Aku cuma mau ngasih tau kalo bab ini tuh pengalaman aku sendiri wkwk🤣🤣
Ada yang nungguin aku up?
Oke happy reading 🥰
"Saya nggak akan membaca kembali buku yang sudah pernah saya tamatkan."
Tania Shaqueenna Azzahra.
Hari demi hari berlalu, tak terasa Tania, Nana, dan Nafisah sudah dua bulan masuk pesantren, dan artinya sekitar dua bulan lagi mereka akan menghadapi ujian semester satu.
Tania dkk sedang mengikuti pelajaran di MA. dan jadwal hari ini adalah mapel bahasa Indonesia yang di ajar oleh ustadzah Mita, Ustadzah Mita memberikan mereka tugas yang ada di buku panduan dan saat jam istirahat sudah harus selesai.
"Jika bel sudah berbunyi selesai tidak selesai harus di kumpulkan," seru ustadzah Mita.
"Na'am Ustadzah," jawab serempak seluruh Santriwati.
Nafisah yang dari tadi fokus mengerjakan selalu saja di ganggu oleh Tania. entah itu di senggol, di rampas pulpennya, atau di gelitikki.
"Fis, lo punya pulpen berapa? gue pinjem dong punya gue habis soalnya."
"Lo dari tadi ganggu gue Mulu Tan, diem napa gue udah mau selesai ini," kesal Nafisah.
"Kayak pinter aja lo, nanti ujung-ujungnya juga nyontek gue."
Nafisah memilih untuk tidak menggubris perkataan Tania karena tidak ada manfaatnya juga.
Tania mengambil pulpen miliknya dan menunjukkan kepada Nafisah agar mau meminjamkan.
"Ih Fis, kok malah di cuekin sih, nih lihat pulpen gue beneran habis."Tania menunjukkan pulpenya kepada Nafisah.
"Belum habis itu, coba tiup deh mungkin tintanya macet."
"Hah di tiup?" beo Tania.
"Gue coba kali ya."
Tania belum paham dengan maksud Nafisah, jadi ia bukan malah meniup pulpenya tapi malah menyedotnya.
CROTT.
Tinta pulpen Tania tersembur ke wajahnya, dan mulutnya sudah penuh dengan cairan hitam.
"AAAAA PAHIT."
Dan Sontak perhatian seluruh kelas beralih ke Tania karen teriakan toa nya, begitu juga dengan ustadzah Mita.
"Astaghfirullah! wajah kamu kenapa hitam semua Tania? terus kamu makan apa itu?" kaget Ustadzah Mita saat melihat wajah Tania.
Nafisah yang sebangku dengan Tania paham ternyata Tania salah paham dengan ucapannya, ia pun menertawakanya dengan sangat puas.
"Heh juminten, gue nyuruh lo niup bukan nyedot."
Tania tidak bisa berbicara saat ini, karena ia menutup mulutnya yang penuh dengan tinta, dan seketika satu kelas ikut menertawakannya, karena sungguh otaknya Tania ini sangat lemot.
"Ya Allah jadi gitu, yaudah Tania kamu bersihkan dulu wajah kamu ya," perintah ustadzah Mita sambil menahan tawanya.
Tania hanya mengangguk dengan mulut yang di bungkam dan langsung berlari keluar.
Sesampainya di kamar mandi, Tania langsung memuntahkan tinta pulpen dan membersihkan wajahnya dengan menggosok berkali-kali sampai bersih.
"Nafisah sialan, awas aja lo kalo nggak bisa fisika nggak bakal gue kasih contekan, gue biarin aja otaknya keriput."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
SonstigesMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...