"Sidik jari di pisau itu sudah dihapus" pak Ilyas kepada kami depan rumah pasangan suami istri itu yang sudah di beri garis polisi.
"Kenapa orang mati bisa menghapus sidik jarinya? Sedangkan dia tak menggunakan sarung tangan" Gumam Kiki.
"Ini bukan perbuatan orang luar." Celetuk Hendrik
"Lalu bagaimana caranya sang suami menghapus sidik jarinya? Dia sudah mati" Tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi.
"Ini perbuatan orang luar" Tegas Kiki pada pak Ilyas dengan mantap.
"Lalu?" Pak Ilyas sedikit tertawa mengatakannya.
"Bapak sudah tau?!" Pekik Kiki.
"Tau apa?" Pak Ilyas kembali dengan wajah frozen-nya
"Pembunuhnya!" Aku dan kiki nyaris bersamaan mengatakannya karena tak sabar.
"Belum sampai sana." Ujar pak Ilyas santai seakan kita sedang bermain teka-teki silang dan dia sudah tau jawabannya sebagian besar.
Petugas ambulans datang dan membawa mayat sang suami tepat melewati kita.... Dan aku mencium sesuatu. Bercampur dengan darah,aroma ini memusingkan tapi samar aku tak tau baunya. Ku endus terus sampai mayat nya masuk ke dalam ambulans.
Aku menoleh kearah pak Ilyas,dia memperhatikanku dan tersenyum menandakan kalau bau itu ada hubungannya dengan pembunuhan ini. Yaa ini pembunuhan. Teman-temanku yang lainnya tidak menyadari karena bau darah itu terlalu dominan ketimbang bau "lain" itu yang sedang bersembunyi. Teman-temanku tidak memperhatikan kalo ada sesuatu yang aneh. Mereka sibuk berpikir.
Kami meminta keterangan dari tetangga dan berbagai pihak tentang siapa yang datang terakhir kali dan belakangan ini dan kami pun rapat di kantor.
"Ada yang aneh" Gumam Kiki.
"Banyak yang aneh" Gumamku juga membenarkan perkataan Kiki.
"Kau mencium bau sesuatu tadi di TKP?" Tanya Astro. Aku terhenyak.
"Kau menciumnya juga?!" Pekik ku kaget ketika tau bahwa bukan hanya aku yang mencium bau samar itu.
"Yup. Itu seperti bau obat bius" Duga Astro menyipitkan matanya. Yak! Obat bius memang baunya begitu. Aku salah menduga itu dari darah sang suami.
"Ada 4 orang yang mendatangi rumah itu terakhir kali. Jam datang mereka hampir sama. Hanya selang 2 jam dan yang terakhir adalah anak suami istri itu. Dia hanya 15 menit dirumah itu lalu pergi. Setelah itu tak ada lagi yang datang." Jelas Kiki.
"Mereka siapa saja?" Tanya Hendrik
"Pertama yang datang hari itu adalah Mutiara. Tetangga lama suami-istri itu. Lalu 2 stengah jam kemudian,Wahyu dia seorang pria yang dikabarkan berselingkuh dengan sang istri. Kemudian sejam kemudian Meilani adalah istri dari Wahyu datang kesana mencari suaminya tapi tak bertemu. Terakhir Galih,dia anak suami-isteri itu. Dia yang datang hanya 15 menit" Jelas Kiki panjang lebar. Memang Kiki lah yang mencatat detail pernyataan para tetangga dan memintai keterangan mereka.
"Lalu? Anaknya pelakunya?" Tanya Hendrik.
"Tak sesederhana itu. Aku meminta Hp ini dari divisi lain. Ini hp sang suami. Ada sms anak korban didalam meminta uang. Lalu sms-sms pak Wahyu yang menjelaskan kalo dia tak berselingkuh dengan korban. Hanya itu. Tak ada sidik jari dihp ini. Dihapus" Jelas Astro.
"Selain tetangga korban itu,mereka mempunyai alasan untuk membunuh" Ujar Kiki sambil membaca sms-sms dari hp itu. Aku dan Hendrik ikut-ikutan ngeliat sms tersebut dengan mendekat keblakang kiki.
Galih anak suami-istri itu yang kami tau nama sang suami adalah Adi dan sang Istri bernama Wini. Dalam SMS tersebut Galih meminta uang 20 juta untuk membeli motor baru,tapi balasan pak Adi marah-marah dan tak mau memberi.
Lalu SMS pak Wahyu adalah meminta maaf masalah masa lalu yang pernah dijalinnya dengan bu Wini ketika masih bersekolah. Artinya bu Wini adalah mantan kekasih pak Wahyu. Pak Wahyu hanya menjelaskan bahwa dia dan Bu Wini tak berhubungan lagi. Namun pak Adi membalasnya dengan sumpah serapah.
"Selain bu Meilani dan Mutiara,Galih dan Wahyu bisa jadi salah 1 pembunuhnya" Duga Astro.
"Bu Meilani dan Mutiara tak ada alasan membunuh." Kata ku. Bunyi pintu divisi kami tiba-tiba terbuka. Pak Ilyas duduk dikursinya dan mengisap cerutunya.
"Panggil mereka berempat lalu tanyai mereka. Mungkin ada petunjuk" Perintah pak Ilyas.
"Siap pak!!" Celetuk kami berempat sambil hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
ActionAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?