18.Di hukum olehnya

23.4K 1.5K 62
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komen terimakasih

Happy reading 🥰

Setelah permasalahan antara Tania, Wulan dan Naysilla selesai, akhirnya sekarang mereka menjadi sahabat, bahkan Naysilla sudah menghilangkan perasaannya kepada Gus imam dan membiarkan Tania untuk melakukan apa yang ia mau.

Selepas sholat Zuhur, para santri bersiap-siap untuk mengikuti ngaji kitab kuning yang menjadi rutinitas mereka di kelas, inilah yang paling Tania hindari, ia sangat alergi dengan yang namanya kitab kuning apalagi harus bisa sampai memahami isinya. rasanya mending turu.

"Ish gue pengen kabur," gumam Tania.

Tania dkk sudah berada di depan kelas dan segera masuk karena sebentar lagi akan di mulai.

"Ges nanti di suruh baca nggak ya?" Tanya Nana takut.

"Enggak kok, cuma di suruh maknani sama di jelasin aja," jawab Nisa.

Tania sedari tadi sibuk dengan hidupnya sendiri, ia terus saja celingak-celinguk dan mencari cara untuk bisa lolos dari cobaan ini, sampai ia melihat seorang pedagang Sempol sedang berjualan di depan gerbang pesantren.

"Bes gue pergi bentar ya, ada urusan kalian duluan aja."

Mereka mulai curiga dengan teman mereka yang satu ini, karena kemarin Tania baru saja mendapat hukuman dari Ustadzah Mita saat mau sholat subuh, pamitnya mau ambil Al Qur'an yang ketinggalan tapi nyatanya malah ngopi sambil bermain catur bersama satpam pesantren.

"Mau kemana lo? nggak usah bikin masalah lagi deh," ujar Nafisah yang berjaga-jaga pada sahabatnya itu.

"Enggak, gue kebelet berak jadi mau setor dulu, emang kalian mau gue berakin?"balas Tania tanpa berpikir dulu.

"Awas kalo bohong," tekan Defita dan menatapnya tajam.

"Iya-iya bawel amat lo pada yaudah Sono entar gue nyusul kalo nggak lupa."

Nana, Nafisah, Nisa, dan Defita geleng-geleng melihat kelakuan Tania, dan hanya bisa berdoa semoga makhluk yang satu itu tidak di goda setan untuk membuat masalah lagi.

Setelah itu Tania berlari ke arah gerbang untuk membeli Sempol, tapi sepertinya akan sulit karena ada satpam yang sudah membawa tongkat Nabi Musa.

"Anjir bakalan susah nih, tapi okelah gue kan punya ilmu lonte buat bikin orang oleng, jadi Sabi lah gue coba."

Tania mendekati satpam tersebut sambil mengeluarkan jurusnya.

"Hai pak Wisnu," sapa Tania.

Pak Wisnu melihat Tania dengan wajah yang judes, karena ulahnya kemarin ia di perintah kyai Mustofa untuk memandikan ayam.

"Mau apa kamu?"

"Eh kalem dong Pak saya ke sini mau minta maaf kok, sama mau berbagi rejeki," balas Tania.

Pak Wisnu sangat berhati-hati dengan gadis itu, karena ia mengetahui dari teman-temannya bahwa Tania itu punya pikiran di luar kemampuan manusia.

"Bapak lihat om-om yang jualan Sempol itu?" Tania mengarahkan pandangan Pak Wisnu ke arah penjual Sempol tersebut.

"Iya, kenapa?"

"Saya lagi ngidam Sempol pak, boleh ya saya keluar bentar buat beli? nanti saya sekalian deh beliin buat bapak."

Pak Wisnu meletakan jarinya ke kening yang menandakan ia sedang berpikir. karena di pikir-pikir lumayan juga dengan tawaran gadis itu.

"Tapi kalo nanti kamu ketahuan lagi? dan ini juga waktu para santri untuk ngaji ya? terus kenapa kamu nggak ikut?"

TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang