-STAY WITH ME GUYS
Terlalu mudah media mencintai kami dan skarang terlalu mudah media menghujat kami karena keteledoran kami.Sarapan omelet dengan saus tomat agak hambar saja digigitan pertama ketika kulihat halaman pertama surat kabar tentang Divisi kami.
Disana tertulis: DIVISI KRIMINAL TELEDOR BAHAYAKAN NYAWA KLIEN.
Aku tak mau membaca isinya. Takut akan kecewa,takut aku akan kalap dan mengundurkan diri. Rasanya cuaca diluar bagus. Tapi aku takut keluar. Gunjingan orang dan semua tatapan-tatapan sinis itu. Walaupun sepenuhnya bukan kesalahanku.
Bunyi ponselku agak mengagetkanku. Karena aku sedang tenggelam dalam pikiranku. Kuangkat ponselku agak takut.
"....halo?" Ada tiga detik baru aku mengatakan halo. Itu nomer baru masuk ke handphone ku.
"Kau dimana?" Suara yang enak didengar dan bagus itu familiar skali. Walaupun dia baru menelponku. Kiki.
"Dirumah"
"Otw,kesitu nih" Kiki mematikannya begitu saja. Khas nya Kiki. Yang hanya bicara sesingkat mungkin.
Aku menuju dapur dan membuatkan omelet juga untuk Kiki.
Dua puluh menit Kiki sampai. Dia memang tak setertekan aku soal masalah Rina. Dia bisa sembunyi dibalik mobilnya dari haters-haters yang muncul tiba-tiba dari permukaan. Dia bisa keliaran kemana-mana.
Kami selonjoran di ruang tengah. Aku mengemil keripik kentang di topless. Sedangkan Kiki mengunyah enak omelet yang kubuatkan untuknya tanpa beban.
Aku menatapnya heran
"Kau tak merasa beban?"
"Apa?" Kiki bertanya balik dengan mulut yang dipenuhi omelet. Aku menatapnya jijik
"Kunyah dulu itu!"
Kiki minum air yang juga sudah kusediakan didepannya.
"Biasa saja." Jawaban Kiki yang datar itu membuatku tak percaya sampai-sampai harus memperjelas pertanyaanku.
"Soal Rina!"
"Iya. Aku biasa saja." Kiki mengatakannya sambil menatapku santai. Sedangkan aku menatapnya seakan ingin menamparnya.
"Kau tidak mau tau kenapa aku dipindahkan ke Divisi Kriminal?" Kiki mengatakannya sambil menyuap omelet kemulutnya besar-besar,dengan mulut yang penuh Kiki mengatakan:
"Aku membunuh sahabatku dan 10 korban lainnya" Jawaba n Kiki yang sok santai itu mengagetkanku stengah mati. Seperti terkena alat kejut didadaku.
"Kau tau ledakan di Resto Hot Papper? Itu karena aku" Perkataan terakhirnya Kiki itu tersirat jelas dia begitu kecewa.. pada dirinya. Matanya begitu sayu,mendadak wajahnya seperti anak autis. Pasti dulu itu membuatnya shock luar biasa. Ingatan ledakan restoran Hot Papper terekam tiba-tiba dibenakku. Seperti video yang direkamkan Kiki diotakku,dia menceritakannya.
Pagi yang tenang. Kiki menenggak kopinya dengan wajah sumringah. Lelaki tampan disampingnya adalah Nuril,sahabat Kiki di Tim Penjinak Bom.
"Ntar sore kan?" Kiki memastikan dengan wajah mengejek.
"Yo'i... masa gue mau lari dari kenyataan sih"
"Hahaha gak nyangka gue menang taruhan kali ini. Bisa-bisanya MU kalah dari City!"
"Rejeki lu dah!" Kekusukkan Kiki dan Nuril tiba-tiba terganggu oleh telpon kantor dari tim penjinak bom. Mereka berdua segera bergegas kesana.
Rapat kali ini bersama polisi dan tim penembak jitu. Ada bom yang dipasang di Hot Papper Resto. Kenapa harus Resto kecil itu?
Ternyata ada kedubes negara asing yang mencoba makanan yang terkenal lezat,pedas dan gurih itu. Mereka sedang makan ada ledakan kecil,sehingga mereka terperangkap didalam resto. Resto itu ketika ada ledakan kecil,pintu otomatisnya terkunci. Sedangkan mereka hanya menggunakan pintu otomatis.
Hanya dua orang tim penjinak bom yang dikirim. Yaitu Kiki dan Nuril. Dengan seragam lengkapnya,mereka berdua mempersiapkan alat-alat mereka didepan Resto Hot Papper
"Habis ini gue tagih janji lu ya nyet."
"Iya,iya.. kerja dulu nyet." Nuril membalas Kiki dengan tawaan khas nya. Tercium aroma yang beda di Nuril. Bau parfum yang harum dan jarang sekali Nuril menggunakan parfum
"Lo apa-apaan wangi banget?"
"Gue baru jadian nyet" Nuril terkekeh sendiri dengan pengakuannya. Kiki kaget,kawannya ini bahkan tak cerita-cerita.
"Kampret lu. Gak bilang-bilang kalo lu lagi deket dari kemaren-kemaren"
"Lah kan jadian dulu baru crita" Bela Nuril sambil naik keatas tangga khusus yang dibawa,mereka mau lewat atap,karena resto ini terperangkap,tak ada jalan masuk.
"Jadi hamil dulu baru crita?" Sindiran Kiki membuat Nuril kesal karena didengar para polisi sampai mereka diperhatikan.
Mereka berhasil masuk lewat atap dan mereka melihat kedubes dan pengunjung lainnya duduk ketakutan dilantai,mendatangi mereka dan meminta tolong untuk keluar. Kiki berbicara melalui alat komunikasi dikupingnya yang tersambung pada polisi.
"Hey.. apa-apaan kalian? Saya bisa lewat atap! Kenapa kalian tak bisa?! Bawa mereka semua keluar!" Kiki memang tak pernah sopan bicara pada polisi. Nuril menatap Kiki khawatir dengan sikap temannya. Kiki mematikan alat komunikasinya dan seperti mendapat info yang hanya boleh diketahuinya dari polisi
"Tunggu disini yaa semua,kami mau jinakkin bom" Kiki mendorong pelan para sandera yang memegangnya dan mengajak Nuril ke titik dimana bom itu berada. Nuril memang menangkap sinyal aneh pada temannya. Namun dia mengerti kalau sikonnya belum tepat.
Setelah mereka berdua diruangan penyimpanan makanan yang dikiranya ada bom,Nuril baru bertanya:
"Ngapa?"
"Nih bom,pake pengendali jarak jauh,jadi kalo kita ungsikan korban-korban,pasti tersangka bisa tau dan ngeledakin dari jauh"
"Bukannya ini cuma bom timer?"
"Tapi ada pengendali jarak jauhnya. Ada fax ancaman dari orang yang disangka tersangka"
Mereka berdua mencari dimana bomnya berada,Kiki menemukannya didalam bufet penyimpanan daging dan tersisa 10 menit di panel timernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a daughter
ActionAku polisi.. namun bagaimana jika tersangkaku adalah ayahku? Haruskah aku bertingkah seperti anak atau seperti polisi?