Assalamualaikum guys aku minta bantuan kalian ya buat vote sama komen biar aku juga tau kekurangan di ceritaku tandai juga kalo ada typo
Oke happy reading 🥰
2 hari kemudian...
Kemarin adalah hari terakhir Tania dan sahabatnya masuk sekolah, dan ia memanfaatkannya untuk meminta maaf kepada teman dan guru yang pernah ia jahili dulu.
"Nia ayo bangun nanti kamu telat, Papa udah nungguin." Bunda menggoncangkan tubuh putrinya yang masih tertutupi oleh selimut.
Tania itu jika sudah tidur benar-benar simulasi menjadi jenazah.
"Hoammmm, bunda sabar dong, Nia masih ngantuk, inikan terakhir kalinya Nia tidur di kasur ini," jawabnya dengan nada serak.
"Heh masih ngantuk kamu bilang? ini udan jam 10 Nia, hari ini kamu bakal masuk pesantren, jadi harus di biasain bangun sebelum subuh dan nggak boleh tidur lagi," omel Bunda pada putrinya.
Tania mulai membuka matanya, menetralkan penglihatanya dan mengumpulkan nyawanya dulu.
"Kalo nguap itu di tutup."
"Bunda ih marah-marah terus."
"Gimana nggak marah, orang kamu aja bandel gini."
Tania mendengus kesal, sungguh pagi harinya kali ini benar-benar sial.
"Udah sana siap-siap pake baju yang sopan, terus bawa barang-barang seperlunya aja." Bunda keluar dari kamar putrinya setelah berhasil membangunkannya.
Sementara Tania langsung pergi ke kamar mandi dengan wajah masam karena sungguh Bundanya ini lebih menakutkan daripada kuntilanak.
👻👻👻
Tania telah selesai siap-siap dan membereskan barang-barangnya yang di perlukan, dan ia juga membawa sorban yang di berikan oleh laki-laki yang pernah menolongnya, katanya siapa tau bisa berguna, setelah itu ia pun langsung keluar dari kamar sambil menyeret koper dan menuruni anak tangga untuk mencari Bunda dan Papanya.
"Pa, Bun, Nia udah siap ayo berangkat."
"Bentar Ni nunggu Nana sama Nafisah dulu soalnya, kita mau berangkat bareng," jawab Bunda.
"Yahh lama dong."
"Tadi Papa udah udah nelpon ayahnya Nafisah katanya bentar lagi sampai."
Tania memilih menunggu di sofa dan memainkan hp, karena kan sebentar lagi ia tidak akan bisa bermain hp.
Titt titt!
suara klakson mobil terdengar dari luar rumah, segera mereka melihat keluar,
dan ternyata Nana, Nafisah, beserta orang tuanya sudah tiba.Mereka keluar dari mobil dan menghampiri orang tua Tania, begitu juga dengan Nana, dan Nafisah yang langsung berhamburan menghampiri Tania.
"Assalamualaikum pak Faris, maaf nih udah buat nunggu lama," ucap ayahnya Nafisah yang bernama Abdul itu dengan tersenyum ramah.
"Waalaikumsalam, masyaallah pak Abdul, ah nggak lama kok nunggunya, ngomong-ngomong gimana kabar kalian?"
"Alhamdulillah baik pak Faris," jawab bapaknya Nana yang bernama fajar.
Bundanya Tania, Mamahnya Nafisah, dan ibunya Nana juga mengobrol layaknya seorang ibu-ibu yang sedang menggibah, sedangkan Tania dan kedua sahabatnya sudah sangat ingin mengakhiri obrolan mereka semua.
"Pa, ini kapan sih berangkatnya!" teriak Tania memanggil Papanya.
"Tenggorokan lo kagak sakit apa Tan, demen banget teriak-teriak," heran Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...