Gus imam dan Tania memilih tinggal di rumah Bunda dan Papa dulu selama beberapa hari. Pagi ini setelah tahajud, Gus imam sedang menyimak Tania untuk murojaah di juz 16, tepatnya sekarang Tania sedang melafalkan surah Maryam.
"Shadaqallahuladzim."
Setelah mengakhiri bacaannya, Gus imam mengecup lembut kening Tania dan mengelus kepalanya lalu menutup Qur'an dan meletakkannya dulu.
"Masyaallah, sayang, semoga hafalan kamu mutqin, ya."
"A'a boleh tanya?"
"Tahadholl, ya zawji."
Gus imam mengulum senyumnya mendengar Tania memanggilnya zawji, karena ini adalah salah satu momen langka.
"Apa alasan kamu menghafal Qur'an, dan kenapa kamu memilih jalan ini? Apa karena kegiatan di pesantren yang mengharuskan kamu untuk ikut menghafal?"
Tania menggeleng dengan diikuti senyum tipis.
"Kalo A'a berpikir aku memilih jalan ini hanya untuk mengikuti kegiatan pesantren, A'a salah besar."
Gus imam penasaran dengan jawaban yang akan Tania katakan.
"Terus, apa niat kamu menghafal?"
"Lillahitaala, alasan lain, biar nanti waktu di hadapan Allah aku nggak malu ketika nanti di akhirat aku di tanya, nikmat sehat yang di berikan sama aku ku gunakan untuk apa? Maka nanti akan ku jawab, ku gunakan menghafal Qur'an, ya Allah, meskipun mulutku sering ngomong kotor, telingaku sering mendengarkan yang tidak layak, dan kelakuanku belum mencerminkan perempuan muslimah yang sesungguhnya, tapi dengan ada ayat Qur'an yang tertanam di diri dan hati aku, Insyaallah bisa menyelamatkanku dari api neraka."
"Dan kata A'a penghafal Qur'an itu bisa menyelamatkan sepuluh orang yang sudah divonis masuk neraka, kan? Jadi aku nggak mau masuk surga sendiri, aku mau bawa keluarga dan sahabat ku ke surga juga atas izin Allah."
"aku bukan ingin di panggil sebagai Hafidzah, tapi aku ingin menjadi ahlul Qur'an yang sesungguhnya, dan menjadi keluarga Allah di bumi, sampai nanti ketika di tangga surga aku di minta baca seperti aku membaca saat dunia, aku berhasil dan bisa memasangkan mahkota untuk Bunda sama Papa, dan kita akan berkumpul di surga kembali."
Begitu terkagum Gus imam tatkala mendengar jawaban Tania, tak pernah menyangka jika istrinya begitu ikhlas dan niatnya begitu mulia.
"Subhanallah...Zawjati, semoga Allah mengabulkan permintaanmu." Gus imam membawa Tania ke dekapannya dan mengelus punggungnya.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari kamar luar kamar.
Tok.Tok. Tok.
Gus imam Dan Tania yang sadar pun segera mengakhiri momen romantis mereka. Lalu Gus imam beranjak untuk melihat.
"Assalamualaikum, apa Papa ganggu?" Ternyata Papa Faris yang datang. Gus imam dengan sopan membalas dan menyambut.
"Waalaikumsalam, Pa, enggak sama sekali, apa Papa butuh bantuan imam?"
"Enggak, Nak, Papa hanya ingin mengajak kamu untuk berangkat ke masjid bersama Zaki, sekalian nanti kamu yang azan, ya," pinta Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR YANG TAK TERDUGA [TERBIT]
RandomMengisahkan seorang gadis bar bar dan pecicilan yang jatuh cinta dengan seorang anak kyai yang kelakuannya sangat bertolak belakang denganya. Tapi setiap hari gadis ini hanya mendapatkan penolakan, hingga akhirnya sadar dan memilih untuk mengejar ci...