"Saya yang memberikanmu luka maka Saya juga yang harus menyembuhkan."
Imam Airuz Bilfaqhi.
Setelah mendapatkan kabar tentang Gus imam, Tania langsung menuju rumah sakit dengan Zaki, sepanjang perjalanan pikiran Tania hanya tertuju pada lelaki itu, ia tak tau bagaimana bisa Gus imam sampai di cambuk.
Saat sampai, Tania berlari tak tentu arah meninggalkan Abangnya sebab terlalu panik memikirkan lelaki itu.
"Dek, tenang dek, ikuti Abang sekarang."
Zaki menggandeng adiknya untuk ke ruangan Gus imam. dan sesampainya di sana sudah berkumpul keluarga ndalem juga orang tua mereka.
"Assalamualaikum." mereka berdua mengucap salam dengan nafas tersengal-sengal.
"Waalaikumsalam."
Tania bukanya datang ke orang tuanya namun datang ke Umma dan Abah.
"Umma, pak kyai, gimana bisa Gus imam sampai gini?" Tania bertanya dengan kepanikan.
Tak ada yang menjawab. dan itu membuat Tania semakin bingung di buatnya, sampai pintu ruangan terbuka dan terlihat seorang dokter laki-laki.
Melihat itu pun pertanyaan langsung keluar dari mulut mereka.
"Dok, gimana keadaan anak saya dok?" Tanya Umma yang tak kalah panik.
Dokter itu menghela nafas panjang. "kondisi pasien masih kritis, dan membutuhkan donor darah cukup banyak, dan saya hanya bisa membantu satu pendonor saja."
"Saya akan donorin darah buat Abang saya Dok, golongan darah kami sama." Gus Hafiz menyahuti.
"Tapi pasien membutuhkan darah cukup banyak, dan satu orang saja tidak cukup."
Mereka semakin khawatir di buatnya, bahkan umma sudah terisak sedari tadi.
"Apa golongan darahnya dok?" tiba-tiba Papa Faris bertanya.
"AB+."
Sebuah senyuman muncul dari Papa, karena golongan darahnya sama dengan Gus imam.
"Golongan darah saya juga sama dok, dan saya bersedia untuk mendonorkan."
"Kamu yakin, mas?" Bunda memastikan.
"Sangat yakin."
Umma dan Abah yang mendengar itu pun merasa tak enak. "pak Faris, kenapa anda mau menolong putra kami, bukannya kami telah menyakiti putri anda."
Papa menggeleng. "sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas itu, sebaiknya Gus imam segera di tolong."
Papa beralih menatap dokter untuk segera menangani.
"Dok, segera ambil tindakan."
"Baik, kalian berdua silahkan ikut saya untuk di periksa dulu."
Gus Hafiz serta Papa pergi bersama dokter itu. daan sekarang tersisa Bunda, Zaki, umma, Abah, Tania serta Fiza.
"Bu Dira, kami sangat mengucapkan banyak terimakasih atas kebaikan suami anda," ucap Abah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...