Aku menatap mata Harry,sama skali tak bisa ditebak. Raut wajahnya antara senang dan kesal setengah mati. Aku tak paham. Baru kusadari jika diperhatikan secara dekat,Harry sudah tua. Keriput halus berkumpul di sekitar matanya.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Harry pelan. Suaranya yang pelan membuat bulu romaku bergidik. Dia seperti setan. Belum sempat aku menjawab,Joe sudah mengayunkan Samurai nya tapi ditahan oleh Harry
"Biarkan dia menjawab" Tahan Harry tanpa menatap Joe. Matanya tak pernah lepas dariku.
"Pak Harry bisakah anda mempercayai Joe jika dia bertingkah mencurigakan sepertiku?" Elakan psikologis. Bertanya balik untuk membuatnya bingung. Aku tau tak semudah itu.
"Tidak. Kalau dia,langsung kubunuh. Kalau kau,aku masih memikirkan Nina. Makanya aku bertanya dulu" jelasnya enteng. Aku lupa kalo dia seorang ayah kalo dia seperti ini. Dia seperti Edmon Dantes jika seperti ini. Jika menghadapi setan maka aku harus menjadi setan juga?
"Kalau begitu dia patut dibunuh. Aku pernah melihatnya mencurigakan sekali. Dia menelpon tengah malan dan berbisik-bisik" itu memang benar. Tapi aku tak peduli dia menelpon siapa. Yang jelasnya aku hanya mengadu domba. Harry diam saja. Joe menatapku kesal dan mulai menggenggam erat samurainya. Kupikir dia pasti sangat ingin membunuhku.
Joe menatap Harry sepintas dan tampak wajahnya ketakutan. Ohhh,kayaknya ada yang ilegal dari telponannya dia setiap tengah malam.
"My lord,dia hanya mencari-cari..." suara Joe bergetar. Entah Joe bodoh dalam menyembunyikan sesuatu,atau nemang Harry yang mengerikan. Harry melihat Joe dari ekor matanya.
"Kemarikan ponselmu." Harry meminta tanpa menatap Joe. Dia mengibaskan tangannya. Kurasa Harry benar-benar mirip Raja kegelapan. Sejenis Lucifer. Lucifer tapi hatinya mempunyai belas kasih ayah. Dia hanya kejam pada oranglain,tapi tidak untuk anaknya. Tampangnya itu sebenarnya tampan. Cuma kebengisan yang menutupinya. Dia mirip anggota Volturi di Twilight dan sejenisnya.
Joe memberikan ponselnya dengan gemetaran. Belum sempat Harry membukanya,Joe sudah berlutut dan minta maaf.
"MY LORD! AKU MINTA MAAF! SUNGGUH AKU HANYA DISURUH!!" Apa maksudnya ini? Harry menatap tajam pada Joe dan membuka isi ponsel Joe. Lama Harry mengotak-ngatiknya sampai pandangan Harry berubah sangat drastis. Dari tatapan dinginnya seperti biasa,kini pandangan mematikan. Ada apa?
"Kau membunuh Diah?" Harry bertanya dengan tenang pada Joe. Apa? Diah itu kan kalau memang orang yang sama,dia ibunya Sukma. Joe membunuhnya? Joe cuma mengangguk. Diamengepalkan tangannya keras. Tampak skali dia ketakutan. Sejurus itu,Harry mengambil samurai Joe sangat cepat,hanya sedetik mungkin lalu menebas Joe. Joe ingin kabur,tapi lari Harry terlalu cepat. Dia menarik rambut Joe dan memenggalnya. Saat itu aku tak begitu perhatikan. Karena aku langsung menutup mataku. Suara sepatu mendekatiku. Kubuka mataku tanpa langsung menatap Harry.
"Bersihkan. Ini yang kau inginkan kan? Bersihkan mayatnya. Kau.. jika kau bukan teman putriku. Nyawamu juga akan melayang. Sekali lagi berbuat tidak-tidak dibelakangku,maka aku tak peduli kau teman siapa." Ucap Harry lantang. Aku menatap matanya. Dia memberikan samurai Joe.
"Sekalian bersihkan" Katanya sambil memberikan samurai yang penuh darah. Sungguh mungkin aku sering melihat orang ditebas dan sebagainya. Tapi aku baru melihat orang yang sangat enteng membunuh. Mungkin alasannya benar,karena Joe berani membunuh Diah. Tapi dia seperti sering skali melakukannya. Bahkan mungkin untuk masalah sepele.
Seperti tak ada masalah jika merenggut nyawa orang. Aku menatap mayat Joe yang terpisah dengan kepalanya. Sungguh aku tak kuat melihatnya. Aku harus membersihkannya sebelum ada orang kemari.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
AzioneAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?