini dia pasti menertawakan imajinasiku. Amannya,Edward Cullen beserta ceritanya hanya dongengan belaka.
Aku melihat seorang pejalan kaki di trotoar dan bertanya padanya apa sebabnya jalur ini macet.
"Mas kenapa macet yaa?"
Dengan acuh tak acuh,orang itu menjawab:
"Ada bom di resto depan sana"
Lucu. Tujuan utamaku yang membuat macet. Seratus persen Nina dan Kiki tak bohong. Bagaimana caranya menerobos? Jika kau bilang kau polisi dan mau menyelesaikan kasus di resto itu,memang apa pedulinya mereka? Mereka pasti sama sibuknya denganku. Bunyi klakson membuatku pusing,tapi pepatah bilang ditengah kepusingan,akan ada ide gila. Benar saja tiba-tiba ada ide gila yang hinggap dikepalaku. Entah setan yang mana yang bicara atau malaikat?
Aku putar balik arah dan menyusuri lorong-lorong kecil denga motorku. Sampai disebuah bangunan yang hampir jadi terdiri dari 4 lantai. Kubawa motorku masuk dan salah seorang mandor bangunan itu langsung mengenaliku karena aku dulu suka kesana
"Mau latihan mas?" Sapa mandornya.
"Mau praktek. Boleh kan?"
"Boleh aja dong,mas kan gak pernah ngerusak" Sergah mandor dengan senang hati. Aku berterima kasih lalu tersenyum dan membawa motorku menyusuri gedung itu,memarkirnya diantara motor para mandor.
"Motor saya yaa pak." Teriakku samar-samar dari kejauhan. Sang mandor mengangguk. Aku memasukkan kunci motor beserta ponsel di kantung jaket dan merestlitingnya supaya tak jatuh. Aku mengambil ancang-ancang dari depan tangga beton dannn... aku menaiki tangga dengan cepat sambil memanuver gerakanku berpindah tangga dengan memanjat. Yaa jika kau tau apa yang kulakukan,aku sedang berolahraga Parkour.
Tekhnik olahraga Perancis dengan mengandalkan kekuatan tangan dan kaki,memanjat dan berlari. Bebas melewati halang rintang. Sekonyong-konyong aku sudah sampai diatas. Aku melihat seorang yang kukenali,yang mengajakku dulu masuk Parkour,dia sedang pemanasan sendirian disana. Dia Andis.
"Woi" Tegurku
"Busyet pak polisi baru muncul skarang" Ucapnya sambil tertawa sambil menjabat tanganku.
"Sebenarnya gua kesini ada misi penting" Wajah Andis berubah serius menanti ceritaku.
"Gue sekarang didivisi kriminal dan salah satu partner gue di divisi itu terjebak di resto yang ada bomnya,gue mau nyelamatin,tapi macet disana." Tunjukku kearah jalan raya yang kelihatan dari lantai 4. Andis mengerti maksudnya. Ya,aku ingin lewat atap bak ninja dengan ilmu Parkour.
"Yakin? Sangat sulit dari bangunan 4 lantai" Andis tak meremehkan,cuma dia saja yang asli anak Parkour tak pernah yakin bisa melewati rute dari gedung ini ke gedung yang lain.
"Seharusnya keadaan genting begitu lo jangan eksperimen." Andis menegur pelan.
"Justru karena genting gue harus pake cara ini." Aku ke arah belakang mengambil ancang-ancang untuk berlari. Tiba-tiba Andis ikut mengambil ancang-ancang juga disampingku.
"Lo ngapain? Lo gak pernah nyoba rute ini." Celetukku.
"Lo juga. Yaa kalo takut bukan Parkour namanya" Andis mengambil ancang-ancang lalu berlari.
"Woi!" Panggilku sambil ikut berlari. Kami melompat dengan mendorong tubuh kami sekuat mungkin agar sampai di gedung sebelah. Kira-kira 5 meter. Terlalu beresiko memang dengan tinggi gedung ini. Tapi lucu juga kalo dua orang jatuh karena mencoba rute baru Parkour.
Tapi yang mengagetkannya kami sampai ke gedung sebelah. Kami berguling dan berlari kembali. Gedung selanjutnya,lebih dekat,kami cukup melompat dan memanjat kecil. Andis luar biasa jagonya. Dia bahkan sempat-sempatnya salto disaat melompat.
Begitu melewati beberapa gedung juga bangunan sekonyong-konyong adu nyali kami sampai pada tujuan. Resto Happy Chicken
Wajah Andis puas dan sumringah,kontras dengan wajahku yang masih kaget bisa melakukannya. Kulihat kebawah,resto itu dikelilingi banyak orang,polisi dan beberapa masyarakat menyimak. Tapi ada bunyi di sekitar kami,seperti ada orang disalah satu tiang gedung ini.
"Lewat sana ding" Ujar Andis sambil mendatangi tangga,aku menatap tiang yang bunyi tadi. Tikus keluar dari tiang itu,aku menatapnya kesal. Jadi polisi bikin aku jadi parnoan.
Kami sampai di jalan raya yang hiruk pikuk,heboh dengan resto yang ada bomnya.
Aku menerobos masuk mencari Nina lalu aku menemukannya Andis masih di belakangku. Aku menepuk pundak Nina. Nina berbalik. Wajahnya sangat lega melihatku disini.
"Sisa 25 menit bomnya bakal meledak." Terang Nina khawatir.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AcciónAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?