"TERLUKA DAN MENANGIS TAPI KU TERIMAAAA," senandung Tania dengan suara delapan belas oktafnya menyanyikan lagu Keisya levronka.
"SEMUA KEPUTUSAN YANG TELAH KAU BUAT." Tania semakin menghayati lagu yang di nyanyikan dari kamar mandinya.
"SATU YANG HARUS KAU TAUUU"
"KU MENANTI KAU TUK KEMBALIIIII"
HOOOO......WOOOOO......HUWOOOOOO...
"TINGGALKAN SEMUA DI SINI....
suara Tania semakin keras dan nyaring, dan pastinya membuat siapa saja yang mendengarnya ingin membuang Tania dari bumi."TANIA STOP! Keluar kamu."
Bunda berteriak dari luar kamar, pasalnya gendang telinganya ingin pecah rasanya mendengar nyanyian maut putrinya itu.
"Kenapa sih Bun, ganggu aja deh," balas Tania dengan wajah yang tidak berdosa seraya memasang jilbab sekolahnya.
"Pake nanya lagi," jawab bunda dengan ketus karena sudah lelah dengan kelakuan putri semata wayangnya itu.
"Berapa kali Bunda bilang Nia, kalo di kamar mandi itu jangan nyanyi kayak orang kesurupan gitu, untung Papa belum pulang. kalo papa di rumah pasti kamu di kasih siraman rohani."
Ya, memang setiap pagi Papa pergi ke masjid mulai dari waktu subuh sampai pukul 05:30 entah itu untuk mendengar ceramah atau menggibah bersama bapak-bapak kompek.
"Iya Bunsayy jangan marah-marah terus nanti Papa jajan diluar," dengan santai sekali Tania mengatakan itu padahal kan bisa jadi perang dunia.
"Heh Mulutnyaaa mau bunda sumpel pakek pel hah? kalo ngomong itu di filter dikit,"
Balas Bunda yang tak habis pikir dengan mulut putrinya itu."Lagian nggak mungkinlah Nia kesurupan orang Nia yang jadi setannya."
"Ya, Alhamdulillah kalo nyadar jadi ngga perlu di ruqyah dulu."
"Bunda, ih Nia itu kan anak sholehah baik dan tidak sombong jadi ngga usah di ruqyah mending di kasih warisan aja."
"Sekarepmu Ni penting seneng."
"Yaudah Bun, Nia mau sarapan dulu sambil menikmati hidup dada Bunsayy."
Tania menuju ke meja makan untuk sarapan dulu sebelum ke sekolah.
Bunda hanya bisa geleng-geleng karena kelakuan putrinya itu. entah Tania itu meniru siapa, padahal Bunda dan Papanya dulu sangat berwibawa dan tegas, namun kenapa hasil produknya jadi absurd seperti ini.
👻👻👻
Setelah perdebatan ibu dan anak itu selesai, akhirnya mereka melakukan ritual sarapan karena Tania akan berangkat ke sekolah dan papa berangkat kerja.
Jadi papa itu punya beberapa 4 cabang caffe, 3 di jakarta dan 1 di Bandung, jadi papa sering bolak-balik Jakarta Bandung."Assalamualaikum,"
salam Papa yang baru memasuki rumah sepulang dari masjid."Waalaikumsalam mas, ayo sarapan dulu." Bunda menyalami tangan suaminya dan menuju ke meja makan.
Tok!tok!tok. "assalamualaikum pak Faris, Bu dira."
Papa, Bunda, dan Tania yang sedang duduk di ruang makan itu mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Siapa ya pa, pagi-pagi gini kok ada tamu?"
"Ngga tau Bun bentar ya papa lihat dulu."
Papa berjalan ke depan untuk melihat siapa yang datang, dan ternyata adalah pak RT.
"Waalaikumsalam."
"Eh pak RT mari pak silahkan masuk." Dengan sopan Papa mempersilahkan Pak RT untuk masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...